78

9.3K 976 10
                                    

Hari ini Adel berhalangan datang ke kajian ustadz Fahri. Adel mengantar ayahnya untuk terapi ke klinik akupuntur. Fahri memangil Dinar untuk menanyakan perihal absennya Adel.

"Adel kemana, ya, Dinar?"

Dinar bisa melihat raut khawatir dari wajah Fahri. "Tadi dia bilang ke saya, katanya mau mengantar ayahnya terapi, Ustadz."

Fahri mengangguk lega. "Oh, baiklah. Saya pikir dia sakit."

"Kenapa? Ustadz khawatir sama dia?" tanya Dinar lugas.

Fahri terkejut karena Dinar bertanya seperti itu. "Kenapa? Memangnya saya tidak boleh khawatir? Dia 'kan murid saya?"

"Cuma sebatas murid?" tanya Dinar lebih berani. Ia ingin segera memastikan perasaan Fahri kepada Adel.

"Iya." Fahri menjawab ragu.

"Kalau Adel dengar, pasti Adel sangat kecewa, Ustadz. Saya yakin Ustadz pasti paham, seperti apa perasaan Adel kepada Ustadz."

Fahri tertegun mendengar perkataan Dinar. Tentu saja Fahri tau perasaan Adel padanya. Fahri merasa dirinya sangat kejam kepada Adel.

"Dinar, sebenarnya setelah perjodohan saya yang gagal dengan Kia tempo hari ... keluarga saya sudah menyiapkan kandidat lain." Fahri malah tak sengaja curhat kepada Dinar.

"Siapa, Ustadz?" tanya Dinar penasaran.

"Kamu kenal orangnya, dia ... ustadzah Nurul."

Dinar tak sengaja mengambil nafas berat. Ustadzah Nurul ini, mengapa selalu menjadi duri dalam daging dalam hubungan orang. Dimulai dari Thoriq kakaknya, hubungan rumah tangganya sendiri, kini hubungan Adel-Fahri.

"Lalu, Ustadz menerimanya?"

"Saya belum menjawab lamaran keluarga Nurul. Saya bingung, Dinar. Di sisi lain keluarga saya sudah mendesak. Mereka sangat setuju kalau saya menikah dengan Nurul."

"Perasan Ustadz sendiri bagaimana?" tanya Dinar kesal. Ia merasa Fahri terlalu plin-plan.

"Maksudnya?" Fahri bertanya dengan polosnya.

"Ustadz lebih condong ke siapa? Ustadzah Nurul atau Adel?"

"Entahlah, Dinar. Kamu tau sendiri, saya ini tidak paham masalah seperti itu. Saya berteman dengan wanita ya cuma sama kakakmu, Kia. Pokoknya masalah semacam itu, saya nggak ngerti sama sekali."

"Bagaimana ustadzah Nurul di mata Ustadz?"

"Dia, saya kenal keluarganya. Walau saya tidak begitu dekat dengan Nurul. Saya tau dia mantan tunangan Thoriq kakak kamu. Orangnya cukup santun, dan tampak sangat cerdas. Keluarga saya langsung suka padanya pada pertemuan pertama. Saya rasa tak akan sulit menyukai wanita seperti dia." Fahri mengemukakan pandangannya tentang Nurul.

Dinar merasa kesal karena Fahri terkesan memuji Nurul. Ia kasihan kepada Adel kalau sampai terluka kedua kali dengan orang yang sama.

"Lalu, bagaimana Adel di mata Ustadz?" Dinar bertanya dengan nada pesimis.

Fahri tampak berpikir lama. "Adel itu ... dia gadis yang periang. Saya senang bicara dengan dia, ada saja yang dia tanyakan. Bicara dengan dia, saya tak perlu mencari bahan pembicaraan. Semua mengalir begitu saja, tau-tau satu jam sudah berlalu. Intinya, dia gadis yang menyenangkan diajak bicara."

"Itu aja?"

Fahri mengangguk, kemudian menambahkan. "Saya juga merasa kehilangan saat ia menghilang beberapa hari yang lalu. Apa bisa dibilang, kalau saya mempunyai perasaan kepada Adel?"

Dinar menggaruk pelipisnya, ia ikut bingung memikirkan masalah Fahri. "Bisa dibilang begitu, Ustadz."

Fahri tampak berpikir sejenak. "Tapi, Dinar. Kamu 'kan tau seperti apa lingkungan keluarga kita. Keluarga saya tentunya lebih setuju kalau saya memperistri seorang 'ning' daripada gadis dari kalangan biasa seperti Adel."

(Ning = sebutan untuk putri kiyai.)

Dinar membenarkan perkataan Fahri. Ia sendiri mengalami. Ia adalah korban perjodohan juga. Memang biasanya jodohnya seorang 'ning' itu adalah 'gus' minimal 'kang' pondok seperti Azzam lah.

(Gus = sebutan untuk putera kiyai)

Tentu Adel akan sulit menyesuaikan dengan kehidupan Fahri dan keluarganya di kemudian hari. Dinar tak bisa membayangkan kalau Adel akan belajar baca kitab kuning, nahwu shorof, atau bahkan menghafal nadhom.

Dinar menghela nafas berat. "Ustadz, boleh saya minta sesuatu?"

Fahri mengerutkan dahi. "Apa, Dinar?"

"Kalau memang, kans Adel untuk bisa bersama Ustadz sangat kecil, saya mohon Ustadz jangan mempersulit dia untuk move on."

"Maksud kamu apa, Dinar?"

"Ustadz katakan yang sebenarnya kepada Adel. Jangan memberi harapan palsu kepadanya. Lebih baik ia terluka di awal, daripada terluka di kemudian hari."

***

Menikah dengan Penghulu (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang