Peluk (20)

231 24 22
                                    

Keesokan harinya...

Setelah apel dan penyerahan tugas seperti biasanya, aku bergegas pulang ke kontrakan.

.
.

****FAHMI POV****

Aku mendengar suara motor dari kontrakan sebelah.
Itu pasti tetanggaku yang baru pulang dinas, cocok!, pagi-pagi begini pasti dia belum sarapan...

Tapi bakso yang semalam sudah aku habiskan :')
Makanya aku segera keluar lagi mencari sarapan, kebetulan ada penjual nasi kuning di pinggir jalan.
Aku membeli dua porsi untukku juga.
Tidak enak kan, dia sudah membantu mengurus kontrakan ini sebelum aku datang, masa aku tidak menunjukkan rasa terima kasihku, sekaliam untuk kenalan biar bisa makin dekat.

Tok tok Tok...

"Assalamu'alaikum.... "
Aku mengetuk pintu kontrakannya.

.
.

****ABRI POV****

tok tok tok

"Assalamu'alaikum.... "

Ada tamu?
Pagi-pagi begini?
Aku juga baru habis mandi.

"iya sebentar!!!!!!"
Sahutku.
Aku segera mengambil kaos di lemari dan memakainya, takut kelamaan jadi aku hanya memakai kaos saja dan handuk masih melilit di pinggangku.
"wa'alaikumussalam...."
Aku membuka pintu.

****FAHMI POV****

"Wa'alaikumussalam...."

Aku terdiam....
Dia juga diam menatapku.

"mu...mungkin aku sedang bermimpi.... "

Abri hendak menutup pintunya setelah melihatku, tapi aku langsung memegang pundaknya.

"ahaha...., ini mimpi... Aku hanya kelelahan habis pulang kerja... "
Abri tiba-tiba menoleh ke arahku, dia tersenyum dan menghela nafasnya.
"hehhh...., sepertinya aku terlalu keras bekerja....., sampai-sampai orang ini muncul di mimpiku"

"se sakit itukah kau selama ini?"

Abri membalikkan badannya ke arahku.
"sangat...., kau pasti tidak akan mengerti.... "

Aku mendorong perlahan tubuh Abri memasuki kontrakannya dan menutup pintu.

Plak!
Tamparan keras langsung mendarat di wajahku.
Aku hanya diam...

"kau tidak akan pernah tahu penderitaanku selama ini! Kau begitu mengganggu hidupku sampai masuk ke mimpiku!"

"Abri....., kau percaya ini mimpi?"
Dan tangisku pecah...
Aku langsung memeluknya dengan erat.
"maafkan aku sayang..., hiks... Aku salah mengambil jalan... Aku meninggalkanmu itu tidak seperti yang kau pikirkan"

"i...ini... Bukan mimpi?"

"ini nyata! Aku sudah menemukanmu, kumohon maafkan aku!, aku akan menjelaskan semuanya padamu... "

"b..baiklah..., lepaskan pelukanmu"
Aku menurutinya.
Aku melepaskan pelukannya dan dia langsung membelakangiku.
"du...duduklah dulu, aku mau pakai celana dulu"

Abri lalu masuk kedalam kamar.
Aku duduk di sofa sambil menunggu Abri kembali.
Tak lama kemudian, Abri keluar dari kamar dan duduk di sampingku.

Aku sedikit bergeser hendak mendekati Abri, namun Abri malah bergeser menjauh.
"di.. di situ saja.... "

"hm.."
Aku tersenyum.
"hei kenapa?, kau tidak mau melihatku?"
Abri terus menundukkan kepalanya.
"hehe... "
Aku semakin mendekatkan diriku padanya lalu merangkulnya dengan penuh semangat.
"aku akan jelaskan bri, alasanku waktu itu tiba-tiba tidak mempedulikanmu"

Akupun menceritakan semuanya...
Soal Fian...
Keinginan orang tuaku...
Juga kesulitan yang aku alami selama aku harus menjauhi Abri.

"apa itu benar?"
Abri akhirnya mau bicara lagi.
"hiks.... "
Air matanya mengalir.
"aku tidak pantas untukmu mi.... "

"tidak bri... tidak... Jangan katakan itu,  kau sangat berarti untukku"

"tapi aku sudah salah menilaimu"

"bri...., aku anggap itu ujian untuk kita"

"tidak mi, aku malu... "

"kenapa harus malu bri?, aku sungguh tidak masalah, karena aku..."
Aku menggenggam kedua tangan Abri dan mendekatkan wajahku ke wajahnya.
"sangat mencintaimu bri... "

"mi.... "

"sayang.... "
Aku langsung mencumbui bibir yang sudah lama aku rindukan itu.

Akhirnya....
3 tahun dalam kerinduan ini sudah berakhir.
Dalam cumbuanku ini...
Air mata kebahagiaan ini juga turut membasahi pipiku.

Dua tangan Abri kurasakan memeluk erat tubuhku.
Aku segera membalas pelukan hangat itu.

Bibir kami terus berpadu...
Tanpa terlepas dan tanpa sadar aku sudah menindih tubuh Abri.

"mi.... "
Ucap Abri saat cumbuan kami usai.

"bri...., aku tidak akan pernah meninggalkanmu lagi.... "

"terima kasih...., ternyata.... Aku benar-benar tidak akan bisa melupakanmu.... "

Aku mengusap wajahnya.
"terima kasih banyak bri......"

Aku kembali berciuman mesra dengannya...

.
.
.

Kemudian di kamar.....

"kali pertamamu?"

Abri mengangguk.

"hehe...., kamu yakin bri?"
Tanyaku lagi untuk memastikan...
Apakah kami akan melakukan ini?

"siapa yang melepas pakaianku tadi?"

"hmm...."
Aku langsung menindih Abri yang sudah bertelanjang dada dan menciumnya...
Semakin lama....
Aku menjalari tubuhnya sampai di dadanya dengan lidahku.

"mhh... Mi.... "
Abri menekan kepalaku saat lidahku menyentuh bagian sensitif dari dadanya.

*****

Author dah besar :v

Jangan lupa vote :)

Pluviophile (Sejenak#3)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang