3 November #2 (10)

226 25 5
                                    

Hari ini tanggal 2...
Besok?

.
.
.

****FAHMI POV****

"Besok ulang tahun Abri"

"Jadi....."
Ucap Wandi.

"Aku ingin mengucapkan selamat untuknya"

"Kau memanggilku ke sini hanya untuk itu?"

"Ini kan warung coto milik ibumu...."

"Hehe, habisnya aku capek, aku baru sampai rumah tadi pagi"

"Kau habis dari mana?"

"Antar temanku pulang kampung di Toraja"

"Wuih! Jauhna! (Jauhnya!)"

"Kau iya?, bengkak matamu pasti sudahko lagi menangis (kau?, matamu bengkak pasti kau habis menangis lagi)"
Tahu saja semalam aku habis menangis sambil memeluk seragam SMA Abri.
"Memangnya kau menangis karena apa kali ini?, Abri lagi?"

Aku mengeluarkan seragam Abri dari tasku.
"Ini...."
Wandi mengambilnya dan melihatnya dengan seksama.
Aku langsung saja menarik baju itu lagi.
"Jangan lama-lama, ini baju punya pacarku"

"Memangnya dia masih menganggapmu?"
Tajam sekali nada ledekan itu.

"Rasanya aku malah makin down bicara denganmu"

"Tapi kau dapat baju SMA Abri darimana?"
Tanya Wandi.

"Aku...."
Tiba-tiba aku juga ikut berpikir.
Darimana Fian mendapatkan baju Abri?!
Apa jangan-jangan dia mencurinya?!
Ahhh tidak mungkin!

"Hei, darimana kau mendapatkan baju itu?, jangan bilang kalau kau menyelinap masuk ke rumah keluarga Abri saat tengah malam"

"Sembarangan! Sampohi mulutmu!, sebenarnya..... Fian yang memberikan baju ini padaku",

"Fian?, ahh sepupumu yang polisi itu, dan sangat kau benci?"

"Sepertinya benciku padanya sudah berkurang sedikit"

"Eh.... Sedikit?"

Drrrrt...
Hpku berdering.
Aku mengambil hp ku dari saku celanaku dan melihat nomor tak di kenal menelponku.

"Siapa?"
Tanya Wandi penasaran.

"Entahlah, nomor baru"

"Jangan-jangan Abri!"

Dengan penuh harapan aku menjawab telpon dari nomor itu.
"Halo..."

"Halo, Fahmi... Ini aku Faizal"

"Bukan wan...."
Kataku.
"Eh iya, ada perlu apa Faizal?"
Tanyaku.

"Ini... Aku melihatmu duduk berdua dengan seseorang, apa itu benar-benar kau?"

Aku langsung menengok ke berbagai arah dan benar saja, tepat di belakangku ada Faizal yang tengah duduk dengan laptop di hadapannya.
"Hei"
Sapanya saat kami saling melihat.

"Temanmu mi?"
Tanya Wandi.

"i...iya, aku bertemu dengannya waktu ikut patroli malam"

Faizal mengambil laptop dan tasnya lalu berjalan menghampiriku.
"Aku gabung, boleh ya?"

"Iya silahkan, Wandi?"

"Iya, sini duduk biar makin rame"

Faizal lalu menarik kursi dari meja lain dan duduk di antara aku dan Wandi.
"Ohh jadi ini pacarmu mi?"

Wandi yang sedang minum langsung keselek.
"Apa?!, mi kau cerita apa sama dia?!"

"Ehhh jangan salah paham dulu!, Faizal, ini temanku namanya Wandi"
Aku memperkenalkan Wandi pada Faizal.

"Ohh, hehe maaf aku tidak tahu"

.
.
.

****ABRI POV****

Hmmm........
Hmmm........
Hmmm........
Hmmm........
Hmmm........

Aku hanya diam sementara Andi terus memandangku.
"Kau.... Ada yang beda denganmu...."

"Apa?!"

"Abri kau tambah gemuk!"

"Sialan kau......"
Aku langsung memukul Andi dengan bantal.

"Hehe maaf, heii sudah, masa aku jauh-jauh kesini tapi kau malah memukulku?"

"Habisnya mulutmu tidak bisa di rem"

"Iyaaaa maaf"

"Jadi kenapa kau kesini?, dan kenapa kau tahu rumah ini?!"

"Hehe, aku ngontrak di sebelah, tadi pagi pas ibu kontrakan membawakan rantang untukmu aku melihatmu, jadi aku bertamu ke sini hehe"

"Tunggu!!!!!!!!!, kau ngontrak?, tapi kenapa kau di sini?"

"Hehe, aku di tugaskan di sini, sepertimu"

"me...memangnya kau di instansi mana?"

"Dinas perhubungan, eh ini sahabat dari kecilnya cuma duduk tidak di kasih minum?"

"i...iya se..seb..sebentar......."
Aku beranjak dari ruang tamu dan pergi ke dapur.

Aku membuatkan segelas kopi untuk Andi, ya karena setahuku Andi itu suka minum kopi. Setelah selesai, aku kembali ke ruang tamu dengan secangkir kopi buatanku tadi.

"Wahh makasih bri!!!"
Andi langsung mengambil kopi itu dan meminumnya.
"Ahhh, enak!, oh iya aku ada sesuatu!"

"Apa?"

"Titipan dari ibumu, kak Nima dan Kak Aryo"

"Titipan apa?"
Aku makin penasaran.

"Ahhh iya hehehe ketinggalan di kontrakanku, sebentar ya aku ambil dulu"
Andi dengan terburu-buru keluar dari kontrakanku.
Tak lama kemudian dia kembali dengan membawa tiga kotak yang terbungkus kertas kado.
"Ini!, ada suratnya juga"
Andi memberikan surat itu padaku.

Aku mencoba membukanya lalu membaca isi surat itu

*****

Maaf ya....
Karena sakit author jadi sedikit terhambat bikin part lanjutannya :'(

Jangan lupa vote :D.

Pluviophile (Sejenak#3)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang