24 • mess

560 175 0
                                    

"Cih!"
 
 

Jaebum menoleh, dilihatnya Mark Tuan yang ada di belakang punggungnya mendekati dan duduk di kursi yang ada di hadapannya.

Ya, yang baru saja berdecih tadi adalah Mark Tuan.
 
 

"Ngapain lo nongkrong di sini? Mana sambil baca thread horror, lagi! Doyan amat. Nggak takut didatengin lo?"
 
 

Mark meletakkan kedua tangannya di atas meja dalam posisi saling tumpang tindih.

Jaebum hanya terkekeh.
 
 

"Doyan banget lo sama cerita horror. Berani banget lagi duduk di sini sendirian..." Tambah Mark lagi yang kali ini sambil memegang tengkuk bagian belakang lehernya yang terasa dingin.
  

Ya, meski sekarang ini masuk ke musim kemarau, semilir angin yang berhembus tiap malam tetap saja terasa dingin. Terlebih di ruangan terbuka seperti sekarang.

Di tempat mereka duduk sekarang ini, teras taman di lantai dasar, hanya dipenuhi kursi serta meja-meja kosong yang tak ditempati. Selepas jam sembilan malam biasanya tempat ini memang sepi.

Para penghuni lain lebih memilih untuk berdiam di kamar masing-masing untuk beristirahat.
 
 

"Lo ngapain di sini? Tumben keluar kamar," ucap Jaebum menimpali.
 
 

Biasanya Mark memang malas keluar kamar kalau sudah pulang kerja. Ia akan lebih memilih berdiam di kamar sambil mengistirahatkan tubuhnya yang lelah karena seharian bekerja.

Ah, kebetulan Mark dan Jaebum satu tempat kerja. Keduanya juga tinggal di mess yang sama.
 
 

"Bosen gua di kamar." Jawab Mark to the point. "Btw, lo baca thread apaan?" tanya Mark sambil mencondongkan tubuhnya lebih ke depan.

Hendak melirik layar ponsel di tangan Jaebum.

"Thread cewek yang pingsan karena dinampakin sama setan. Gara-garanya dia diem di perpustakaan sekolah sampe tengah malem. Nggak sengaja ketiduran, pas kebangun, tahu-tahu depan mukanya ada setan muka hancur. Pingsan deh. Setelah itu nggak ada lagi yang berani di perpustakaan sampe malem." Jelas Jaebum.
 
 

"Ohhhhhh."
 
 

Mark hanya mengangguk-anggukkan kepalanya. Ia sebenarnya juga suka hal-hal berbau misteri seperti itu. Tapi Mark lebih suka menikmatinya dengan cara mendengar cerita dari orang lain atau menonton secara langsung, lewat film atau video penelusuran misalnya. Bukan membaca seperti yang Jaebum lakukan.
 
 

"Gua jadi keinget Jackson yang pulang malem gara-gara lembur terus pas balik dan pamit ke satpam, tahunya itu satpam bukan orang."
 
 

Pernah sekali, teman kerja mereka yang bernama Wang Jackson mengalami kejadian mistis di tempat kerja. Satpam yang Jackson kira berkeliling di setiap lantai dan tak sengaja bertemu dengannya di lantai 10, tepatnya di depan lift, ketika ia akan turun ke lantai dasar tersebut ternyata bukanlah manusia.

Di mana satpam yang asli hanya berjaga di pos depan dekat pintu masuk.

Dan entah karena pengaruh kejadian yang tak disengaja tersebut atau tidak, keesokan harinya Jackson sakit parah sampai tidak bisa bangun. Bahkan ia harus bedrest selama seminggu. Sebelum akhirnya memutuskan resign dari tempat kerja tersebut.
 
 

"Eh gara-gara lo ngomongin Jackson, gua jadi inget dia nitipin sesuatu buat lo."

"Hah? Nitipin apaan? Kapan lo ketemu sama dia?"

"Kemaren malem. Nggak tahu apaan. Barangnya dimasukin ke dalem tas. Gua nggak sempet ngecek."

"Oh."

"Ambil, gih!"

"Hah? Di mana?"

"Di kamar gua. Deket meja samping tempat tidur."

"Nanti aja lah."

"Sekarang aja, Bang. Soalnya dia pesen juga setelah lo nerima barangnya, lo disuruh telepon dia."

"Yaelah...."

Mark mengeluh. Namun, ia tetap beranjak dari tempat duduknya.

"Kuncinya mana?"

"Masuk aja langsung. Kaga dikunci."

"Oh, oke."
 
 

Tanpa menunda waktu lebih lama lagi, Mark langsung meninggalkan area teras taman di tengah-tengah bangunan mess yang mereka tempati tersebut.

Berbeda dengan kamarnya yang terletak di lantai satu. Kamar Jaebum terletak di lantai tiga, dan itulah yang membuat Mark agak malas untuk mengambil barang yang katanya dititipkan oleh Jackson tersebut.

Mana hanya ada tangga. Meski sudah biasa naik turun tangga, bagi Mark tetap saja naik itu membutuhkan effort.
 
 

"Lagian nitipin barang apa sih tuh bocah..." gumam Mark sambil terus menaiki satu persatu anak tangga yang menghubungkan antara lantai satu dengan yang lainnya.
 
 

Beruntung kaki Mark lumayan panjang. Ia sengaja menaiki dua anak tangga sekaligus supaya lebih cepat sampai.

Sesampainya di depan kamar Jaebum, Mark langsung memegang kenop pintu di hadapannya. Ia menurunkan kenop tersebut supaya terbuka.
 
 

CEKLEK!
 
 

Sialnya, pintu tak terbuka.

Tak seperti apa kata Jaebum, pintu tersebut dalam keadaan terkunci.
 
 

"Lah gimana sih???? Katanya kaga dikunci???" keluh Mark lagi.
 
 

Mark berdecak. Baru saja ia hendak mengangkat tangannya dari kenop pintu yang ia pegang, tiba-tiba ada suara dari dalam yang membuatnya kaget setengah mati.
 
 

"Siapa? Bang Mark, bukan?"
 
 

Itu.
 
 

Itu adalah suara Jaebum.
 
 
 
Dengan serta merta, Mark memundurkan tubuhnya sampai menabrak ke pembatas dinding balkon lantai tiga.

Mark menelan salivanya. Ia kemudian membalikkan tubuhnya untuk melihat sosok Jaebum yang sedang duduk di teras taman yang ada di lantai dasar.

Sosok itu masih ada.

Mark masih melihatnya dengan jelas sampai ketika perlahan Jaebum yang berada di lantai dasar tersebut memutar kepalanya ke belakang dan melemparkan sebuah seringaian ke arahnya yang berada di lantai tiga.
 
 
 
PLUK!
 
 
 
Sebuah tangan menepuk bahu kanan Mark dari belakang. Membuat tubuh Mark membeku seketika.
 
 
 
"Bang Mark?"
 
 
 
 
Mark berbalik.
 
 
 
Sosok Jaebum yang lain kini berada tepat di hadapan Mark, memandangnya dengan pandangan kebingungan.
 
 
 
"Kenapa, bang?"

unusual; k-idols ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang