2

21.5K 1.9K 91
                                    

"Kenapa muka lo kusut banget?" Adel memperhatikan wajah sahabatnya yang biasanya glowing menjadi keruh seperti kuah kali Ciliwung.

"Biasa, abi gue." Dinar menjawab malas sambil mengaduk-aduk es cendol miliknya. Cendol yang sudah dengan susah payah dicetak oleh tukang cendol itu, kini berubah layaknya bubur.

"Lo diceramahin lagi? Bukannya bokap lo dai kondang? Wajarlah kalau kerjaannya ceramah mulu." Adel menanggapi dengan santai. Adel paham, menasehati orang adalah kerjaan utama ayah Dinar.

"Gue mau dikawinin." Dinar berkata lirih.

"Hah? Yang bener lo?!" Adel berteriak dengan heboh, membuat Dinar mengorek kupingnya karena kaget.

Dinar segera membungkam mulut Adel dengan telapak tangannya. "Jangan keras-keras kenapa? Lo mau viralin gue?"

Adel berbisik sambil mencondongkan tubuhnya ke arah Dinar. "Abis berita ini begitu membagongkan. Seorang Dinar Aufarina mau nikah muda, what the hell!"

"Tau 'tuh abi gue! Gabut banget dah." Dinar mengeluh sambil menjambaki rambutnya dengan frustasi.

"Terus om Fabian lo kemanain?"

Mendengar pertanyaan Adel, Dinar semakin bertambah pusing. Ia memijit kedua pelipisnya.

Fabian adalah pacar resmi Dinar selama dua tahunan ini. Ia adalah seorang pria matang berusia awal tiga puluhan.

"Mau gue putusin aja." Dinar menjawab lemah.

"Ish, jangan! Sayang tau. Mana cowok keren begitu." Adel memang mengidamkan sosok Fabian sudah lama, mau nikung kok ya nggak etis, masa mau merebut pacar sahabat sendiri.

"Terus lo maunya gue selingkuh dari suami gue, gitu?" Dinar tak bisa membayangkan hukuman apa yang akan diberikan sang ayah kalau ia nekat. Mungkin ia akan dirajam.

"Kalau bisa dapat dua, kenapa harus satu? Iya, nggak?" Adel menaik turunkan alisnya.

Dinar tak habis pikir dengan saran sesat Adel. "Ih, maruk lo!"

"Emang gimana bentukannya cowok yang bakal jadi suami lo, hah?" Adel penasaran. Kalau kandidat pilihan Haji Arifin, pasti spek nya nggak main-main. Mana mau Haji Arifin bermenantukan seorang jamet pengangguran.

"Gue juga belum tau."

Dinar memang belum ada gambaran tentang makhluk seperti apa yang disodorkan sang ayah untuknya. Menurutnya pasti high quality. Ia tahu standar abi-nya sangat tinggi.

Adel menggelengkan kepala dengan heran. "Apa? Dan lo mau-mau aja dinikahin sama orang yang belum jelas bentukannya? Minimal itu ya, ketemuan dulu, ngobrol dulu, apa kek. Main kawin-kawin aja ...."

"Gue mah percaya aja sama bokap gue. Nggak mungkin 'kan dia ngasal ngasih jodoh buat gue?"

"Pasrah amat sih lo? Jangan-jangan lo seneng dikawinin?" Adel menowel-nowel lengan Dinar. Segera tangannya dihempaskan Dinar dengan kesal.

"Enak aja!"

"Halah, ngaku lo! Sebenarnya lo udah nggak sabar pingin kawin 'kan?" Adel semakin semangat menggoda Dinar.

"Apaan, sih? Nggak jelas amat!"

Tiba-tiba seseorang yang baru saja dibicarakan sudah muncul di belakang mereka.

"Siapa yang mau kawin?" Fabian mengambil tempat di samping Dinar.

"Eh, anu, Mas ...." Dinar menggaruk kepalanya, sedang Adel membuat tanda resleting di mulutnya.

"Siapa yang mau kawin, aku tanya?" Fabian mengulang pertanyaan, ia merasa curiga dengan ulah kedua orang itu.

Dinar berusaha keras mengarang cerita, ia sangat gugup karena Fabian terus memandanginya dengan penuh selidik.

Menikah dengan Penghulu (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang