16

15.1K 1.3K 39
                                    

Azzam pulang dari bekerja, ia pergi ke dapur untuk mencari istrinya yang sedang memasak. Ia mengulurkan souvenir pernikahan yang berupa kipas, di sana tertera sebuah tanda tangan.

"Ini apa, Mas?" Dinar menerima kipas itu dengan heran. Ia mencobanya sebentar, lumayan adem sih.

"Tadi aku datang ke nikahan artis Lesti-Bilyar," kata Azzam sembari mengambil gelas di lemari.

(Nama sengaja diplesetkan untuk menghindari hal-hal yang diinginkan 😁✌)

"Kamu diundang, Mas?" tanya Dinar bangga.

"Aku yang jadi penghulunya."

"Ya Allah, hebat banget."

Azzam menggelengkan kepala melihat tingkah Dinar yang lebay. Biasa aja kali, kebetulan kedua pasangan artis itu mendaftarkan berkas pernikahannya ke kantornya.

"Tadi aku minta tanda tangan mereka berdua, aku tau kamu ngefans sama mereka."

"Wah, makasih banget. Mereka itu couple goals banget, Mas."

Hampir setiap hari Dinar memantau kehidupan artis junjungannya itu. Tidak cukup di televisi, tapi merambah ranah peryoutuban juga. Ehm, ngomong-ngomong Azzam baru saja membelikan Dinar televisi baru loh, cash, dibayar tunai!

"Iya, boleh saja mengidolakan seseorang, asal jangan berlebihan," pesan Azzam.

"Aduh, seneng banget deh aku. Mau aku posting di Instagram, biar semua orang tau kalau suami aku yang nikahin Lesti-Bilyar."

Dinar berlalu ke kamar untuk mengambil ponselnya. Azzam hanya dapat tersenyum melihat punggung istrinya yang menjauh.

"Terus tempe ini gimana nasibnya?" kata Azzam sembari membalik tempe di penggorengan.

***

Azzam datang ke ponpes untuk mengurus sesuatu. Saat ini sedang ada rapat membahas tentang ahli waris bapak Abidin yang menuntut kepemilikan atas tanah wakaf milik ayahnya.

Saat ini di atas tanah wakaf pemberian haji Abidin itu berdiri pondok pesantren khusus hafids yang saat ini dikelola oleh haji Arifin.

"Sepertinya kita perlu menyewa pengacara untuk banding," saran Azzam.

"Abi sudah menawarkan jalur kekeluargaan. Tapi sepertinya mereka tetap bersikeras untuk menggusur bangunan itu."

"Bagaimana kalau kita menawarkan ganti rugi?" saran Azzam.

"Sudah, sudah Abi tawarkan seharga tanah pada saat ini. Tapi mereka tetap menolak." Haji Arifin memijat pelipisnya pelan. Ancaman ahli waris itu tidak main-main. Mereka mengatakan akan membawa masalah ini sampai ke kasasi jika pihak ponpes masih bersikeras mempertahankan bangunan itu.

Memang nilai tanah dan bangunan itu tidak sedikit, kalau dirupiahkan bisa belasan miliar. Pantas saja ahli waris tergiur untuk menggugat tanah yang sudah diwakafkan oleh almarhum.

"Nanti siang pengacara mereka akan datang kemari, kamu temani Abi, ya?"

Azzam hanya mengangguk pelan. Ia sedang memikirkan bagaimana cara membujuk orang-orang itu agar mau bekerjasama.

***

"Aku berangkat shalat Jumat dulu. Assalamualaikum." Azzam pamit kepada Dinar yang sedang asyik menonton Infotainment. Sejak memiliki televisi baru, pekerjaan gadis itu hanya menonton televisi seharian.

"Mas, tunggu!" Dinar berlari-lari menghampiri sang suami. Ia menutup hidungnya karena mencium bau minyak bibit Azzam yang menyengat, namanya malaikat subuh.

"Nggak usah salim, aku habis ambil wudhu," kata Azzam beranjak pergi.

"Bukan itu."

"Terus apa?"

Menikah dengan Penghulu (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang