35 • cepat pulang

516 159 2
                                    

"Aduh jalannya jangan buru-buru kenapa, sih!" keluh Eunha, si gadis berambut pendek yang sudah tertinggal beberapa meter di belakang.
 
 

Saat ini mereka sedang dalam perjalanan balik dari pantai di balik bukit bagian utara.

Ombaknya tak terlalu besar seperti pantai di bagian selatan. Namun, tetap saja deburannya mampu membuat basah celana yang Eunha kenakan. Dan karena tak membawa baju ganti, Eunha terpaksa harus terus mengenakan pakaian basahnya sampai ke rumah singgah, milik paman Luda.

Ah, dan ya. Eunha dan teman-temannya berjalan kaki untuk pulang pergi.

Hanya dua kilometer, itupun karena jalannya yang harus naik turun area perbukitan.
 
 

"Keburu gelap, Eunha..." ucap Luda yang berada di bagian depan Eunha.
 
 

Selain Eunha dan Luda, ada Dawon, Rose dan juga Lisa.

Rose dan Lisa berada di bagian paling depan. Keduanya yang paling bersemangat sedari tadi. Sementara Dawon berada di belakang mereka berdua, Lisa dan Rose. Lalu di belakang Dawon ada Luda dan terakhir ada Eunha.
 
 

"Ya, iya, tapi jangan buru-buru. Pelan-pelan aja. Jalannya susah ini!" protes Eunha lagi, yang hanya bisa jelas didengar oleh Luda.
 
 

Dawon tengah memainkan ponselnya untuk memotret pemandangan di sepanjang perjalanan. Lain lagi dengan Rose dan Lisa yang seperti sedang membuat vlog perjalanan liburan mereka berlima.

Luda kemudian mengulurkan tangannya. Menawarkan diri untuk menggandeng tangan Eunha supaya gadis yang berada di urutan paling belakang itu bisa menyamai langkahnya.

Eunha langsung menerima uluran tangan tersebut. Langkahnya terasa lebih ringan karena tarikan dari tangan temannya yang paling pendek itu.
 
 

"Keburu maghrib tahu!" ucap Luda ketika Eunha sudah berjalan di sampingnya.

"Kenapa emangnya kalau maghrib?"

"Ya kita harus udah ada di rumah. Soalnya pama-"
 
 
 
 
 
 
"Guys! Guys! Buruan sini lihat!"
 
 
 
 
Perkataan Luda terhenti. Terhenti oleh seruan Lisa yang menghentikan langkahnya lalu menoleh ke belakang. Pun dengan Rose. Lisa lambaikan tangannya ke arah tiga teman yang berada di belakangnya. Membuat ketiganya langsung buru-buru menghampiri dua orang yang berada di barisan paling depan tersebut.
 
 
 

"Kenapa, Lis?" tanya Dawon ketika berada di samping Lisa.

"Coba kalian lihat!"
 
 

Lisa menengahkan ponsel pintarnya. Ia hadapkan ke atas langit-langit. Terputar sebuah video perjalanan yang ia dan Rose rekam selama perjalanan pulang dari pantai tadi.
 
 

"Lo semua lihat ibu-ibu tadi nggak?" tanya Lisa ketika video berdurasi dua puluhan detik tersebut sedang diputar.

"Ibu-ibu yang mana?" tanya Eunha ketika mendongak.

"Yang tadi berhentiin gue sama Rose terus ngomong kalau kita disuruh cepet-cepet jalan."
 
 

Kali ini Luda yang sebelumnya fokus melihat video yang terputar, ikut mendongak seperti Eunha.
 
 

"Berhentiin di mana?"

"Ituloh yang sebelum batu besar."
 
 

Mereka semua sudah melewati batu besar. Jarak dari batu besar ke posisi mereka sekarang ini sekitar 100 meter. Jadi kalau sebelum batu besar, kemungkinan 100 meter ke atas.
 
 

"Emang tadi ada ibu-ibu?" tanya Eunha setelah saling berpandangan dengan Luda.
 
 

Luda menggeleng. Entah artinya tidak tahu atau tidak ada. Namun, Eunha mengartikannya dengan pilihan yang kedua. Tidak ada.
 
 

"Iyaloh. Pas gue sama Lisa lagi rekam vlog tadi dari jauh tuh ada ibu-ibu pake baju item dari atas ke bawah. Nah kita berdua langsung nurunin hape, 'kan. Dan pas udah deket, ibu-ibu itu berhentiin gue sama Lisa buat bilang, 'kalian jalannya cepetan. Buruan pulang,' gitu." Jelas Rose.

"Tadinya mau gue tanyain ke lo, Lud. Itu siapa. Tapi karena nggak enak karena malah jadi berhenti. Akhirnya kita jalan terus. Dan karena sekarang udah agak jauhan dari ibu-ibu tadi, makanya kita tanyain."
 
 
 
 
"IH IYA KOK ADA!" seru Dawon ketika melihat sosok ibu-ibu di rekaman yang Lisa dan Rose ambil. Dawon menontonnya untuk kali ketiga setelah di kali pertama dan kedua ia tidak bisa melihatnya dengan jelas.
 
 

Seruan Dawon berhasil membuat perhatian empat temannya tersita. Dawon menekan layar touchscreen ponsel Lisa. Membuat rekaman yang sedang berputar tersebut terjeda.
 
 

"Ih beneran ada ibu-ibu? Kok gue baru lihat?" tanya Eunha. "Perasaan tadi nggak ada ibu-ibu ya, Lud?"
 
 

Luda menganggukkan kepala.
 
 

"Hah? Masa?" Lisa dan Rose saling berpandangan. Bingung.

"Iya, gue juga nggak lihat." Timpal Dawon. "Kalaupun ada harusnya kita semua berhenti nggak, sih, pas lagi dibilangin begitu? Masa jalan terus? Kesannya nggak sopan." Tambah Dawon. Diangguki oleh Luda dan Eunha.

"Lah? Jadi yang lihat ibu-ibu tadi cuma gue sama Rose?" ucap Lisa yang jadi bingung sendiri.

"Guys, kayaknya mending kita lanjut jalan, deh. Bahas ininya nanti aja di rumah singgah."

 
 
 
 
 
  
 
 
 
  
 
 
 
 
 
👻👻👻
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

a/n;

btw aku udah lihat videonya, ini posisi perekam videonya itu ngerekam dari jauh, pas agak ngedeket mereka matiin videonya karena ngerasa takut gak sopan sama ibu-ibu yang dimaksud

tapi sampe akhir, bahkan sampai ke rumah singgah, anggota lain (selain dua orang yang rekam dan yang paling depan) itu gak lihat ada ibu-ibu sama sekali

dan jarak mereka satu sama lain juga gak terlalu jauh pas jalan itu

oh ya rombongan aslinya tuh 3 cewek 4 cowok, dan yang ngelihat ibu-ibu itu dua cowok, di mana satu di antara dua cowok itu terduga ada yang jagain atau kalian bisa sembuh khodam atau penjaga

nah karena alasan yang sama pula, pas mau naik ke salah satu gunung, yang cowok itu gak dibolehin

kalau kalian pernah baca buku aku yang Midnight Radio 2.0 di situ aku jelasin alasannya, yaitu orang yang punya khodam atau penjaga cenderung bikin makhluk astral lain tertarik sama mereka dan ngerasa harus adu kekuatan (antara si khodam sama makhluk astral lain) itu salah satu alasan orang yang punya khodam, pegangan, atau penjaga cenderung sering dideketin sama makhluk astral lain

unusual; k-idols ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang