Kelompok (58)

115 18 47
                                    

"Assalamu'alaikum, Army..."

Aku segera membuka pintu.
"iya!!!!"

"ada yang baru nih"
Kata Rifki.

"apa?!"

"hei, ini Wattpad, bukan iklan Goriorio"
Kata Alan.

"oh iya benar hehe, ayo masuk, aku sudah menunggu kalian dari tadi"

Mereka berempatpun masuk ke rumah.
"rumah yang bagus"
Ucap Edi.

"eh?, itu ayahmu?"
Tasya melihat fotoku bersama nenek, kakek dan ayah di dinding saat aku masih berumur 8 tahun.

"ehehe iya"

"very kawai!, sepertinya ayahmu orang yang sangat baik my"
Kau salah Tasya....
Di Baik...
Tapi kalau sudah marah aku dan papah Fahmi saja tidak bisa menghentikannya.

"Imut...."
Ucap Alan.

"siapa?"
Tanyaku.

"Ayahmu, kerja kelompoknya kapan?"

Ah iya benar!
Terlalu mengagumi ayahku makanya jadi lupa begini.
"ayo ayo duduk"

Kamipun mulai mengerjakan tugas yang telah di berikan.
Lumayan sih....
Baru pertemuan pertama dengan guru bahasa tapi sudah di beri tugas yang banyak.
Apalagi harus melakulan observasi.

"tapi kita harus melakukan pengamatan dimana?"
Tanya Tasya.

"aku juga tidak tahu, ini jadinya kalau kita di beri tugas saat materi masih setengah-setengah....."
Keluhku.

"bagaimana kalau kita mencari tempat, perusahaan mungkin?"
Usul Edi.

"tapi...., bukannya kalau begitu kita harus memasukkan surat izin dulu?"

"jadi bagaimana my?, kalian berdua bisa bersuara tidak?!"

"ma..maaf Tasya....."
Kenapa sekarang Rifki yang gugup dengan Tasya?

"lan?, kau diam terus kenapa?"
Tanya Edi ke Alan.

"bukan apa-apa, aku cuma berpikir bagaimana kalau melakukan pengamatan di tempat usaha kecil-kecilan saja?, toh ini juga masih materi awal kita"

Benar juga....
Terlalu berlebihan jika sampai ke perusahaan segala.
"jadi apa kau punya usulan tempat lan?"

"aku sudah berpikir sejak tadi my, dan sepertinya aku tahu harus kemana"

"jadi kemana?!"
Tanya Tasya Antusias.

"hehe rahasia"

Uhhh.....

"kenapa pakai kau rahasiakan segala sialan?!"
Rifki jadi emosi.

"besok saja, kalian semua tidak ada kerjaan kan?, lagipula tugas baru di kumpul minggu depan, sekarang baru hari Rabu, nyantai sedikit tidak apa-apa"
Alan berbaring di lantai dengan tangannya menjadi bantalan.

"sepertinya aku setuju hehe"
Edi ikut-ikutan berbaring dengan Alan.

Oi oi oi kalian kenapa?!

"mmm....., kue keringnya enak my, yang bikin siapa?"

"eh.... Tas....."

"hei kalian, Army sudah semangat memanggil kita kesini untuk mengerjakan tugas!, harusnya kita juga serius, jika kau sudah menemukan tempat, setidaknya sekarang kita pikirkan pertanyaan seperti apa yang akan kita ajukan di kunjungan kita itu!"
Rifki :'3

"cih caper...."
Ucap Alan.

Rifki terlihat mengerutkan dahinya, bibir atasnya bergetar....
Sepertinya akan ada gunung api yang meletus.

"ehhh ku..kuenya mendadak jadi tidak enak...."
Ucap Tasya.

"hei berhenti!"

"my?"

"Alan benar ki, tidak perlu terburu-buru juga, sekarang anggap saja kalian tamuku hehe"
Setidaknya dengan ini aku bisa mengembalikan suasana.

"soal pertanyaan aku juga yang urus, besok sisa kalian yang melakukan tugas"
Kata Alan.

Entah kenapa...
Alan dan Rifki.
Aku merasakan sesuatu dengan mereka.

.
.
.
.

****ALAN POV****

Aku pulang kerumah saat pukul 5 sore.

"sepatu ayah?"
Ucapku saat melihat sepatu ayah ada di teras.
Tidak biasanya...
Ku pikir dia hanya akan menghabiskan masa-masanya di rumah sakit.
Tapi...
Sepatu siapa lagi?
Ada dua pasang sepatu di sini.

"Assalamu'alaikum"
Aku langsung masuk kerumah.

Aneh...
Sepatunya ada, tapi kenapa sangat sepi?

Jas putihnya juga ada di sofa..
Huffff...
Setidaknya bawa masuk ke kamar jika baru pulang.

"kau di rumah?"

"di kamar"
Berasa dari kamarnya.

Aku membuka perlahan pintu kamarnya dan mengintip kedalam.

"habis kemana?"
Tanyanya yang sedang berbaring menutupi tubuhnya dengan selimut.

Dan di sudut lain kamar terlihat seorang pria lagi yang sedang menyisir rambutnya di depan cermin.
Sudah kuduga...
Dia memang cuma pulang jika sudah dapat mainan lagi.

"kerja kelompok"
Jawabku dingin.

"cuek sekali dengan ayahmu...., anak manis sepertimu jika lebih patuh pasti akan lebih baik"
Kata pria tadi.

"kau, apa kerjaannya sudah selesai?"
Tanyaku.

"hm?, ayolah lan... Ayah juga butuh sedikit refresing....... Ayah tidak bisa setiap saat cuma menghirup bau infus dan obat-obatan lain di rumah sakit"

"baru bilang begitu sekarang...., kemarin-kemarin kau dari mana saja?"

"kau?, hehe anakmu sepertinya di didik dengan baik di sekolahnya hahahaha"
Pria itu jika bicara lagi akan aku hajar saja.

"aku di didik dengan didikannya, soalnya....."
Aku terdiam sejenak.
"aku tidak pernah di pertemukan dengan ibuku"

"Alan, kita bahas nanti soal itu, ada tamu se..."

"tamu?, atau sewaanmu lagi?!"

Aku melempar jas putih dari sofa tadi kedalam kamar.
"lain kali jangan menghamburkan barangmu di sini, bukan kau yang membersihkan tempat ini, dokter Faizal"

*****

Oyaoya

Jangan lupa vote :)

Pluviophile (Sejenak#3)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang