Hujan di Jendela (05)

313 29 4
                                    

"Faizal?"

Dia tersenyum lalu mengangguk saat aku menyebut namanya.
"Namamu Faizal tapi mukamu jerawatan?"

"Itu Facial!"

"Ehehe maaf, ya sudah aku pergi dulu ya!, kalau butuh teman bicara hubungi saja nomorku"

"Siap..., sekali lagi terima kasih!"

Akupun pergi meninggalkannya.

.
.
.

Lapas kelas II...

****ABRI POV****

Shift malam...
Satu-satunya hal yang tidak aku sukai dari pekerjaan ini.

"Teh bri?"
Kak Isman membawakan teh untukku.

"Terima kasih kak"
Kak Isman lalu duduk di depanku.
"Harusnya kak Isman pulang saja, kan tadi sudah lepas tugas"

"Ahh, di rumah saya gabut, jadi mending di sini bantu-bantu"

"Beneran bantu-bantu?"

"Hehe, sekalian nemenin kamu dek"

"Kak Isman bisa saja"

Aku lalu mengeluarkan sekotak rokok daru sakuku.
"Kak?"
Aku menyodorkan rokok pada kak Isman.

"Makasih"
Kak Isman menarik sebatang rokok dari dalam kotak.
"Ada korek bri?, saya tidak bawa hari ini"

"Sebentar..."
Aku mengambil korek apiku di dalam tas.
"Ini..."

"Nyalain..."
Kak Isman menaruh rokok itu di mulutnya dan memintaku menyalakan api untuknya.

Aku menuruti kemauannya.

Crek!

Setelah menyalakan rokok kak Isman, aku juga mengambil sebatang rokok.
Namun saat aku hendak menyalakan korek, kak Isman menahan tanganku.
"kamu jangan...."
Tegurnya.

"Hufff..."

"Jangan marah..., saya tidak mau kamu jadi perokok aktif, padahal dulu kamu benci sekali dengan asap rokok"

"Aku juga merokok tidak setiap hari kak"
Aku tetap membakar rokok itu dan mulai menghisapnya.
"Fuhhh..."
Aku menghembuskan asap rokok ke langit-langit.
"Kakakku bilang.... Merokok tidak apa-apa, selama aku bisa mengendalikannya"

"Baiklah...., tapi jangan keseringan"

"Siap..."
Aku mengambil hpku dan memutar musik yang ada di dalam folder hp ku.

.
.
.

****FAHMI POV****

Kami semua sudah berkumpul di titik yang sudah di beritahu sebelumnya.
Untuk hari ini Patroli cuma sampai sini saja, soalnya hujan akan turun.

Kami akhirnya kembali ke kantor, setelah melaksanakan apel penutupan, kami di perbolehkan pulang ke rumah.

.
.

Saat di rumah...
Hujanpun turun.
Bersyukur sekali rasanya, hujan bagaikan menungguku sampai di rumah.

Aku masuk kedalam kamar, mengganti seragamku dengan baju kaos dan berbaring di tempat tidur.

Aku membuka aplikasi Yutub.

Menggulir semua video offline yang telah aku download dan memutar sebuah video musik kesukaanku.

D

rive
Bersama Bintang

Senja kini berganti malam...
Menutup hari yang lelah..
Di manakah engkau berada?
Aku tak tahu di mana......

Pernah kita lalui semua....
Jerit tangis, canda tawa.....
Kini hanya untaian kata..
Hanya itulah yang aku punya.......

Tidurlah, selamat malam..
Lupakan sajalah aku..
Mimpilah dalam tidurmu....
Bersama bintang...

Bri....
Kau dimana sebenarnya?

.
.
.

****ABRI POV****

Sesungguhnya aku tak bisa...
Jalani waktu tanpamu..
Perpisahan bukanlah duka.....
Meski harus menyisakan luka.......

Tidurlah, selamat malam...
Lupakan sajalah aku...
Mimpilah dalam tidurmu...
Bersama bintang..

Ha-a-a-a-a ...

Tidurlah, selamat malam...
Lupakan sajalah aku..
Mimpilah dalam tidurmu..
Bersama bintang.....

Lupakan diriku...
Lupakan aku.....
Mimpilah dalam tidurmu.....
Bersama bintang....

Aku segera mematikan musik itu dan berlari keluar dari kantor menuju lapangan.
Seragamku mulai basah terkena air hujan.

"Bri!!!!!"
Kak Isman mengikutiku dan kemudian menghampiri aku yang tengah berdiri di tengah hujan.
"Ayo masuk!, kamu bisa sakit!"

Aku berjongkok di hadapan kak Isman.
Air mataku mengalir bersama air hujan.

"Bri, saya mengerti sulit untuk melupakan Fahmi, tapi....."

"Kak Isman tidak tahu penderitaanku selama ini!!!!!"
Teriakku.
"Setahun lebih aku hanya bisa meringkuk!, semua bayangan tentang orang itu terus membuatku bermimpi buruk!, aku ingin melupakannya... Tapi dia selalu saja muncul di kepalaku!"

"Abri...."
Kak Isman ikut berjongkok dan memelukku.
"Walaupun sakit, tapi kamu harus tetap kuat"

"Mudah untuk bicara...., bukan kak Isman yang mengalaminya"

Kak Isman menyentuh wajahku dengan kedua tangannya.
"Apa yang tidak saya mengerti Abri?"
Matanya sangat dalam menatapku.
"Dari awal kita bertemu...., saat kamu masuk PMR pertamakali di SMA, kakak sudah menyimpan rasa padamu, kakak pendam, kamu memilih bersama Fahmi saya Ikhlas, kamu berpisah dengannya saya mulai maju, tapi kamu sudah terlanjur menutup hati kamu"

Aku menunduk, tak berani rasanya menatap kak Isman yang mulai serius.
"TADI KAMU BILANG BUKAN SAYA YANG MENGALAMINYA?!"
Dia berteriak padaku.
"KAMU TIDAK MENGERTI ABRI! PENDERITAAN SAYA SELAMA INI BAGAIMANA?!, SAYALAH SELIR HATI YANG SESUNGGUHNYA DI SINI!"

*****

Kesurupan dia :v
Canda.

Jangan lupa vote ;)

Pluviophile (Sejenak#3)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang