****ABRI POV****
Srut srut srut....
"mi, plastik sampah di lemari!!!!!!"Pagi yang mendung...
Tanah yang lembab...
Dan sampah dedaunan dari pohon di sekitar rumah.
Akibat hujan dan angin kencang semalam, halaman jadi penuh daun kering begini."ini beb"
Fahmi menyodorkan kantong plastik sampah padaku."kenapa aku?, aku sedang menyapu, masukkan semua sampah yang sudah ku kumpulkan ke plastik!"
"yah, aku ada kerjaan beb, kamu saja ya?"
"laporanmu bukannya sudah selesai semalam?"
Tanyaku heran."ehehe bukan laporan, di tv lagi tanding batminton Indonesia lawan Cina"
"bodo amat!, ayo masukkan sampahnya, jangan buang-buang waktu hanya untuk melihat pertandingan cina lawan cina"
"lho bri?, Indonesia lawan Cina!"
"pemain Indonesia rasnya apa?"
"eh.... i..iya sih...."
Brumm....
Dua orang berboncengan dengan motor memasuki halaman rumah, mereka Aden dan Army."bagus, darimana saja kalian?"
Tanyaku."yah!, ini Aden semalam kabur dari rumah, jadi aku pergi mencarinya"
Jelas Army."Kabur?, bukannya semalam di antar sama papahmu ke rumahnya?"
Army terlihat heran...
Dia lalu merogoh sesuatu dari saku celananya dan memperlihatkan secarik kertas.
"i..ini semalam, Aden meninggalkan kertas ini""maaf yah, aku pamit"
Aku membaca tulisan di kertas itu."hei, aku tidak pernah menulis itu"
Kata Aden."hehe, bagus kan tulisan papah?"
Army tanpa basa-basi segera mengambil sapu lidi di tanganku dan memukul Fahmi berkali-kali.
.
.
.****FAHMI POV****
Seru juga menjahili anak Abri hehe...
"bri, kopi boleh?!"
Sahutku."Bikin sendiri!!!!!!!!!"
Balas Abri dari dapur."pah ganti napa, papah selalu nonton badminton!"
Pinta Army."memangnya kenapa?, heh kamu tahu?, dari dulu itu papah selalu mau bikin tim badminton sendiri, kapan-kapan kita berempat main bareng mau?!"
Ajakku."papah sajalah sama ayah, aku malas"
Sementara itu di dapur...
****ABRI POV****
"tidak perlu membantu ayah..."
Tidak enak saja...
Aden membantuku mencuci piring, sedangkan dua orang pemalas di ruang tamu kerjanya cuma nonton tv."tidak apa-apa yah...., kasihan ayah kan sudah tua"
Ehhh sebenarnya aku agak tidak terima di panggil tua begitu.
"oh iya yah, ayah dan papah sudah ketemu sejak kapan?"
Tanya Aden."hmm..., sudah sangat lama, saat kami masih SMA, dan papahmu itu pernah nyaris membunuh papah"
Hehe jadi teringat."me..membunuh?"
"saat masih SMP..., papahmu pernah menabrak ayah dengan motor sampai ayah koma berbulan-bulan"
"jahat sekali dia"
"hmm..., berandalan memang"
Aku mengeluarkan sebatang rokok dari saku ku dan menyalakannya.
"tapi biar begitu papahmu itu orang yang paling berarti dalam hidup ayah"Tok tok tok....
"Assalamu'alaikum...."
Sahut seseorang dari luar.Lalu terdengar Army berteriak....
"NENEK!!!!!!!!""gawat!"
Aku segera menenggelamkan rokokku ke wastafel, takut ketahuan ibuku kalau aku sekarang jadi perokok."kenapa yah?"
Tanya Aden khawatir."eh! Tidak kenapa-napa..., nenek datang"
Kataku berusaha tenang."nenek?"
"Abri?"
Benar saja, Ibuku langsung masuk dan menemuiku di dapur."bu.., maaf tanganku penuh busa"
Jadi tidak bisa sungkeman hehe.
"ibu kesini sama siapa?"
Tanyaku."di antar Fauzi sama Nima di luar, eh ibu bawa makanan"
"ehehe makasih bu..."
"iya, lagi di makan sama Army dan Fahmi di luar, ah ini?"
Ibu melihat Aden.
"Aden?!""hehe iya bu, sudah besar kan dia?"
"wahaha sudah besar cucu nenek"
Ibu langsung memeluk Aden, bukan pertama kali bertemu sebenarnya, soalnya dulu Aden bayi pernah bertemu dengan ibu sebelumnya.
"kemana saja kamu?, tidak kasihan sama ayahmu?""ehehe maaf nek, waktu itukan aku juga masih sangat kecil"
"ARMY!!!!!!!!!!!"
Suara berisik tiba-tiba terdengar dari luar."ahh, nenek juga bawa si kembar, dengar-dengar kamu juga sekarang sama Army ya?, di pendidikan?"
"i..iya nek..., maaf nenek meluknya erat sekali..."
"biar kamu tidak pergi lagi"
.
.****ARMY POV****
"kau di mana di asrama?!"
"kenapa kami tidak pernah melihatmu?!"
"Aden mana?!"
"kau katanya waktu itu masuk ruang perawatan gara-gara apa?!"
Berisik si kembar!Inilah sepupuku, Adwin dan Edwin...
Kembar....
Menjengkelkan....
Dan berisik."minggir ahhhh telingaku sakit kalau kalian bicara terus!"
"hei, kami cuma khawatir padamu"
Kata Edwin.
"kan kita sepupu"
Sambunh Adwin dan mereka langsung memelukku.Memang sebenarnya aku menghindar di asrama agar tidak bertemu mereka.
*****
Jangan lupa vote :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Pluviophile (Sejenak#3)
Любовные романыHubungan yang kandas akibat kesalahpahaman. Dapatkah kembali bersemi? Hujan... sampaikanlah Isi Hatiku padanya.