Cuti #3 (34)

130 20 17
                                    

"Pallu Ce'la?!"
Ucapku saat melihat isi rantang yang Abri bawa.
"ini makanan kesukaanku!"

Pallu Ce'la atau bandeng presto itu uhhh best!
Apalagi jika ada...
"KAU BIKIN SAMBALNYA JUGA?!!!!"

"hehe, kan tidak lengkap kalau tidak ada ini"
Kata Abri.
"eh?, bau ini tidak asing...."

Aku juga mencium aroma yang sama...
Bau ini...
Bau yang gurih...

"hehe"
Wandi membuka penutup panci yang dia bawa.
"mau?"

"COTO?!!!!!!!!!!"
Ucap kami bertiga bersamaan.

"ahhh jadi rindu coto ibu Wandi"
Ucap Abri terhura.

"hehe, silahkan bri"
Wandi memberikan sendok pada Abri.
Abri yang sepertinya sudah merindukan cita rasa dari coto jaman SMA kami langsung mencicipi coto dari panci itu.

"ahhh....., rasanya sama....., jadi rindu kampung"

"omong-omong, apa isi plastik hitam itu?"
Aku melihat plastik hitam yang sepertinya berisi botol.
Hmm, mencurigakan.....

"hehehe, kita berdua pernah meminum ini"
Tawa Andi.

Jangan-jangan...
Tuak manis lagi?!
"ahhhh tidak..., aku tidak mau mabuk lagi"

"tuak manis kan tidak bikin mabuk mi"
Kata Wandi.

"ssst, Fahmi dan Andi mabuk hanya karena minum tuak Manis"
Jelas Abri.

"tidak perlu di kasih tahu beb, eh tapi kontrakan kalian tidak ada yang jaga"

"sudah kami kunci semua, rencana juga kami mau nginap di sini saja"
Jelas Andi.

"tidur di kamarku beb!"

"tidak!, aku tidur disini saja"

"Foursome boleh?"

"TIDAK!"
Aku dan Abri sontak menjawab pertanyaan dari Andi barusan.

"hehe bercanda"

"tapi kalau di iya kan pasti kau juga mau"
Ucap Wandi.

"hei hei aku mencium bau penghianat !"

.
.
.
.

Beberapa saat kemudian....

****ARYO POV****

Nah...
Ini dia kontrakannya.
Aku segera memarkirkan mobil di halaman kontrakan Abri, setelah itu aku turun dan berjalan ke arah pintu.

Tok tok tok...

"Assalamu'alaikum.... Dek?"

Tidak ada jawaban...
Aku coba mengintip kedalam lewat jendela, walaupun tertutup kain gorden, tapi jelas lampunya menyala.
Abri tidak mungkin pergi tanpa mematikan lampu, setahuku adikku ini orang yang sangat hemat.

Mungkin dia lagi keluar sebentar...
Baiklah aku akan menunggunya!

.
.
.

Di kontrakan Fahmi....

****ABRI POV****

"ahhh manis!, Andi kau dapat Tuak manis seperti ini dimana?"
Tanyaku.

"uh?, apa?, oh... Di pinggir jalan banyak di jual.."
Sepertinya Andi mulai mabuk lagi.

"maksudku lokasinya dimana?"

"oh?, ahhh itu.... Di............. Sana.... Pinggir jalan.... Dekat perbatasan kabupaten"

"sepertinya kau sudah cukup minum"
Wandi mengambil gelas yang Andi pegang.
"kalian berdua kenapa bisa mabuk?, padahal ini tidak memabukkan!"

Sementara itu Fahmi sudah tertidur pulas di pangkuanku.
"umm sayang....."

"sepertinya aku tidak jadi nginap disini wan"

"kenapa bri?"
Tanya Wandi.

"Fahmi berbahaya kalau mabuk begini"

"yah semua orang kalau mabuk itu berbahaya bri, lagipula mereka berdua saja yang aneh, bisa mabuk hanya karena air nira"

"hehe, perlu di konsultasikan sepertinya"

"eh bri, maaf...."
Wandi tiba-tiba mendekatiku dan menyentuh bibirku.
"ada nasi hehehe"

"ahhhahahaha ehehe jadi salting"

"saliting?"

"eh?, ti...tidak... Maksudku...."

"aku temannya Fahmi, mana mungkin aku mau menikung"

"a...., maaf....."

"hehe tidak apa-apa, tapi kalau kau masih jomblo mungkin akan lain cerita lagi, pangeran liliput"

Uh?
Apa?!!!!!!!

"ehehehe, bercanda bri, maaf ya"

"i..iya, sebenarnya aku juga sudah lama mau berterima kasih padamu wan"

"berterima kasih?, ayolah aku bahkan rasanya tidak pernah membantumu"

"kau membantu membangun hubungan kami...., kau... Gusti, Ivan Rajab dan ketua kelas Fahmi dulu, kalian selalu membantu"

"yah... Kami cuma mencegah Jalil mendekatimu bri hehe, kalau di ingat-ingat aku dulu jahat sekali pada Jalil"

"hehe iya, Jalil ya...."

"kira-kira anak itu sedang apa sekarang?"

Aku tersenyum dan menengok ke atas.
"dia sekarang dalam perjalanan menjadi bintang"

"uh?"
Wandi nampak bingung.

"aku masih sering berhubungan dengan Jalil di sosmed, sekarang dia sangat sibuk untuk persiapan sesuatu"

"apa itu?!"
Tanya Wandi antusias.

"aku juga tidak di beritahu, katanya tunggu saja nanti"

"dia... Masih belum juga berubah ya"

"justru itu yang paling kita rindukan darinya, huhh sudah larut wan, kau belum mau tidur?"

"sudah mau bri, kau nginapnya disini saja, kau tidur di ujung sana biar Jauh dari Fahmi"

"terima kasih wan"

Kamipun tidur di ruang tamu Fahmi.

*****

Gimana nasib kak Aryo?

Jangan lupa vote :)

Pluviophile (Sejenak#3)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang