38

9.8K 1K 33
                                    

"Din, kenalkan ini namanya Kak Fatimah. Dia kakak ipar kamu. Dan ini namanya Hussein, dia keponakan kamu." Ummi mengenalkan kedua orang itu.

Dinar hanya bisa melongo. Tiba-tiba saja ia mempunyai ipar dan keponakan. Beli satu gratis satu ini mah ....

"Kok bisa, Mi?" Hanya itu yang bisa terlontar dari mulut Dinar.

Ummi menjelaskan, kalau wanita bernama Fatimah itu adalah istri kakaknya, Thoriq. Mereka menikah di Mesir. Thoriq sengaja tak memberitahu orang tuanya. Tadi pagi tiba-tiba ia pulang dari Kairo membawa anak dan istrinya.

Saat itu ummi dan abi kaget setengah mati. Thoriq langsung diinterogasi oleh abi di ruang kerjanya, hingga kini kedua orang itu belum keluar kamar. Ummi merasa sangat khawatir.

Dinar sampai lupa menyalami kakak iparnya, ia segera menghampiri wanita itu. "Aku Dinar, Kak. Adik bungsunya Kak Thoriq."

Wanita itu hanya tersenyum menanggapi, tanpa menjawab. Dinar jadi curiga. Apa kakaknya menikahi wanita disabilitas?

"Dinar, Fatimah belum bisa berbahasa Indonesia. Dari tadi Ummi juga belum ngobrol sama dia. Kami cuma nangis bareng aja." Ummi menjelaskan.

Rupanya Fatimah ini wanita asli Mesir. Pantesan cantik seperti Cleopatra. Begitu juga anaknya, si Hussein itu. Ganteng sekali. Pasti gedenya jauh lebih ganteng lagi, seperti Zayn Malik. Namanya juga anak made in Mesir. Dinar jadi kagum dengan kakaknya, bisa-bisanya melakukan perkawinan silang dengan sukses.

Dinar jadi berpikir, bagaimana cara kakaknya pedekate dengan Fatimah? Mungkin pakai bahasa Arab. Mana mungkin pakai bahasa pulu-pulu seperti Upin Ipin.

"Ajak ponakanmu main sana. Biar Fatimah bisa istirahat," perintah ummi kepada Dinar.

Dinar menggaruk kepalanya, ia menghampiri Hussein dengan ragu. Ia belum pernah bermain dengan anak kecil. Dinar jongkok di depan anak itu. "Mau main sama onty?"

Anak itu takut melihat Dinar, ia menarik ujung hijab induknya, eh ibunya. "Man hua?" (Siapa dia?)

Dinar menggaruk kepalanya lagi, untung saja tidak ditanya man robbuka ....

"Nggak papa, jangan takut. Halal, halal." Dinar bicara asal, karena tidak bisa bahasa Arab. Yang ia tahu hanya halal dan bahlul saja.

Fatimah berbicara dengan anaknya, tentu saja menggunakan bahasa Arab yang cukup fasih. Sampai Dinar merasa mendengar orang sedang mengaji.

Entah apa yang dikatakan ibunya, anak itu perlahan menghampiri Dinar. Membuat Dinar senang. "Bagus. Kalau nggak nangis nanti onty kasih kurma."

Dinar merasa anak made in Timur Tengah tak suka permen, sukanya kurma hehe ... Ada-ada saja.

Dinar menggandeng Hussein (keponakan newbie-nya) keluar kamar. Ia mengajak Hussein main ayunan di taman. Ayunan itu adalah ayunan milik Dinar waktu ia masih kecil. Sampai sekarang masih awet, karena terbuat dari stainless steel.

"Hussein, onty boleh nanya? Kamu kalau di Mesir mainnya apa? Pasti main sama onta, ya? Kasian. Pasti di sana nggak ada odong-odong." Dinar cuek saja bicara, walaupun lawan bicaranya tak paham bahasanya.

Husein yang melihat bibinya tertawa jadi bingung. "Madha taqulu?" (Lu ngomong apa, sih?)

Dinar menjawab pertanyaan Hussein dengan asal. "Pulu pulu pulu ...."

Hussein hanya diam, sambil terus memperhatikan Dinar yang bicara tak jelas. Tiba-tiba bocah itu berkata, "Bahlul!" sarkas Hussein.

"Apa? Kamu ngatain onty bodoh?" Dinar tau apa artinya. Biasanya Haji Arifin mengatakan itu kepadanya. Ia pikir arti bahlul adalah bodoh, padahal sebenarnya artinya pintar. Tapi memang digunakan untuk menyindir seseorang. Sarkas lebih tepatnya.

Melihat bibi-nya marah, Hussein jadi tertawa. Menertawakan tingkah tak jelas makhluk bahlul di depannya.

"Jahat ya kamu! Udah, onty marah. Onty nggak mau main sama kamu lagi." Dinar meninggalkan Hussein masuk ke dalam rumah. Hendak mengambil air minum.

Saat melewati ruang kerja Haji Arifin, ia tak sengaja mendengar percakapan ayah dan kakaknya.

"Maaf, Abi. Thoriq tidak siap kalau harus berpoligami."

***
Waduh, bahas poligami. Berat ....😁

Menikah dengan Penghulu (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang