.
.
.
.****ADEN POV****
Langit yang mendung menintikkan air secara perlahan...
Langit mengalahkanku...
Saat langit membasahi gundukan tanah makam ayah...
Aku cuma bisa diam berjongkok sambil bermain dengan bunga yang masih segar di atasnya.
"yah...."
Ucapku bersamaan dengan Army.Kami saling bertatapan....
"hmm..., apa ayah bisa mendengar kita?"
Tanya Army.
Aku langsung merangkulnya..."ayah.... ayah akan selalu mendengar kita my..."
Army kemudian merebahkan kepalanya di pundakku.
Dia juga mencengkeram tanganku dengan kuat.
"jangan tinggalkan aku den....""tidak akan!, ayah akan memarahiku jika aku mencampakkanmu juga papah"
****FAHMI POV****
Dua anak yang Abri rawat....
Mereka begitu mencintainya."pah...."
Army memanggilku untuk ikut berjongkok bersama mereka.Aku menghampiri mereka dan langsung memeluk mereka berdua.
"hei.... Anak-anak papah jangan sedih terus, senyum ya sekarang!""papah sedih?"
Tanya Aden.Tapi kalau di tanya begitu....
Ya jelas aku sedih, sangat!
Aku tidak bisa lagi mengungkapkan kesedihanku ini...
Sakit...
Air mataku sudah kering menangis semalaman...
Kini tidak akan ada lagi kehangatan seorang Abri yang bisa aku rasakan."pah?"
"uh?, pa..papah tidak menangis!"
Aku segera menyeka air mata di wajahku."hehe, siapa yang tanya papah menangis?"
Tanya Army.Aku tersenyum..
"haha bisa saja kalian ini, oh iya malam nanti pengajian kan?, kita balik sekarang?"
Tanyaku."papah duluan saja, kami masih mau lebih lama di sini"
****ARMY POV****
Papah pun pulang duluan ke rumah.Aku dan Aden hanya diam memandangi makam ayah.
Kami rasanya masih tidak percaya dan berharap ini semua mimpi, walaupun pipiku sudah memerah akibat ku tampar terus semalam..."permisi...."
Seseorang mendatangi kami.
"maaf, saya terlambat ke pemakaman ayah kalian"
Dia rekan kerja ayah, om Isman."om?, ehehe tidak apa-apa, kan om juga pasti sibuk di lapas"
"begini Army, om juga kesini mau menyampaikan sesuatu padamu"
Om Isman lalu mengeluarkan map dari dalam tasnya.
"beberapa minggu yang lalu ayahmu meminta bantuan untuk mengurus sertifikat tanah yang baru ia beli"Tanah?
"dokumennya juga baru selesai hari ini, karena Abri sudah.... Jadi saya berikan saja padamu nak"
Aku menerima sertifikat tanah yang om Isman beri padaku.
"Abri pernah bilang pada saya, kalau hari paling membahagiakan dalam hidupnya adalah hari dimana kamu lahir""i..itu...."
Aku tertunduk...
Mengingat itu aku jadi sedih lagi."ada apa my?"
Tanya Aden khawatir."3 hari lagi hari lahirku itu, sekarang yang pertama tanpa ayah"
Aden kembali merangkulku.
"kakakmu ada my, lagipula hari jadi kita sama, senyum dik""hm, saya senang melihat kalian berdua tidak sedih lagi, ayah kalian juga pasti begitu"
"om, terima kasih banyak"
Ucapku."sama-sama, kalau begitu om pamit, jaga diri kalian ya, nanti malam om datang ke pengajian"
Om Ismanpun pergi meninggalkan kami.Aku juga dari tadi penasaran ingin membuka berkas ini...
Aku lalu membukanya dan benar saja, isinya memang sertifikat tanah.
"ini untuk apa?"
Iyalah, tanah luas dan belum ada bangunan apapun di atasnya harus kami apakan?"nanti saja, anggap saja itu kenangan dari ayah, apalagi mungkin suatu saat bisa kita gunakan"
Aden betul..."ya sudah..."
Jdarrr....
Petir mulai bergemuruh...
Hujan gerimis kecil tadi terasa makin deras sekarang."den, akan turun hujan deras, kita harus pulang'
"ta..tapi ayah...."
"den..., hiks... Ayah tidak akan pulang dengan kita den"
"my..."
Aden memelukku saat tangisku kembali pecah.
"maafkan kakak""ki..kita pulang saja heee..... Ayah juga tidak akan pulang dengan kita lagi"
"iya iya, ayo"
.
.
.
.Tenda biru masih menghiasi pekarangan rumah...
Namun juga bendera putih masih berkibar di pagar halaman."ugh!"
Aden tiba-tiba menarik bendera putih itu dengan kasar."den?"
"a..ayah tidak akan mau kita berduka terlalu lama my!"
Ucap Aden."Aden, Army?"
Nenek keluar dari rumah dan menghampiri kami.
Nenek lalu memeluk kami berdua dengan erat sambil menangis tersedu-sedu."nenek istirahat saja di dalam"
Ucap Aden."kalian anak yang kuat..."
Ucap nenek...
Dan entah kenapa ucapannya itu seketika membuat kami membalas pelukannya dan menangis histeris.Satu yang aku ketahui...
Aku dan Aden....
Sekarang ayah sudah tiada...
Lembar kisah ayah dan papah Fahmi harus kandas sampai sini.Lembar baru akan tercipta dari sini.
Sampul kemarin sudah jadi...
Army dan Aden...
Bukan kisah Abri dan Fahmi.
Halaman pertama kami akan di mulai.:)

KAMU SEDANG MEMBACA
Pluviophile (Sejenak#3)
RomanceHubungan yang kandas akibat kesalahpahaman. Dapatkah kembali bersemi? Hujan... sampaikanlah Isi Hatiku padanya.