Siap (70)

120 23 13
                                        

****ABRI POV****

Aku menatap tajam Army.
Emosiku memuncak saat tahu akar dari masalah ini.

"setelah kakakmu siuman, bereskan barang-barangmu!, kita pulang!"

"ayah kumohon jangan begitu....", Pinta Army.
Namun sudah keputusanku, mau dia menangis darahpun aku tidak akan menarik kembali keputusanku.
"ayah kumohon yah... Pah.... Papah Fahmi tolong kasih tahu ayahku"

Aku langsung menoleh ke Fahmi, rasa marahku ke dia juga amat besar saat aku tahu kalau dia sebenarnya sudah mengetahui hubungan Army dengan orang yang mencelakai mereka sendiri.
"kau!, kau kenapa cuma diam saja hah?!"

"bri, jangan berisik, ini rumah sakit, kasihan Army juga baru sembuh"

"kasihan?!, Fahmi, kau tidak kasihan padaku?!, aku mengkhawatirkan anakku malam itu, dan yang dia lakukan adalah hal konyol dan berbahaya, dan lagi kau juga membantunya!"

"maaf bri, oke Army pulang nanti"

"apa?! Tidak mau pah! Jangan bawa aku kembali! Aku mau tetap di sini!"

"diam Muhammad. Army Syam Abri!, jangan bicara sampai kau sampai di rumah sekarang"

"Om!"
Seseorang memasuki kamar rumah sakit.
"om Army jangan di bawa pulang"
Kata anak itu.

"Rifki..., ayah kumohon, aku sudah punya banyak teman di sini"
Army terus memohon.
Di tambah temannya yang barusan datang juga bersikeras tidak ingin Army di bawa.

"om kumohon, jangan pisahkan aku lagi dengan Army!"
Pinta anak itu.

"ti..tidak.... Army harus tetap pulang!, itu demi kebaikan kalian semua"

"om...., aku yang akan menjaga Army di sini!, kumohon biarkan Army tinggal"

"menjaga?, kamu lihat sendiri nak?, sepupu Army sendiri hampir meninggal"

"bri..."
Fahmi memegang pundakku.

"argghhh!!!!"
Pusing sekali...
Aku langsung keluar dari kamar Army agar emosiku tidak bertambah besar.

Namun saat keluar....
Aku melihat salah seorang teman Army tengah duduk di kursi pengunjung.
Dia melihatku keluar langsung bangkit dan menghampiriku.
"om, bagaimana Army?!, maaf aku baru bisa datang menjenguknya"

"hmm sudah siuman, tapi..., hufff.... Army harus pindah setelah keluar dari sini"

Dia lalu menunduk.
"a..aku...."

"maaf, om tahu kalian semua adalah teman Army, tapi kalau kalian terus mengikuti Army itu malah membahayakan diri kalian"
Itulah yang ku ketahui...
Dari pengalamanku sendiri sejak bertemu Fahmi dan masuk ke dunia ini.
"tidak ada masa depan yang baik jika sudah masuk...."
Ucapku.

"om?"

"ah tidak..., tadi saya cuma berceloteh saja, oh iya silahkan masuk, Army pasti senang melihatmu"

Tapi dia malah memberikan bingkisan yang ia bawa padaku.
"kalau memang Army harus pergi, aku lebih baik tidak menemuinya"
Ahhh salah lagi :'(
"om, tolong sampaikan ke Army kalau Alan tidak bisa menjenguknya karena sibuk!"
Dia mencium tanganku dan langsung berlari pergi.

Aku mengerti....
Aku sangat mengerti...
Karena aku tahu semuanya.
Tapi inilah jalan yang terbaik.

.
.
.
.
.

5 hari berlalu....

Setelah sepupu Army sehat dan kembali ke rumah.
Saat ini aku sedang sibuk menaikkan semua barang milik Army ke mobil.

Oh iya, ibu tidak tahu kejadian sebenarnya tentang insiden ini, kami hanya bilang pada ibu kalau malam itu Rio di tikam oleh seorang begal saat pulang kerumah.

"kak...."
Army sedang sibuk bercengkerama dengan Rio di teras rumah.

"jangan nakal ya di sana"
Kata Rio.

"sekali lagi aku minta maaf hiks..."

"memang harus!, ehehehe bercanda"
Terlihat Rio memeluk Army sangat erat.
"sering berkunjung ya!, jangan lupa keluarga besarmu di sini!"

"hm!"

"Army!, ayo nanti sampainya larut"
Sahutku dari dalam mobil.

Army langsung mencium pipi Rio dan berlari masuk kedalam mobil.
Dia membuka jendela dan tak henti-hentinya melambaikan tangan pada keluarga besar kami.

Mobilpun berjalan, meninggalkan halaman rumah dan mulai melaju di jalanan.
Namun....

PIIIIIIP!!!!!!
"ARMY!!!!!!!!!!!!!!!!!!"

****ARMY POV****

Mereka tidak akan datang...
Ayah pasti sudah menegur mereka saat di rumah sakit.

PIIIIIIP!!!!!!
"ARMY!!!!!!!!!!!!!!!!!!"

"lihat ke spion"
Ucap Ayah.
Aku langsung melihat ke spion mobil.
Dan dari belakang ternyata ada Rifki, Akir dan Alan yang mengendarai motor di belakang kami.

"ARMY!!!!!!!! JAGA DIRI!!!!!!!"
Sahut Akir.

"ARMY JANGAN HAPUS KONTAKKU YA!!!!!!!!!!"
Rifki melambaikan tangannya padaku.

"OI JANGAN LUPAKAN AKU!!!!!!!!"
Teriak Alan.

Aku segera mengeluarkan kepalaku dari jendela.
Air mataku yang mengalir keluar beterbangan tertiup angin.
"SAMPAI JUMPA!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!"

"apa perlu ayah tinggal dulu?"
Tanya Ayah.

"tidak...."
Ucapku.
"jalan saja...., begini lebih indah"

****ABRI POV****

Kasihan...
Tapi walau merasa kasihan aku tetap tersenyum melihatnya.
"didikan Fahmi..."
Ucapku dalam hati.

*****

Maaf baru bisa update.
Oh iya, mohon do'a nya Fahmi hari senin yang lalu habis kecelakaan, sekarang udah baikan tapi masih di rawat di rumah sakit.

Jangan lupa do'a :)

Dan Vote :D

Pluviophile (Sejenak#3)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang