193 • saksi mata

234 85 2
                                    

"Pengen deh punya pacar supaya ada yang bisa nganter jemput tiap hari..." keluh Sujin sembari menendang batu kerikil kecil di depan kakinya.
 
 

Tak terlalu kuat memang. Namun, hasil tendangannya melambung cukup jauh.
 
 

"Harusnya waktu itu gue iyain ajakan Dita buat ngekos di kosan dia," sambungnya lagi penuh penyesalan.
 
 

Kembali dihelanya napas yang kemudian ia hembuskan.
 
 
 

Sebenarnya kos tempat ia tinggal tidak terlalu jauh. Hanya berjarak sekitar 10 menit dengan berjalan kaki. Hanya saja, jalan ia lewati yang menjadi masalah. Ia harus naik turun melewati sekitar 50 anak tangga setiap harinya. Di mana jarak setiap anak tangga tersebut berkisar antara 30 sampai 40 sentimeter.

Ada jalan yang bisa dilewati motor, tetapi jalanannya cukup terjal. Kalau bukan seseorang yang tinggal di tempat yang sama, pasti enggan untuk turun ke bawah. Makanya, kebanyakan ojek online pun hanya mengantar sampai sebatas gapura selamat datang.

Biar dibayar lebih pun mereka menolak untuk turun dan naik ke tempat tinggal yang ditempati Sujin.
 
 

"Kalau siang tuh sebenernya gue oke-oke aja. Cuma... kalau malem begini yang serem. Mana harus lewatin rumah kosong, lagi!" keluh Sujin lagi.
 
 
 

Di sekitaran anak tangga yang akan ia turuni nanti, ada sebuah rumah kosong. Di mana akibatnya penerangan di area tersebut juga menjadi minim karena tidak adanya penghuni rumah yang hampir roboh tersebut.

Jangankan melewati secara langsung, melihat melalui teras kos yang ia tempati saja, Sujin merasa takut.

Ya, rumah kosong tersebut bisa Sujin lihat dari kos yang ia tempati.

"Huhhhhh, semangat, semangat! Nggak ada apa-apa di sana. Jangan takut, jangan takut!" begitu ucap Sujin yang mencoba meyakinkan dirinya sendiri.
 
 
 

Sujin kemudian menghentikan langkahnya sebelum mulai menuruni anak tangga yang dimaksud.

Dikeluarkannya sepasang earphone yang akan ia gunakan untuk menyetel musik supaya pikirannya terdistraksi dan ia menjadi lebih berani, begitu harapnya.

Dinyalakannya sebuah lagu up beat dari salah satu band favoritenya.

Setelah menghela dan menghembuskan napasnya lagi, Sujin mulai menuruni tangga tersebut sembari berpegangan di salah satu pagar yang ada.

Sujin berharap ia bisa segera sampai di kos tempat tinggalnya. Tapi, ia juga tak mau ceroboh dengan berjalan terlalu terburu-buru. Anak tangga yang ia lewati cukup licin. Salah-salah ia bisa tergelincir. Belum lagi, kanan dan kirinya gelap. Bermodal senter dari ponsel, Sujin terus mengarahkan benda persegi panjang tersebut ke arah depan.

AAAAAAAAA!

SYUUUUUUUT!

GREP!

 

Pegangan tangan Sujin di pagar besi yang berada di bagian kanan anak tangga, menguat. Tangan kirinya yang memegang ponsel perlahan turun. Ia hadapkan senter tersebut ke arah tubuhnya dengan rapat sehingga cahaya yang ada langsung hilang.

Langkah Sujin sukses terhenti.

Ia, baru saja mendengar suara teriakan dari arah rumah kosong yang baru saja ia lewati. Berjarak lima anak tangga dari posisinya berdiri saat ini.

Merasa penasaran, Sujin memutar tubuhnya ke belakang. Ia memicingkan matanya ke arah rumah kosong tersebut.

Sujin yakin suara yang baru saja ia dengar itu benar-benar berasal dari rumah di atasnya.

Dengan langkah gemetar, Sujin kembali beranjak naik ke anak tangga di mana rumah tersebut berada.

Sengaja ia matikan flash ponselnya supaya tidak meninggalkan tanda akan kehadirannya.

Sujin berjalan ke arah kusen pintu yang tidak terdapat daun pintu sama sekali tersebut.

Ia menelan salivanya. Langkahnya terayun untuk masuk ke dalam rumah kosong tersebut lebih dalam lagi.

KREK!

SREEEEEET!

"Shit!"

Sujin langsung berlari.
 
 

Tak peduli dengan anak tangga yang basah karena diguyur hujan seharian ini. Tak peduli dengan kemungkinan besar kalau ia akan terjatuh bila gegabah.
 
 

Ya Sujin tak peduli.
 
 
 

Yang Sujin pikirkan saat ini adalah bagaimana caranya ia berlari dari tempat kejadian perkara pembunuhan yang baru saja terjadi.

 
 

"Semoga orang tadi nggak sempet lihat gue, Ya Tuhan....." racaunya berkali-kali dengan suara gemetar.

Waktu yang biasa ia habiskan selama 5 menit untuk turun dan naik dari tangga tersebut hingga ke kos tempat tinggalnya, kini terpangkas menjadi 2 menit saja.

Ya, hasil dari langkah terburu-burunya berhasil membuatnya sampai di kos dalam waktu 2 menit saja.

Tanpa menyalakan lampu teras yang seharusnya ia nyalakan begitu maghrib datang, Sujin langsung masuk ke dalam kamarnya. Ia tutup dan kunci rapat-rapat daun pintu yang menjadi penghalang antara ruang tamu dan kamarnya.

Melalui jendela kamarnya yang gelap, Sujin mencoba mengintip ke arah rumah kosong tempat kejadian perkara tadi.

Sialnya ada satu sinar laser merah yang mengarah tepat ke arah kos yang ia tinggali. 

unusual; k-idols ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang