66

9.5K 953 12
                                    

"Kia?" tanya Azzam tak percaya. "Kia, Zaskia  Khairunnisa, anak Haji Arifin?" Azzam memastikan pendengarannya.

"Iya. Kia yang itu." Dinar berkata kesal.

"Dinar, saya tau cemburu itu tandanya cinta. Tapi, mbok ya jangan berlebihan. Kia 'kan kakak kandung kamu? Ya nggak mungkinlah saya ada main dengan dia."

"Kenapa enggak? Di sinetron tipi ikan terbang ada 'tuh. Aku sama ummi pernah nonton."

"Asal kamu tau, ya. Seorang laki-laki tidak boleh menikahi dua perempuan sekandung."

"Sotoy!"

"Saya ini penghulu, kalau kamu lupa. Pasti saya paham masalah fiqih munakahat. Ada ayatnya kok. QS An-Nisa ayat 23."

Dinar tersenyum malu, sekaligus lega. "Artinya kamu nggak bisa menikah dengan kak Kia, Mas?"

"Bisa, asal kamu sudah meninggal. Kia bisa menikah dengan saya, namanya turun ranjang." Azzam menjelaskan dengan polosnya.

Dinar mengambil sapu, untuk mengancam Azzam."Kamu mengharapkan aku meninggal, ya, Mas?"

"Enggak, saya cuma jawab pertanyaan kamu aja kok." Azzam buru-buru mengelak.

"Aku akan hidup yang lama, biar kamu nggak bisa nikah sama kak Kia."

"Aamiin." Azzam mengaminkan niat istrinya. Lagipula Azzam tak ada niatan untuk berpoligami, seorang istri saja cukup, ini juga masih awet nggak habis-habis. Tapi Azzam tak mau mendahului kehendak Allah, ia menyerahkan semuanya pada takdir Allah.

"Gimana? Masih marah?" tanya Azzam lagi.

Dinar menggeleng. "Sama kamu enggak, tapi sama kak Kia masih."

"Sesama saudari kandung jangan bertengkar, apalagi untuk memperebutkan saya." Azzam berkata dengan kenarsisan yang hakiki.

"Siapa yang memperebutkan kamu, sih, Mas? Aku juga awal nikah sama kamu karena terpaksa."

"Yang tadi cemburu itu, kenapa?" ledek Azzam.

"Aku nggak cemburu, Mas. Aku cuma kesal sama kak Kia!" Dinar mengelak dengan sengitnya.

"Boleh saya jujur?"

Dinar mengangguk, tak sabar mendengarkan cerita Azzam. "Cepetan, Mas. Udah nggak sabar, nih."

"Dulu, saya mengira yang dijodohkan dengan saya itu adalah Kia."

"Jadi, sebenarnya kamu juga naksir dia, Mas?"

"Enggak, dengar dulu ...."

Dinar terlanjur marah, bibirnya sangat lancip seperti Suneo. "Kamu terpaksa menerima perintah abi 'kan? Sebenarnya kamu mengharapkan kak Kia. Lalu kamu pikir ya sudah, tak ada rotan akar pun jadi. Pasti gitu."

"Nggak boleh suudzon gitu. Apalagi sama suami sendiri."

"Sudahlah, aku pusing, Mas. Banyak sekali rintangan diantara kita." Dinar berkata pasrah.

"Rintangan itu kamu yang bikin. Jangan membesar-besarkan masalah, yang tidak ada jangan diada-adakan."

Dinar meninggalkan Azzam keluar kamar, Azzam segera mencegahnya. "Mau kemana?"

"Mau protes sama abi. Kenapa dulu memaksa aku menikah sama kamu, seharusnya yang menikah sama kamu itu kak Kia, bukan aku."

Azzam merasa sakit di hatinya mendengar ucapan Dinar. "Kamu menyesal menikah dengan saya?"

Melihat ekspresi suaminya yang terlihat sangat terluka, Dinar sadar, kalau dirinya telah salah bicara.

"Mas, aku nggak bermaksud ...."

"Aku tau, aku nggak ada apa-apanya kalau dibandingkan dengan mantan kamu yang kaya raya itu. Dia punya segalanya, rumah, mobil, perusahaan. Sedang aku? Aku cuma seorang penghulu yang gajinya cuma cukup untuk makan. Aku sadar, siapa aku, siapa dia. Kamu menyesal melepaskan dia? Apalagi sekarang dia sudah muallaf, pasti ...."

"Cukup, Mas. Bukan begitu maksud aku ...."

Azzam berjalan begitu saja menuju kamar, ia menutup pintu, menguncinya. Memang Dinar saja yang boleh marah? Sebagai laki-laki harga dirinya telah terluka.

***

Ini kapan tamatnya, sih? Udah part 66 masih aja berantem. Kemarin bininya yang ngambek, sekarang suaminya ....

Bodo ah! Pusing juga authornya. Next part Kia mau dijodohkan ama siapa? Kalian tim mana?

Adel-Fahri
Kia-Fahri
Adel-Fabian
Kia-Fabian
Author-Kim Seok Jin (eh lupa, laki gue baca)

Biarkan mereka ribut, yang penting rumah tangga author-nya selalu rukun, aman, sentosa, berjaya di laut dan udara, sakinah mawadah warahmah sampai akhir masa. Aminkan, Gaes ....

Menikah dengan Penghulu (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang