Ayah #2 (46)

149 19 13
                                    

.
.
.
.

Rumah keluarga Yusni..

Hari itu....
Kami membawa Yusni kembali ke kampung halaman kami untuk beristirahat dengan tenang.

"pak... Bu... Maafkan aku!!!!
Ekhhhhh"
Tangisku pecah bersujud di depan kedua mertuaku.

"bangun bri...., ini bukan salah kamu nak"
Kata ibu mertuaku.

"Abri, yang penting Anak kalian bisa selamat, bukannya itu yang Yusni mau?"

"ta..tapi pak.... Aku meninggalkannya saat sudah hamil besar begitu... Harusnya aku tidak meninggalkannya!"

Tangis keluarga ini pecah....
Duka menyelimuti kami.

Sementara itu...
Army sedang tertidur nyenyak di buaian ibuku.
Ibu juga tak kuasa menahan tangis dengan kejadian ini.
Air matanya terus berjatuhan ke wajah suci cucu ke tiganya itu.

"bu..., ke kamar saja dulu sama Army"

Ibu yang masih menangis tersedu-sedu hanya mengangguk dan masuk kedalam kamar.

Malam itu....
Aku tertidur di sebelah istriku untuk yang terakhir kalinya.

.
.
.
.

****FAHMI POV****

Malam....
Habis patroli aku segera kembali ke rumah.
Jalan raya yang sepi dan gelap...

Ih serem....

Tapi aku terus kepikiran.
Aku tadi dapat kabar dari Andi kalau Istri Abri yang tengah bunting meninggal akibat kecelakaan.

Kasihan Abri...
Mungkin nanti saat dia kembali kesini aku akan menghiburnya.

"haaa...haaa...haaa......ha....."

Jalan ini makin seram saja!
Sekarang ada suara bayi menangis ihhh
"haaa......haaaa.....haaaaa"
Uh nyata sekali!
"he..hahhhaaaa....haaaaaaa..haaa"
Aku langsung mengerem motor saat suara bayi menangis itu semakin keras.

Aku turun dari motor dan mengeluarkan pistol.
"jangan mendekat!, a..aku...aku polisi!, ka..kalau kau hantu... Jangan mendekat juga! Aku hafal Yasin!"

"haaaaa"

Memang dasar sifat manusia yang selalu penasaran, aku malah mencari asal suara itu.
Aku terus mengikutinya hingga aku menemukan sebuah kotak kardus di dalam semak-semak pinggiran jalan.

"haaa... Hahhaaa"
Asalnya dari dalam sini....
Aku lalu membuka kardus itu.

Benar saja.
Bayi!
Laki-laki pula, mana ari-arinya masih ada.

"ehhh bagaimana ini?"
Aku lalu menghubungi Wandi.
Pasti Wandi belum jauh dari sini, secara tadi dia naik mobil dan pergi duluan.

.
.
.
.

Aku dan Wandi membawa Bayi itu pulang ke rumahku.

"bagaimana wan?, bayi ini kau rawat saja, kau kan bujang"

"hei! Harusnya kau saja, kau kan duda"

"kenapa malah bawa-bawa status sekarang?"

"mi, kita harus melaporkan ini dulu dan mencari orang tua dari bayi ini"

"kau benar....., ihh wan ari-ari ini harus di potong mungkin?"

"akhhh kenapa kau malah mengangkatnya?!, turunkan, jijik tahu!"

Kami berduapun membawa bayi itu dulu ke puskesmas terdekat lalu melapor ke kantor soal penemuan ini.

.
.
.
.

Pluviophile (Sejenak#3)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang