Bravo!

19 2 0
                                    

Sebab rindu tidak mengenal batas, izinkan aku menuliskanmu tanpa kenal tuntas.

Jadi, sudah sejauh mana arah langkahmu?

Masih mungkinkah aku menyamakan irama tapak kakimu?

Haha..

Tidak, tidak.

Terakhir kali kuketahui kamu sudah enggan untuk menyeimbangkan langkah.
Setiap aku berusaha mendekatimu kamu malah selalu putar arah.
Entah apa yang membuatmu mendadak mangkir dari sebelah.
Yang kutahu, tutur lakumu berubah.

Aku sudah sampai pada batas toleransi. Aku mengasihani diriku sendiri jika harus terus mengupayakan apa-apa yang ingin lari. Memaksa seseorang yang tidak ingin sesisi.

Mungkin, waktu kita memang sudah selesai.
Mungkin, cerita-cerita kemarin memang sudah waktunya tutup buku.

Sudah saatnya kita memasuki seasion baru.

Kamu dengan seluruh impianmu. Dan aku?
Aku harus menyusun siasat baru, melepas kamu dari seluruh rencanaku.

Tidak mudah, tapi seharusnya bukan masalah.

Sebab ini hidup bukan?
Seperti katamu, ada banyak yang tidak tertebak. Namun, bukankah kamu pernah menunjukanku cara berdiri gagah berani di setiap plot hole kehidupan.

Untuk sekarang, aku hanya sedang berusaha tidak membencimu atas kegagapan menanggapi rasa. Sebab, menangis itu wajar, merindu juga wajar, yang gila adalah memaksa realita yang ada harus berjalan sebagaimana realita yang ada di kepala.

Aku juga sedang berpikir untuk mengikuti cara mainmu saat kita berpapasan. Tentang cara memberhentikan peduli, cara untuk angkuh selayaknya keangkuhanmu, cara untuk memandangmu sebagai sosok asing bukan lagi sosok penting yang menjadi alasan setiap langkahku menyusuri arah mata angin, cara terbiasa akan jarak mendadak yang kamu putuskan sepihak.

Aku masih terbata-bata dengan situasi baru ini. Betapa susahnya beradaptasi dengan ending pilihanmu. Aku masih kerap tidak sadar bahwa seseorang yang baru kemarin tertawa terbahak-bahak bersamaku, kini menjadi alasan betapa rasa sakit tidak bisa aku elak.

Bagaimana kabarmu?
Bagaimana kamu bisa lihai menjalankan lakon ini?
Bagaimana bisa kamu menjadi mendadak asing?

Rupanya aku terlena pada titik terhangatmu. Sedang kamu sudah jauh-jauh hari meninggalkan semua itu. Dan saat kamu tahu ada rasa yang tertinggal dari kehangatan kemarin kamu menolaknya dengan bentangan asing yang mendadak ada di antara kita.

Ajaib!
Bak dongeng, semuanya berubah dalam satu malam.

Mimpi-mimpi kita sudah tidak ada bedanya dengan igauan dalam tidur. Sudah, aku tidak ingin lagi berdebat tentang hal-hal yang membuatku terkoyak dan harapku semakin terbentur.

Aku salah.

Kita bukan amerta. Kita lengkara.

Aku bodoh.

Aku termakan delusi. Aku terlanjur menasbihkan janji.

.

.

..

.

***

#Bravo!!

Jumat, 12 Agustus 2022
08.05 WIB

(GANIA20)

Anak WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang