27 • peliharaan, katanya

546 180 1
                                    

"Kenapa, Ra?" tanya Hana pada Lee Yoon Ji atau yang lebih dikenal dengan nama Ara.
 
 

Ara yang sebelumnya menoleh ke arah jendela rumah Hana, langsung mengalihkan pandangannya ke arah Hana yang baru saja bertanya. Ia kemudian tersenyum dan menggelengkan kepalanya.
 
 

"Lo percaya nggak kalau gue bilang ada yang garuk-garuk jendela rumah lo?"
 
 
Bukan Ara, yang barusan berkata adalah Rona.
 
Membuat mata Ara dengan serta merta terbuka lebar. Ara juga mendengar hal yang sama. Hanya saja ia urung mengatakannya karena takut merusak suasana di antara mereka bertiga.
 
 
"Hah? Masa, sih? Kok gue nggak denger?" timpal Hana bertanya.
 
Rona mengernyit. Ia lalu menoleh ke arah Ara. "Lo juga denger, 'kan, Ra? Makanya lo tadi ngelihatin ke arah sana mulu?"
 
 

Ara menelan salivanya. Pandangannya beralih ke arah Hana yang memandangnya dengan pandangan menuntut sebuah jawaban.
 
 

"Serius, Ra?"

Dengan perlahan, Ara menganggukkan kepalanya.

"Suaranya jelas banget, Han. Lo nggak denger emang?" tanya Ara kemudian.

Hana menggeleng cepat.

"Orang iseng kali ya?"

"Emang di depan kamar lo ada pohon, Han?" tanya Rona.

Hana menggeleng.

"Nggak mungkin orang iseng berarti." Tegas Rona. "Kamar Hana ada di lantai 2. Di depan kamarnya nggak ada balkon dan nggak ada pohon juga. Mustahil ada orang di sana."

"Jangan-jangan...."

"K-kayaknya nggak mungkin." Ucap Hana memotong perkataan Ara. Hana tahu apa yang ingin Ara ucapkan. "Samping rumah gue itu orangnya religius banget. Jadi-"

"Ya, 'kan, kita nggak bilang itu di rumah tetangga lo, Han. Orang kita dengernya di balik jendela lo persis."

"Masalahnya gue juga suka denger suara itu tiap malem. Tapi bukan dari jendela kamar gue. Melainkan rumah tetangga gue." Jelas Hana membuat Rona dan Ara terdiam.

"Lo denger juga?"

Hana menganggukkan kepalanya. "Tapi bukan di jendela kamar gue. Cuma seriusan deh, yang barusan gue nggak denger. Makanya gue bingung."

Ara menoleh.
 
 

Menoleh ke belakang punggungnya. Tepatnya ke arah jendela yang tertutupi tirai tersebut.

Secara logika, kalau ada apapun di sana, ketiganya pasti bisa melihat semua itu karena tirai putih yang menutupi jendela Hana berbahan tipis menerawang.

Sialnya, mereka bertiga tak melihat apapun. Terlebih hanya Rona dan Ara yang mendengar suara seperti suara ujung kuku yang sedang beradu dengan kayu. Seperti menggaruk.

Kalaupun asalnya dari rumah tetangga sebelah, tak mungkin Rona dan Ara bisa mendengar sejelas itu.
 
 

"Kenapa Ra?" tanya Rona penasaran.
 
 

Rona kembali memalingkan pandangannya. Ia kembali memandang dua teman yang ada di hadapannya.
 
 

"Percaya nggak kalau gue bilang itu peliharaan tetangga sebelah lo?"
 
 

Mata Hana terbuka lebar. Keterkejutan jelas tergambar di wajahnya.
 
 

"Lo ngomong nggak ada dasarnya bisa jadi fitnah lo, Ra," timpal Rona memperingatkan.
 
 

Ara menghela napas panjang. Kemudian ia hembuskan secara kasar. Ia sudah tahu kalau akhirnya pasti begini. Pasti ada yang mempertanyakan pernyataannya. Terlebih ia tak mempunyai bukti apapun.
 
 

"Nanti malem..." ucap Ara sembari menatap lurus pada Hana. "Coba lo ke rumah tetangga sebrang rumah. Lo nginep atau bertamu sampe minimal jam 9nan ke atas. Dan lihat ke arah rumah di sebelah lo ini pas mereka udah matiin lampu depannya."

"K-kenapa? Kenapa gue harus begitu?" tanya Hana bingung.

"Kalau lo mau lihat apa yang gue bilang tadi. Bakal kelihatan kok meski cuma sekilas."
 
 

"Tetep nggak jelasin kenapa lo bisa bilang makhluk itu peliharaan tetangganya Hana." Timpal Rona untuk kesekian kalinya.
 
 
 
"Weekend ini kita nginep di rumah Hana. Gimana?" usul Ara.

Rona mengernyit. Pun dengan Hana.

"Lo bisa denger juga, 'kan, Ron? Kalau malem biasanya kedengeran lebih jelas. Apalagi kalau pas lagi mau dikasih makan. Rame banget pasti." Tambah Ara lagi.

"Ra!"

"Hah? Kenapa, Han?"

"S-soal kasih makan. Suaranya kayak..."

"Kadang kayak suara barang dibanting sana sini. Kadang kayak suara banyak orang yang ngamuk-ngamuk sambil mukul atau garuk-garuk tembok pake kukunya. Kadang cuma kayak suara orang ngobrol tapi rame gitu. Ya tergantung seberapa lama mereka nggak dikasih makan."

Hana menelan salivanya.
 
 

Tiga-tiganya sudah pernah ia dengarkan secara tak sengaja

unusual; k-idols ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang