08 • black and white

841 207 2
                                    

"Jadi gimana?"

Lee Minhyuk, atau yang biasa dipanggil Minhyuk oleh teman-temannya, baru saja bertanya pada Son Hyunwoo yang akrab disapa Shownu, yang baru saja memasuki ruang sekretariat UKM Mikro.

UKM gabungan khusus untuk mahasiswa jurusan Teknik Komputer, Manajemen Informatika dan Komunikasi.

Meski begitu semua orang yang berada di dalam ruang sekretariat saat ini adalah mahasiswa jurusan Teknik Komputer, yang biasa disingkat menjadi Tekkom.

"Ditolak," ucap Shownu sembari merebahkan tubuhnya pada salah satu sofa dan melempar satu map di tangannya ke atas meja. "Dan disuruh sikrab aja, nggak pake acara nginep-nginepan."

"I told ya!" sahut Changkyun yang sedari tadi menyandarkan tubuh sembari bersedekap di dekat jendela.

"Well, mau nggak mau kita tetep harus nurut sama keputusan KPK," ucap Bona sambil duduk di samping Shownu.

KPK, singkatan dari Kepala Program Keahlian.

Rencananya, mereka semua yang mulai semester ini berstatus sebagai senior dari angkatan baru di bawah mereka hendak mengadakan acara Malam Keakraban, yang sudah menjadi tradisi jurusan mereka dari tiap angkatan dan dari tahun ke tahun.

Tahun ini, giliran angkatan mereka yang menjadi panitia.

Malam Keakraban biasanya diadakan dua sampai tiga hari di sebuah tempat di mana biasanya mereka akan mengadakan pengenalan, pembekalan, games dan semacamnya mengenai jurusan mereka guna untuk mengakrabkan diri satu sama lain.

Sayangnya, kejadian yang menimpa jurusan lain di acara Malam Keakraban mereka membuat hampir semua kegiatan yang biasa disingkat dengan Makrab tersebut ditiadakan dan harus diganti dengan acara Sikrab atau siang keakraban dimana kegiatan tersebut hanya berlangsung sehari saja.

Para angkatan 57 di Tekkom, yang kini menjadi panitia, sebenarnya sudah tahu akan hal itu. Hanya saja mereka berusaha untuk mengajukan proposal dan meminta pengecualian. Yang mana tentu saja hal itu ditolak mentah-mentah oleh KPK jurusan mereka.

"Nggak asik banget tapi kalau cuma Sikrab. Sumpah dah," timpal Jooheon yang diangguki oleh Exy.

Semuanya terdiam sesaat. Sampai akhirnya, "gua punya ide!" sahut Wonho yang sedari tadi diam.

Semuanya menoleh ke arah Wonho yang tengah berbaring di salah satu kursi panjang yang ada di ruangan tersebut.

"Apaan?" tanya Kihyun yang berada di dekat Wonho.

Wonho beranjak dari tidurnya, lalu membenarkan posisinya menjadi duduk.

"Kita tetep adain sikrab tapi kita bikin makrab yang diluar acara kampus. Gimana?"

"Itu nyari mati namanya!" ucap Seola menimpali. Seola yang tengah asyik membenarkan kodingannya langsung berhenti ketika mendengar ide gila dari Wonho.

Ya bagi Seola itu cukup gila.

"Iya, bisa kena skorsing kita kalau sampe pihak kampus tahu." Tambah Bona.

"Ya jangan sampe ketahuanlah. Kalau nggak ada yang bocor, pasti aman kok," sahut Wonho lagi.

"Ya emang lo bisa yakinin anak-anak 58 buat nggak ngebocorin? Terus emang mereka bakal mau ikut kegiatan sampe dua kali begitu?" timpal Seola khawatir.

Seola bukannya tidak mau ada makrab. Seola hanya khawatir bila tindakan mereka akan berakibat pada kegiatan akademik kampus mereka.

"Coba aja dulu," ucap Jooheon tiba-tiba. "Kita coba tanyain ke mereka. Kalau lebih dari setengah yang setuju, kita gas. Kalau engga ya batal. Gimana?"

"Nah itu maksud gua!" ucap Wonho sembari menjentikan jarinya.

"Gimana Nu?" tanya Minhyuk pada Shownu, ketua angkatan mereka.

Shownu mengangguk-anggukan kepalanya. "Boleh dicoba."

"Akomodasinya gimana? Masa kita pungut bayaran dua kali?" Kali ini giliran Bona yang bertanya.

"Tenang, soal tempat, kita bisa pake Villa punya bokap gue di puncak. Dan soal transportasi ke sana, buat yang punya kendaraan pribadi bisa bawa diri sama satu temennya, sedang yang nggak ada bisa kita sewa kendaraan buat kesana. Soal biaya, biar gua yang nanggung."

"Susah sih ya ngomong sama orang kaya!" sindir Seola sembari kembali pada tugas kodingan di depannya.

Wonho berdecak. Ia ingin mendebat sindiran Seola. Namun, Shownu menahannya. Ia tak ingin rapat kali ini berakhir dengan perdebatan.











👻👻👻









"Kenapa lo? Lecek amat itu muka?"

Chae Hyungwon baru saja bertanya pada Seola yang tengah asyik dengan ponselnya.

Keduanya kini sedang berada di kantin, menunggu jam mata kuliah selanjutnya tiba. Ya, Seola dan Hyungwon memang berada dalam satu jurusan yang sama.

"Lihat!" kata Seola sambil menunjukkan layar ponselnya pada Hyungwon.

Sebuah ruang obrolan yang terdiri dari beberapa anggota. Di sana terdapat pengumuman bahwa berdasarkan voting, Makrab akan dilaksanakan. Hari Sabtu besok.

Tidak seperti Seola, Hyungwon yang memang tipikal mahasiswa kupu-kupu tak ikut kegiatan UKM apapun. Termasuk Micro.

"Bukannya Makrab dilarang?"

Seola mengangguk.

Bukan hanya untuk kegiatan UKM, acara Makrab per-jurusan juga ditiadakan. Semuanya diganti dengan kegiatan Sikrab yang tak mengharuskan peserta untuk menginap.

"Tahu sendirilah lo gimana kelakuan si Sultan yang hobi buang-buang duit dan ngelanggar aturan," ucap Seola penuh dengan nada sindiran.

Hyungwon tergelak sedikit, ia tahu siapa yang dimaksud Seola.

"Wonho?"

"Siapa lagi?"

Bak musuh abadi, Seola dan Wonho kerap beradu argumen tiap kali bertemu. Wonho senang memancing amarah Seola, dan Seola mudah terpancing, terlebih karena tiap perkataan yang keluar dari mulut Wonho, terkesan hobi menggampangkan sesuatu.

"Ah, ngomongin soal Si Wonho," ucap Hyungwon yang jadi teringat akan sesuatu. "Lo tahu Jiwon nggak?"

"Jiwon?"

"Adeknya Hansol. Biasa dipanggil Liz. Kita pernah ketemu waktu mau ngerjain project akhir di rumah Hansol."

"Oh, inget-inget. Kenapa emang sama Liz?"

"Kemaren Sabtu Hansol, 'kan, nganterin Liz ke Gramedia. Di sana dia ketemu Wonho. Sempet ngobrol bentar sama Hansol. Pas balik, Liz bilang kalau dia ngelihat Wonho warnanya cuma hitam putih."

GULP.

Seola menelan salivanya. Ia masih ingat akan perkataan Hansol yang pernah memberitahu arti dari penglihatan Liz yang melihat sosok orang berwarna hitam putih seperti itu.

Liz bukanlah seseorang yang mengidap penyakit buta warna yang tidak bisa membedakan warna. Liz masih bisa lihat warna secara apa adanya. Ia bisa melihat warna pada orang lain. Kecuali satu. Kecuali, pada orang yang sudah mendekati ajal kematian.

"Maksud lo... Wonho?"

Hyungwon mengangguk.

"Gua tahu kita nggak boleh gampang percaya sama hal begituan, tapi buat jaga-jaga. Ada baiknya kalau lo yakinin Wonho buat nggak ngadain acara Makrab itu. Harinya bertepatan seminggu dari penglihatannya Liz, La. Kalau sampe ternyata bener kejadian yang aneh-aneh dan Wonho... beneran, you know di sana. Pasti bakal jadi masalah. Orang tua Wonho nggak bakal terima dan lo kebayang, 'kan, gimana masalah ke depannya?"

Seola kembali mengangguk.

Terakhir kali Liz melihat hal yang sama, seminggu kemudian orang yang dimaksud benar-benar menghembuskan napas terakhirnya.

unusual; k-idols ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang