"Hhhhh...."
Seorang pemuda bernama Haruto, merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur.
Di samping tempat tidur yang ia tempati, ada satu kotak bayi berisi sang adik yang baru berusia 2 bulanan, tengah tertidur dengan lelapnya.
Haruto diminta oleh sang ibu untuk menunggui sang bungsu. Maklum, sedang ada tamu saat ini. Kedua orang tuanya sedang berada di ruang tamu bertemu dengan tamu tersebut. Di mana sepertinya tamu tersebut cukup penting sampai sang ibu menyuruh Haruto untuk menggantikan perannya sementara.
Haruto tidak tidur, ia hanya berbaring sambil memainkan ponselnya. Sesekali dipandanginya sang adik karena takut terbangun.
Padahal suasana begitu sepi. Tak hanya di dalam kamar yang terletak di bagian depan rumah tersebut, tapi juga suasana di luar rumah.
Langit terlalu gelap tanpa bintang. Tak ada pula suara jangkrik yang biasanya mengiringi malam.
Sebagai orang yang tidak terlalu suka suasana sepi, rasanya sangat aneh.
Sebenarnya bisa saja Haruto menyalakan musik dan menyumpal telinganya dengan earphone yang disambungkan ke ponsel. Tapi sekali lagi, ia sedang ditugaskan menjaga sang adik. Haruto takut kalau sampai ia tak mendengar ketika adiknya menangis atau terbangun nanti.
Merasa bosan dengan ponselnya, pandangan Haruto kini beralih ke arah jendela. Di bagian atas jendelanya terdapat ventilasi berbentuk kotak yang ditutupi oleh semacam saringan kawat untuk mencegah nyamuk atau serangga lainnya masuk.
Kalau dipikir-pikir, malam tanpa bintang itu biasanya ketika keadaan tengah mendung. Kalau sudah begitu, biasanya udara akan terasa sangat dingin. Sayangnya, sekarang ini Haruto malah merasa sedikit kegerahan. Tak ada angin yang berhembus dari luar.
Di tengah pengamatannya, mata Haruto tanpa sengaja menangkap bayangan mata di sudut ventilasi kamar orangtuanya. Di mana ketika tak sengaja mereka beradu tatap, mata tersebut seperti terbeliak karena terkejut.
Sontak Haruto melakukan hal yang sama. Matanya melebar. Tak hanya mata, ia melihat jelas wajah yang sedang mengintip tersebut.
Buru-buru ia beranjak dari ranjang yang ditempatinya. Berlari menuju jendela dan langsung menyingkap tirai yang ada.
Hendak melihat pelaku utama yang sedang mengintip di depan jendela kamar tersebut.
Sial, Haruto kalah cepat.
Ia melihat sebuah kepala dengan organ tubuh yang ikut menggantung, melayang menjauhi rumahnya dengan cepat.
"KUYANG!!!!!!!!" seru Haruto kemudian dengan suara lantangnya.
Membuat kedua orang tua serta tamu yang sedang berkunjung langsung mendatangi Haruto yang kini tengah menggendong sang adik yang mulai menggeliat resah karena suara kencang yang Haruto teriakan.
"Kenapa, bang?" tanya sang ayah yang langsung mendekati Haruto. Pun sang ibu yang kemudian mengambil alih untuk menggendong si bungsu.
"Kuyang, Pah!" seru Haruto sambil menunjuk ke arah jendela yang tersingkap tirainya.
Meski sudah terbang jauh, tapi bisa terlihat ada benda yang melayang-layang di sana.
"Kamu lihat mukanya?" tanya Sang Ayah kemudian.
Haruto mengangguk dengan cepat.
"Abang lihat jelas muka kuyangnya. Mukanya familiar, Pah!" jawab Haruto lagi.
"Siapa, bang?" kali ini giliran sang ibunda yang bertanya.
Haruto menoleh ke arah sang ibu, ia meneguk salivanya dengan susah payah.
"T-tetangga kita."
"Hah?????"
"Siapa?"
Haruto menggeleng. Ia memang familiar dengan wajah yang dilihatnya tadi. Tapi tidak dengan nama orang tersebut.
Hingga keesokan harinya, ketika hendak berangkat ke sekolah, Haruto melihat seseorang dengan wajah yang sama langsung masuk ke dalam rumah ketika tak sengaja berpapasan dengannya.
Di mana setelah pulang sekolah, Haruto langsung menceritakan kejadian tersebut pada kedua orang tuanya.
Sontak, kedua orang tua Haruto beserta Pak RT setempat, langsung mendatangi rumah tetangga yang dimaksud, yang ternyata hanya berjarak lima rumah dari rumah mereka. Keluarga Haruto tidak ingin terkesan main hakim sendiri. Makanya mereka mengajak pihak ketiga sebagai saksi kalau-kalau terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.
Sialnya, ketika mereka tiba di rumah tersebut, mereka harus menerima kenyataan kalau orang yang dilihat Haruto kemarin malam sudah pindah dari sana siang tadi.
"Pantes aja...." ucap sang ibu Haruto tiba-tiba ketika mereka mendengar kalau perempuan yang sedang mereka cari itu tiba-tiba pergi.
"Kenapa bu?"
"Dia selalu pake selendang buat nutupin lehernya. Kuyang itu nggak bisa ngumpetin tanda bekas luka ketika mereka ngelepas kepala dari badan. Mau nggak mau harus ditutupin. Dan ibu selalu lihat dia pake selendang. Pernah ditanyain juga sama bu RT, kenapa siang-siang kok pake selendang terus. Eh bilangnya karena kedinginan. Aneh, padahal musim kemarau, 'kan, panas. Dan kalaupun masalah selendang itu cuma kebetulan rasanya juga aneh. Kenapa dia tiba-tiba pindah begitu aja?"
KAMU SEDANG MEMBACA
unusual; k-idols ✔️
Fanfiction[BOOK TEN] A book of horror short stories compilation 👻 Start: March, 28th 2022 End: December, 18th 2022