7

15.5K 1.4K 18
                                    

"Sah! Sah! Sah!"

Dinar di tuntun Ummi dan kakaknya datang menemui Azzam yang sudah selesai melakukan ijab kabul. MC menyuruhnya untuk mencium tangan suaminya. Dinar dengan ogah-ogahan mencium tangan Azzam.

Matanya melihat sekeliling, benar saja! Ia melihat Fabian yang nyempil di antara para undangan. Pria itu hanya menatapnya datar. Kemudian ia mengangguk singkat sebelum meninggalkan tempat itu.

Azzam mengikuti arah pandang Dinar. Sedikit banyak ia mulai bisa membaca situasi. Pria itu pasti ada hubungan spesial dengan istrinya.

***

Dinar masuk ke kamarnya diikuti Azzam. Setelah menutup pintu, Azzam mendekati Dinar yang tampak kesusahan melepaskan hijab yang berlapis-lapis.

Azzam berinisiatif membantu. Ia mencabut sebuah paku (memang kuntilanak?) Maksudnya sebuah jarum pentul dari kepala Dinar.

Dinar yang kaget langsung menoleh, "Gue bisa sendiri."

Azzam hanya diam, Dinar menolak bantuannya. Mungkin gadis itu masih canggung berada di dekatnya.

"Yang tadi siapa? Mantan pacar kamu, ya?" tanya Azzam.

Dinar menghentikan kegiatannya mencabuti jarum pentul, ia membalikkan tubuhnya ke arah Azzam, "Iya, keren 'kan? Dia itu lawyer, baru aja bikin firma hukum sendiri."

Dinar menjelaskan panjang lebar tanpa diminta. Padahal menjawab 'iya' saja cukup.

"Oh, hebat." Azzam tersenyum kaku.

Dinar hanya tersenyum miring. Baru tau? Cowok kentang kayak lo nggak ada apa-apanya! Pikir Dinar.

"Din, boleh saya minta sesuatu?"

Dinar mengerutkan dahi, "Nggak! Masih siang gini."

Azzam tertawa pelan, mengerti arah pembicaraan Dinar, "Bukan itu maksud saya."

"Terus apa?" tanya Dinar tak sabar.

"Jangan pakai sapaan lo-gue. Nggak enak kalau didengar abi dan ummi. Bisa 'kan?"

"Oke." Dinar melanjutkan kegiatannya melepas hijabnya. Kemudian ia berjalan ke lemari untuk mengambil pakaian ganti.

"Baju kamu  cuma itu aja?" Dinar agak kaku menyebutkan kata 'kamu' untuk Azzam.

"Iya, saya emang nggak bawa banyak. Lagian besok juga kita pulang." Azzam menjawab sambil tersenyum manis.

Dinar mengerutkan dahi, tunggu! Ada sesuatu yang aneh di sini.

"Pulang? Kemana?"

"Ke rumah saya," Azzam menjawab santai, sedang Dinar hanya melongo.

"Bukannya kita mau tinggal di sini?"

"Kita tinggal di rumah saya."

"Oke, kalau kamu emang nggak mau tinggal di sini, kita bisa tinggal di apartemen aku," tawar Dinar. Ia ingat memiliki satu unit apartemen yang dihibahkan kakak sulungnya sebelum berangkat ke Kairo.

"Nggak, kita akan tinggal di rumah saya." Azzam bersikeras.

Dinar mulai tak menyukai sifat keras kepala Azzam,  mentang-mentang dia kepala keluarga.

"Emang sebagus apa rumah lo, hah?" tanya Dinar meremehkan. Melihat jumlah mas kawin yang diberikan Azzam, pasti pria ini bukan dari golongan kaya.

"Kamu lihat saja besok."

***

Azzam dan Dinar pergi meninggalkan rumah Haji Arifin menggunakan taksi. Selama perjalanan mereka lebih banyak diam. Dinar masih kesal karena dipaksa ikut ke rumah Azzam.

Menikah dengan Penghulu (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang