Cerita #4 (74)

90 16 15
                                    

Kriiik...
Aku dan Teo segera masuk ke kamar, di dalam aku melihat orang yang tadi sedang sibuk membongkar isi tas pembagian (berisi seragam dan perlengkapan polri lainnya).
Sementara ada satu orang lainnya lagi yang sepertinya teman sekamar kami juga.

"seragam kita?!"
Teo yang kegirangan langsung mengambil tas yang ada namanya tertempel di situ.
"akhirnya!!!!!, andai aku pegang hp aku ingin memotret momen ini!"

Aku juga mengambil punyaku dan membuka isinya, ada seragam lengkap, sepatu, topi baja, sempritan... Benar-benar suatu kebanggaan.

"hai, namaku Reinaldi, panggil saja Rei"
Orang tadi memperkenalkan namanya.

"aku Teo!"

"aku Army"

"Aden"
Ucap manusia menjengkelkan itu.

"ku kira kau tidak punya nama"
Ledekku.

"diam atau ku patahkan batang hidungmu!"

"Army, Aden, jangan terus bertengkar"
Teo berusaha melerai kami.

"sepertinya kalian berdua kurang akrab hehe"
Kata Rei.

Aden bangkit dan berjalan ke arah ranjang tingkat.
"aku tidur di atas"

"uh?! Enak saja!, aku!"

"hei, kan ranjangnya ada dua, kau kan bisa tidur di satunya Army"
Kata Teo.

"gak!, aku tidak mau kalau tidur langsung berhadapan dengannya"

"kalau begitu kau tidur di bawah, begitu saja repot"
Masih ngotot juga dia!

"dengar, hanya karena namamu Aden, bukan berarti kau jadi Raden yang semaunya memerintah seisi kamar!"

Tiba-tiba dia berjalan mendekatiku.
Bugh!
Pipiku langsung terasa sakit dengan aku yang sudah jatuh di lantai.

"den! Apa yang kau lakukan?!"
Aden kemudian mendorong Teo yang berusaha menahannya.

"kau bisa menghinaku semaumu, tapi jangan sekali-kali permainkan namaku!"
Aden menarik lengan bajuku.
"nama Aden adalah pemberian terbaik dari ayahku, kau jangan pernah menjelek-jelekkan namaku itu, mengerti?!"

"lalu kenapa hah?!, ayahmu sendiri pasti akan kecewa kalau anaknya bersikap kasar seperti ini!"

"Kurang ajar kau!!!!!!!!"
Teo segera menarik Aden yang hendak memukulku lagi.

Sementara Rei menghampiriku dan membantuku berdiri.
"Army, berbaring dulu, jangan termakan emosi"

"ayo pukul aku!, semakin kau pukul itu menandakan kau itu sama saja seperti anjing liar! Ayo pukul!"

"lepaskan aku!!!!!!"

Terlihat Teo sepertinya tidak bisa menahan Aden yang tubuhnya jauh lebih besar darinya.

Brak!
"ada apa ribu-ribut?!"
Seseorang berseragam polisi memasuki kamar kami.
"ada apa in!"

Teo segera melepaskan Aden dan Aden langsung berusaha bersikap biasa saja.

"maaf kak, tadi hanya ada salah paham saja"
Kata Rei.

"huffff... Jangan berisik, selesaikan secara baik-baik"
Lalu setelah itu polisi tadi langsung menutup pintu dan pergi.

"baiklah, aku tidur di bawah!"
Akupun mengalah.

.
.

Sore tiba...
Sebelum memulai masa pendidikan besok, kami harus banyak istirahat hari ini.

Tok tok tok...
"Den cepat.... Aku juga mau mandi"
Lama sekali dia di dalam kamar mandi.

"bacod!"

"ANJING KAU!!!!!!"

"kamar kita jadi tidak Family Friendly"
Teo menghampiriku.
"Army, begini, sebaiknya kalian berdua berbaikan"

Kriieeek....
Pintu kamar mandi terbuka.
"minggir, nanti aku bau lagi"
Aden melewatiku dengan kasar.
"jangan sentuh"

"jangan sentuh?, KAU YANG MENABRAKKU!"

.
.
.

Malamnya....

Aku tidur di bagian bawah ranjang bertingkat ini.
Tepatnya di bawah Aden, soalnya kalau di ranjang satunya baik di atas atau di bawah aku bisa melihat dia kalau berbalik.

Sudah pukul 1 malam...
Saat aku tiba-tiba terbangun karena mendengar suara.
"mphh... Mhhh... "

Aku membuka mataku dan melihat ke arah ranjang sebelah.
Teo dan Rei terlihat pulas...
Jadi suara siapa itu?
Apa Aden?

"uhhh...."
Dia sakit atau bagaimana?
Sudahlah, malas rasanya aku ikut campur dalam hidupnya.

Akupun kembali tidur..

.
.
.

DOR
DOR
DOR
DOR
DOR
DOR

Dari luar kamar terdengar suara tembakan dari senior yang membangunkan kami.
Alarm luar biasa...
Benar-benar luar biasa.

Kami bergegas untuk mandi dan memakai seragam kami.

Aku tengah berusaha memasang sepatuku tanpa sengaja melihat Aden yang sedang merapikan kerah bajunya sebelum keluar dari kamar.
Dia melihatku sekilas, dan tanpa ekspresi apapun lagi dia segera keluar dari kamar dengan ransel di punggungnya.

"Army ayo cepat, nanti di hukum senior!"
Kata Rei.

"i..iya..."

*****

Jangan lupa vote :)

Pluviophile (Sejenak#3)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang