Hujan di Jendela #4 (08)

250 22 7
                                    

Apa kini kau telah menemukan penggantiku?
Ataukah.....
Masih setia akibat sakit hati?

.
.
.

****FAHMI POV****

Kriiiik....
Pintu terbuka.
Sosok tubuh memasuki kamarku, bukan ibuku, ayah atau bahkan adikku.
Tapi....
Sosok yang telah memisahkanku dengan cintaku.

"Sedih sekali"
Ucap Fian yang berjalan menghampiriku.
Setelah melihatnya, aku kembali berpaling ke arah jendela tanpa mengucapkan apapun.
Dia menarik kursi dari meja belajarku lalu duduk tepat di sampingku.
"Kau tidak mungkin sesukses sekarang jika bukan karena campur tanganku paham?!"

"Bukan ini yang aku inginkan"
Kataku dengan datar.

"Dari dulu tata kramamu benar-benar rendah, wajar saja om dan tante sampai harus memanggilku"

"Mau apa lagi kau kesini?"
Aku memandanginya.
"Bukannya kau sudah punya rumah sendiri?!, apa sekarang kau mau memisahkanku dengan keluargaku?!"

"Bukannya memang itu yang kau mau?"
Fian menatapku dengan tajam.
Senyumannya langsung muncul saat mengucapkan itu.

Aku langsung terdiam dan kembali menatap ke jendela.

"Padahal aku kesini hanya ingin mengucapkan selamat dan minta maaf padamu"

"Aku tidak butuh itu darimu"

"Ya sudah, aku juga tidak butuh maafmu"
Fian beranjak dan berjalan ke arah meja belajarku.
Dia mengambil sebuah kotak dari meja itu, lalu kembali duduk di dekatku.
"Ini"
Dia hendak memberikan kotak itu padaku.

"Sudah kubilang, aku tidak butuh apa-apa lagi darimu"

"Baiklah, akan aku taruh di sini"
Fian meletakkan kotak itu di lantai, tepat di sebelah kakiku.

Kami diam dulu...
Aku sibuk memandangi Hujan di luar sana...
Dan Fian hanya mengutak-atik hpnya.

"Mencintai seseorang memang sakit ya?"
Dia kembali membuka pembicaraan.

"Tidak sakit sampai kau muncul"

"Apalagi mencintai pria, sesama jenis begitu?, kau tidak akan bisa menemukan cinta yang sesungguhnya, hanya nafsu saja"

"Kau tahu apa...."

Tiba-tiba Fian memegang kepalaku dan membalikkanku dengan paksa.
Dia menatapku dengan tatapan emosi lalu berkata...
"Aku tahu semuanya...."

Setelah itu dia beranjak dari kursi dan pergi, keluar dari zona nyamanku.

.
.
.
.

****ABRI POV****

Setelah ciuman yang hebat itu...
Aku kembali ke meja dan menyelesaikan beberapa berkas yang harus di isi.

"Mau saya bantu?"
Tawar kak Isman.

"Tidak perlu...., cukup menemaniku saja saat shift malam begini rasanya aku jadi tidak enak sama kakak"

"Kamu ini...., tidak perlu tidak enakan begitulah...., sini saya bantu"

"Sudah selesai...."
Aku menutup map kertas berisi dokumen itu.

"Cepat sekali...."

"Hehe, memang sisa di tanda tangani saja..."

Pluviophile (Sejenak#3)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang