25 • di perjalanan pulang

535 181 5
                                    

"Pulang kerja, dek?"

Haewon menoleh. Ia yang sebelumnya tengah terus memandang ke arah jalan yang ada di sebelah kiri, kini mengarahkan pandangannya ke arah penumpang yang duduk di bangku seberangnya.

Saat ini Haewon memang tengah dalam perjalanan pulang dari kota perantauan menuju rumahnya. Karena jarak yang cukup jauh, ia harus menaiki angkutan umum beberapa kali. Salah satunya adalah bus malam yang akan mengantarkannya ke terminal terakhir di kota tempat tinggalnya.

"Eh? Iya, bu." Jawab Haewon sekenanya. Tak lupa senyum kecil ia lemparkan sebagai pelengkap tanggapan. Memberikan kesan ramah bagi siapapun yang melihat.

Sebenarnya Haewon masih berstatus mahasiswi. Ia masih berkuliah dan baru duduk di semester tiga. Tapi, karena ingin obrolannya cepat selesai, Haewon langsung mengiyakan saja dugaan dari sang penumpang di bus yang sama sepertinya.

"Oalah. Kerja di mana?"

"Bogor, bu."

"Bogor? Jauh juga ya? Kenapa nggak cari kerja di sini aja? Kan lapangan pekerjaan banyak."

Aduh.

Haewon mengaduh dalam hati. Niatnya untuk mematikan obrolan tak berjalan sesuai harapan.

Benar kata orang kalau sekali berbohong akan terus berbohong untuk menutupi kebohongan pertama. Dan sekarang itulah yang akan Haewon lakukan.

Well, tak mungkin, 'kan, kalau Haewon tiba-tiba mengaku kalau ia mahasiswi dan bukan seorang pekerja? Untuk apa pula ia memberitahukan yang sebenarnya kepada orang asing yang baru kali pertama ia temui?

"Belum rezeki, bu. Dapetnya di Bogor." Jawab Haewon lagi. Penuh dusta.

"Oh begitu. Ya sudah, nanti dicoba lagi aja daftar kerja di sini. Daripada jauh-jauh kerja di Bogor. Kalau PP tiap hari, 'kan, kasian. Capek di jalan nanti. Kenapa nggak kos aja, dek?"

"Ini juga ngekos kok, bu. Pulang ke sini cuma sebulan sekali."

Kali ini Haewon tidak berbohong. Sekali lagi, Haewon hanya menjawab sesingkat mungkin. Mau kebenaran atau kebohongan, mana yang paling singkat akan ia berikan.

Tubuhnya sudah lelah. Ia ingin cepat sampai di rumah, dan bukannya malah melakukan sesi wawancara dengan orang asing yang tak dikenalnya.

"Ibu sendiri abis dari mana? Kerja juga bu?" tanya Haewon.

Haewon tak mau lagi menjawab pertanyaan. Makanya ia lebih memilih untuk bertanya.

"Dari bunderan tadi."

"Bunderan?"

"Iya, yang di tol tadi."

Haewon mengernyit heran. Setahunya, angkutan umum tidak boleh mengangkut orang di jalan tol.

Atau sekarang sudah boleh?

Setahu Haewon kalau naik di rest area masih memungkinkan. Namun ibu di seberangnya itu bilang di bundaran. Dan bundaran jauh berada sebelum melewati rest area.

Jadi...

"Mbak? Mbak turunnya di mana ya? Terminal akhir atau bukan?"

Haewon mendongak. Kenek dari bus yang ia tumpangi baru saja mendatangi dan bertanya padanya.

"Lampu merah depan, Pak."

"Oh, oke. Berarti muter lewat pasar aja ya, mbak, biar cepet."

"Oh, iya, Pak."


Selesai menjawab pertanyaan kenek tersebut, kening Haewon mengernyit. Kedua alisnya hampir bertautan. Ia menoleh ke arah perempuan paruh baya yang duduk di seberangnya.

"Ibu turun di lampu merah juga?" tanya Haewon lagi. Jujur, ia bingung kenapa hanya dirinya yang ditanya dan ibu itu tidak.

Biasanya bus yang ia naiki akan melewati pasar dan tidak sampai ke terminal akhir apabila ia adalah penumpang terakhir.

Sedangkan saat ini, ada dua penumpang. Jadi...



"Mbak?"

Haewon kembali mendongak. Kenek yang berada di bangku paling depan bersama sang sopir, lagi-lagi memanggilnya.

"Iya, Pak?"

"Pindah depan aja mbak duduknya. Daripada duduk sendirian di sana."

unusual; k-idols ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang