63

9.6K 948 5
                                    

Setelah menyerahkan amanah dari Fahri kepada Adel, Azzam dan Dinar pun bergegas pergi ke bioskop. Tetapi dalam perjalanan malah gerimis.

"Jadi nonton nggak, Mas?" tanya Dinar ragu, ia merasa semakin lama hujan semakin deras.

"Terserah kamu aja. Orang cuma hujan air, bukan hujan batu dari neraka yang dibawa burung Ababil untuk melawan pasukan gajah raja Abraham." Azzam malah bicara panjang lebar.

"Mampir rumah abi aja, kita neduh di sana dulu," saran Dinar.

Azzam setuju dengan saran istrinya, jalan ke bioskop memang searah dengan rumah orang tua Dinar.

***

Hajjah Hamidah senang melihat anak dan menantunya datang berkunjung, kebetulan ia baru saja menggoreng gehu kesukaan Dinar.

"Kalian datang tepat waktu, ummi baru aja bikin gehu. Udah firasat kayaknya." Hajjah Hamidah menghidangkan gehu yang masih panas di atas meja.

(Gehu : toge tahu, orang Sunda pasti taulah, semacam tahu isi. Ada juga yang bilang tahu berontak. Jadi pingin bikin ....)

"Kalian dari mana?" tanya Hajjah Hamidah. Sekarang ia hanya sendiri di rumah, sedang suaminya pergi ke acara pengajian.

"Abis dari rumah Adel, maunya langsung nonton. Eh, gerimis." Dinar menjawab dengan mulut penuh tahu.

"Mau lihat film apa, sih?"

"Kisah Nabi Adam dan Hawa, Ummi." Azzam yang menjawab sambil malu-malu.

"Kenapa harus ke bioskop? Abi juga punya DVD nya. Sebentar ummi carikan." Hajjah Hamidah pergi ke kamar kerja suaminya, untuk mengambil DVD yang dimaksud.

"Mas, tadi kamu lihat ekspresi Adel, nggak?" tanya Dinar, Azzam hanya mengangguk.

"Kasihan, ya. Makanya aku ragu mau ngasih ke dia."

Flash back

"Ngapain lo ke sini malam-malam?" tanya Adel keheranan.

"Gue cuma mau ngasih titipan dari ustadz Fahri." Dinar membuka tasnya, untuk mengambil barang yang dimaksud.

Sedang Adel menunggu dengan hati berdebar, titipan ustadz Fahri? Apa sepucuk surat? Apa isinya? Memikirkan saja membuat pipi Adel merona. Padahal baru kemarin ia bertekad untuk melupakan pria itu.

"Mana, Din? Cepetan!" Adel merasa tak sabar karena dari tadi Dinar terlalu lama mengaduk isi tasnya.

"Iya, sabar. Masih gue cari, nih. Tadi perasaan udah gue masukin kok." Dinar memeriksa kembali isi tasnya, kali ini ia tumpahkan ke meja tamu Adel. Azzam hanya menggeleng pelan melihat kelakuan istrinya.

"Nah, ini dia." Dinar menyerahkan sebuah botol untuk Adel.

"Ini apa?" Adel menerima botol itu dan memeriksa isinya. Huek ... Adel hampir muntah mencium baunya yang khas, ia tak suka bau jamu.

"Ya itu, titipan dari ustadz Fahri. Kata dia bagus untuk memelihara daya tahan tubuh. Jangan lupa diminum, ya?" pesan Dinar seraya tersenyum.

"Hah? Bukanya surat?" Adel kecewa dengan ekspektasinya yang terlalu tinggi.

"Hah? Surat apa?" Dinar menggaruk kepalanya, bingung dengan ucapan Adel.

"Itu memang bagus untuk kesehatan, Del. Bisa menyembuhkan segala penyakit, kecuali kematian, kata Nabi Muhammad SAW. Hadist riwayat Muslim." Azzam ikut menerangkan, lengkap disertai dengan hadistnya.

Flash back off

"Biar saja, Din. Biar dia merasakan, kalau cinta tak selamanya indah." Azzam berkata dengan diplomatis.

Dinar setuju dengan ucapan suaminya, ia memeluk Azzam dari samping. Kagum dengan pemikiran suaminya yang bijak. Padahal b aja, sih. Itu sih kata mutiara sejuta umat.

Hajjah Hamidah keluar dari kamar kerja suaminya dengan membawa kaset. "Akhirnya ketemu jug ...." Melihat anak dan menantunya sedang berpelukan, ia jadi canggung sendiri.

"Maaf, anggap aja ummi nggak lihat apa-apa. Silakan dilanjutkan. Ummi mau cuci piring dulu." Hajjah Hamidah segera berlalu ke dapur.

"Kamu, sih. Peluk-peluk sembarangan. Kan nggak enak ke gep sama ummi." Azzam menggoda istrinya, berpura-pura menyalahkan Dinar.

"Kamu sendiri mau-mau aja." Dinar mencubit paha Azzam.

"Ya udah, lanjutkan." Azzam merentangkan tangannya, segera ditepis oleh Dinar. "Tuh 'kan kamu yang mesum."

"Orang tadi ummi yang nyuruh lanjutin."

***

Adek ... cinta tak selamanya indah, Adek .... Coba huruf K diganti L, yang bacanya bernada, fix korban tik tok 😁

Menikah dengan Penghulu (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang