"Sabar, Mas Azzam. Non Dinar dari kecil memang begitu. Sedikit lebih manja dari kakak-kakaknya. Saya tau, karena dari kecil saya yang 'pegang' dia." Bik Inah memberikan testimoni.
"Iya, Bik. Insyaallah saya akan sabar." Azzam tersenyum dengan canggung.
"Coba dibujuk dengan es krim, Mas. Waktu kecil kalau ngambek nggak mau les, saya bujuk pakai es krim langsung mau." Bik Inah bicara dengan serius.
Azzam menggaruk rambutnya, merasa tidak yakin dengan usul bik Inah. "Itu 'kan waktu dia masih kecil, Bik ...."
"Coba dulu, Mas. Saya belum pernah gagal ngebujuk dia dengan cara itu."
Azzam memutuskan untuk mencoba saran dari bik Inah. Ia bergegas pergi ke minimarket depan gang.
"Es krim dung-dung yang rasa kacang ijo, Mas." Bik inah berlari-lari menyusul Azzam.
"Bik Inah nggak nitip sekalian?" tanya Azzam.
"Nggak usah, Mas. Tapi kalau boleh sekalian tolong dibelikan sabun cuci piring. Tadi saya lihat sudah habis. Biar besok subuh saya nggak pusing kalau mau cuci piring."
"Sabun cuci aja, Bik? Nggak mau nitip es krim sekalian?" tawar Azzam lagi.
"Nggaklah, Mas. Bibi udah tua hehe ...." Bik Inah tertawa sambil berlalu ke dapur.
***
Azzam membelikan es krim sesuai instruksi Bik Inah. Ia segera mengetuk pintu kamar yang dikunci oleh Dinar.
"Dinar, buka pintunya. Ini saya belikan es krim kesukaan kamu loh ...." Azzam mulai membujuk istrinya. Sepi. Dia telah diabaikan.
"Dinar?"
"Sayang?"
"Honey?"
"Adek?"
"Mama?"
Ceklek!
Dinar membuka pintu, ia melongok dari celah pintu yang terbuka sedikit. "Tadi kamu manggil apa?"
"Ma ... ma-ma?" Azzam mengulang panggilannya dengan ragu. Melihat Dinar yang diam saja, ia merasa takut.
"Kenapa? Ada yang salah?" Azzam bertanya lagi.
Dinar menggeleng pelan. "Nggak papa. Aku suka. Kenapa nggak manggil ummi?"
"Nanti tertukar sama panggilan mertua saya." Azzam menjawab dengan polosnya.
"Em, baiklah. Mana es krimnya, Daddy." Dinar mengulurkan tangannya.
"Daddy?" Azzam mengerutkan keningnya.
"Daddy, my sugar daddy. Daddy Corbuzier. Daddy Dores. Terserah mau pilih yang mana." Dinar menjawab cuek sambil sibuk mengupas es krimnya.
"Jangan panggil daddy, aneh kedengarannya, nggak islami banget. Panggil mas aja. Lebih mahal." Azzam tak suka dengan panggilan Dinar.
"Siapa juga yang mau manggil. Orang aku aja masih ngambek." Dinar menjulurkan lidah.
"Kirain sudah nggak marah. Es krimnya aja udah dimakan." Azzam tersenyum sambil mengelus kepala istrinya.
"GR. Aku makan es krimnya karena takut keburu mencair." Dinar bersiap menutup pintu kamarnya, refleks Azzam menahannya. Sampai tangannya terasa sakit karena terjepit pintu.
"Izinkan saya tidur di dalam. Nggak enak dilihat Bik Inah."
Karena merasa kasihan, akhirnya Dinar membiarkan Azzam tidur di kamar. Azzam merasa amat lega. Ia merasa tidak enak dengan bik Inah, baru sehari berada di rumah ini, sudah disuguhi drama-drama menegangkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menikah dengan Penghulu (TAMAT)
RomanceDinar anak dai kondang di kotanya. Ia memiliki kekasih seorang lawyer. Tapi sayang hubungannya tak direstui oleh sang ayah karena perbedaan agama. Sang ayah malah menjodohkan dengan pria lain pilihan ayahnya, yang berprofesi sebagai penghulu.