Tempramen

111 26 277
                                    

Untuk kamu yang emosinya sering gak stabil, moody, dan sering melampiaskan pada tempat yang salah.

Hai, aku tahu, sebenernya kamu itu bukan orang jahat.
Kamu juga sebenernya gak pengen kayak gitu.

Tapi entah kenapa, respon tempramen itu udah kek refleks aja.
Dan akan selalu diikuti penyesalan setelahnya.

Sikap tempramen bisa disebabkan oleh pengalaman-pengalaman traumatik, faktor lingkungan, bahkan kepribadian yang memang sudah terbawa sejak lahir.

Kalau bisa request pun sebenernya gak pengen terlahir dengan sifat tempramen, pasti juga pengen punya emosi yang stabil.

Karena dengan sadar pun tahu, bahwa sikap tempramen itu akan benar-benar mengganggu orang sekitar, dan pastinya diri kamu sendiri.

Tapi entah kenapa, rasanya susah banget ngendaliin diri sendiri, selalu merasa bersalah setiap emosi selesai meledak.

Sebenernya juga gak pengen ngelukai orang seenaknya, gak pengen buat mereka gak nyaman atas sikap buruk ini. Gak pengen juga jadi sesuatu yang toxic untuk mereka. Enggak.

Tapi, setiap orang itu punya tabiat yang emang sudah menempel, sudah ada sejak lahir, sudah menjadi ciri khas orang itu. Dan susah untuk dihilangkan.

"Kepribadian manusia adalah bawaan sejak lahir. Setiap manusia dilahirkan dengan masing-masing kepribadian yang berbeda dan unik".

("The color code", Taylor Hartman)


Tapi, hal ini pun gak bisa membenarkan kita untuk bersikap seenaknya.
Enggak gitu.

Hal ini gak bisa menjadi dalih alasan untuk berkata bahwa, "Ya ini diri gue sepenuhnya. Katanya gak ada yang salah untuk menjadi diri sendiri?"
Ya benar, tapi enggak gitu konsepnya.

Jika memang kamu terlahir dengan sifat tempramen, ya pelan-pelan berubah.
Pelan-pelan memperbaiki diri.
Setidaknya berusaha meminimalisir.

Karena yang punya perasaan bukan cuma kamu, yang hatinya sedang gak baik-baik aja bukan cuma kamu, yang pengen dipeduliin juga bukan cuma kamu.

Setiap manusia memiliki kejadian-kejadian traumatis tersendiri.
Hanya saja beberapa orang pandai mengemas rapi, beberapanya lagi susah untuk memegang kendali.

Tapi nyatanya, kita itu butuh untuk gak baik-baik aja, karena ya kalau hidup selalu baik-baik justru itu gak akan baik.

Karena kalau gak pakai rasa sakit, gak pakai kecewa, gak pakai hal-hal yang membuat kita merasa gak baik-baik aja, kita tuh gak ngerti bahwa, "Oh ternyata proses pendewasaan tuh kayak gini."

Untuk orang-orang yang susah menjelaskan perasaannya, respons marah itu serupa wujud pelampiasan perasaan lain yang lebih dalam.

Kemarahan adalah kamuflase dari perasaan yang terpendam. Wujud pertahanan diri atas hal-hal yang melukai.

Mungkin serupa penyamaran atas rasa kesepian, sedih, lelah, kecewa, insecure, helpless, dan perasaan negatif lainnya yang menolak dijelaskan.

Orang-orang yang mudah berkecamuk itu sebenernya cuma pengen dimengerti.
Cuma pengen ditanya "Kenapa?" tanpa menjudge.

Ya meskipun aku tahu caranya berekspresi itu salah.

Tapi sebenernya, mereka cuma butuh didengarkan, dihadapi dengan kepala dingin, bukan malah dengan orang yang sama-sama keras.

Dia juga pengen berubah, dia juga gak pengen terjebak dalam dirinya sendiri.
Dia juga pengen stabil, dia pengen keluar dari zona kelamnya.

Anak WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang