98 • sebuah konsekuensi

418 127 1
                                    

Konsekuensi menjadi siswa yang duduk di bangku kelas 3 SMA adalah banyaknya tugas yang harus dikerjakan dengan deadline yang saling bertubrukan satu sama lain. Yang mana guru dari masing-masing bidang studi tersebut menuntut tugas yang mereka berikan, diselesaikan terlebih dahulu.

Hal itu membuat mau tak mau siswa jadi harus mengorbankan tenaga dan waktu mereka. Termasuk waktu untuk tidur.

Ya, begadang istilahnya.

Mereka harus tidur larut malam, bahkan tak jarang hingga dini hari, hanya untuk menyelesaikan tugas yang deadlinenya hanya satu dua hari.

Demi nilai bagus dan perjalanan menuju Perguruan Tinggi mulus, apapun akan dilakukan oleh para siswa tersebut.

Salah satunya adalah Woochan.

Siswa kelas 12 MIPA 2 yang harus menyelesaikan tugas Biologi dari sekolahnya itu, masih terus terjaga meski jam sudah menunjukkan pukul dua.

Bukan karena ia terlalu santai dan buang-buang waktu sebelumnya. Melainkan karena memang hanya sekarang ia punya waktu untuk mengerjakan tugas individual tersebut. Sebelumnya, dari sore; sepulang sekolah, hingga jam sembilan malam ia harus mengerjakan tugas kelompok Matematika Peminatan. Setelah itu ia istirahat selama dua jam untuk mandi, makan, dan sekadar mendinginkan kepala. Baru kemudian ia lanjutkan kembali mengerjakan tugas individu Biologi sampai sekarang.

Ia diharuskan merangkum 50 halaman materi Biologi dan menuliskannya di buku catatan miliknya disertai dengan gambar-gambar penting yang ada. Dan ya, menggambar itulah yang membuat waktunya tersita banyak.

Di saat semua anggota keluarganya sudah tidur dan tenggelam dalam dunia mimpinya, hanya Woochan yang terjaga.

Setidaknya itu yang Woochan tahu, sampai ketika ia mendengar suara musik yang cukup familiar di telinganya mengalun.

Dan itu adalah suara instrument dari kotak musik yang ada di gudang yang berada di samping kamarnya.

Kotak musik milik sang kakak perempuan yang sudah tidak tinggal bersamanya; karena sudah menikah, dan menyimpan barang-barang tak terpakainya di gudang.

Woochan yang awalnya tidak ingin mempedulikannya menjadi sedikit terganggu karena suara yang tak kunjung berhenti mengalun tersebut.

Makanya, ia memutuskan untuk beranjak keluar dari kamarnya dan mencoba mengecek ke gudang di samping kamarnya itu.

Tak langsung masuk, langkah Woochan terhenti ketika berada tepat di depan pintu masuk gudang tersebut. Suaranya masih ada, masih terus mengalun merdu dan terdengar jelas mengganggu.
 
 
 
CKLEK!
 
 
 
Woochan membuka pintu yang tidak terkunci tersebut, lalu menyalakan saklar lampu supaya bisa melihat dengan jelas.

Satu kotak musik yang berbunyi dan dalam keadaan terbuka berada di atas meja yang letaknya satu garis lurus dengan posisinya berdiri.

Woochan bergerak perlahan. Mendekat ke arah tujuan dengan perasaan gamang.

Ia raih benda kotak kayu berwarna coklat tua mengkilat yang tengah dalam keadaan terbuka tersebut. Kemudian ditutupnya supaya suaranya terhenti.

Namun, suaranya tak juga berhenti.

Suara tersebut terus mengalun. Membuat kening Woochan sontak mengkerut. Diliputi rasa penasaran, Woochan mencoba membalik kotak musik di tangannya itu, lalu memeriksa baterai yang terpasang.

Bersamaan dengan penutup slot baterai yang ia buka, suara tiba-tiba terhenti.

Woochan tentu saja terkejut. Namun, bukan hal itu yang paling mengejutkannya. Melainkan kenyataan bahwa dari dua slot baterai yang ada, hanya satu yang terisi. Itupun hampir berkarat.

Woochan tertawa. Tertawa karenanya.

Ia baru sadar kalau saat ini ia tengah dikerjai.

unusual; k-idols ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang