"Tumben sepi. Pada ke mana?" tanya Kim Dasom pada Yoo Kihyun, saudara sepupu dari garis kelahiran sang ibu.
Saat ini Dasom sedang berada di rumah sang nenek. Ia baru saja tiba setelah menempuh perjalanan selama 10 jam.
Rasa lelah menuntutnya untuk langsung beristirahat. Namun niatannya ia urungkan ketika melihat ada Kihyun yang tengah duduk-duduk di ruang tengah dengan televisi yang menyala.
Dasom tak tahu kalau ternyata Kihyun juga sedang berkunjung ke rumah sang nenek.
"Nggak tahu. Gua dateng udah sepi," jawab Kihyun sekenanya.
"Lo baru dateng juga?" tanya Dasom.
Kihyun mengangguk.
Tak melanjutkan obrolan, Dasom memilih beranjak dari duduknya dan pergi ke kamar. Ia meletakkan barang-barang bawaannya.
Lalu kembali keluar dari kamar dan memeriksa setiap sudut ruangan rumah sang nenek. Siapa tahu ia menemukan sang nenek bersama saudaranya yang lain di ruangan atau tempat lain.
Sialnya, Dasom tetap tak menemukan keberadaan siapapun di rumah tersebut.
Oleh karena itu, Dasom memutuskan keluar dari rumah. Selain ingin mencari sang nenek, Dasom juga ingin membeli makanan untuk dimakan. Tadi, ketika ia pergi ke dapur, tak ia temukan makanan matang di atas meja makan. Menandakan kalau sang nenek belum sempat memasak hari ini.
Meninggalkan Kihyun sendirian di rumah, Dasom pergi ke salah satu warung makan yang jaraknya sepuluh menit dari rumah dengan berjalan kaki.
"Loh mbak Dasom lagi pulang?"
"Hehe, iya, nih, bude," jawab Dasom begitu masuk ke dalam warung makan yang ia tuju.
Lama tinggal dengan sang nenek membuat hampir semua tetangga di sekitar rumah neneknya mengenal dirinya. Termasuk perempuan paruh baya penjual makanan matang yang sedang ia datangi.
"Neneknya nggak masak po mbak?"
"Belum, bude. Kayaknya juga lagi pergi. Nenek nggak tahu kalau aku mau balik. Makanya nggak ada buat makanan."
"Oalah gitu."
"Iya, bude."
"Jadi mau pesen apa mbaknya?"
"Ehm, ini. Ini sama ini ya bude. Tambah ini juga," ucap Dasom sembari menunjuk setiap menu yang ada. "Dibuat dua porsi ya bude. Dua-duanya dibungkus."
"Oh iya, mbak."
Niatnya, Dasom ingin membelikan untuk Kihyun juga. Karena katanya baru sampai, Kihyun pasti juga lapar. Begitu pikir Dasom.
"Ngomong-ngomong, bude tahu nggak nenek kemana? Kok saya nyampe tadi nggak ada di rumah ya, bude? Adanya malah Kihyun doang. Dianya juga nggak tahu nenek pergi ke mana karena baru sampe juga."
"Kihyun? Mas Kihyun yang hidungnya mancung itu bukan, mbak?"
"Errr, iya, bude. Yang tingginya nggak jauh beda sama saya itu, bude."
"Oh. Setahu saya tadi neneknya si mbak pergi ke pasar lama. Tapi nggak sendiri. Ditemenin sama orang. Kalau nggak salah ya sama Mas Kihyun."
"Hah? Enggak kok bude. Kihyun ada di rumah. Bude salah orang kali. Mungkin yang anter nenek bukan Kihyun tapi orang lain."
"Ah, enggak, kok, mbak. Orang tadi sempet berhenti sebentar di depan. Terus ngobrol sama Mas Hyungwon. Makanya saya tahu kalau itu Mas Kihyun. Terus nggak lama nenek sama si Mas Kihyun lanjut jalan lagi."
Dasom mengerutkan keningnya.
Apa mungkin Kihyun dan neneknya sudah pulang? Tapi, jelas-jelas tadi Kihyun bilang kalau ia tak tahu nenek mereka pergi ke mana.
Atau mungkin sang nenek langsung pergi ke tempat lain lagi setelah pulang?
Tapi, bukankah Kihyun sempat mengatakan kalau ia baru juga tiba?
Dasom jadi bingung sendiri.
"Ini mbak makanannya."
"Oh, iya bude. Jadi berapa bude?"
"Jadi 36ribu ya mbak."
"Oh iya, bude. Ini uangnya. Makasih ya bude."
"Iya, mbak, sama-sama."
Tak berniat mampir-mampir, Dasom langsung pulang ke rumah sang nenek selesai membeli makanan. Ia ingin bertanya langsung pada Kihyun kenapa Kihyun berbohong.Sialnya, ketika Dasom pulang. Tak ia temukan sosok Kihyun yang sebelumnya duduk di ruang tengah sembari menonton televisi.
Bahkan ketika Dasom mencoba memeriksa setiap ruangan yang ada, tak juga ia temukan keberadaan sepupunya itu.
Mengira Kihyun pergi keluar, Dasom langsung mencoba menghubungi Kihyun. Di mana di tiga percobaan pertama panggilannya tidak diangkat dan baru diangkat setelah percobaan keempat.
"Halo, Som?"
"Halo, Ki? Lo di mana dah?"
"Hah? Gua? Di rumah. Kenapa emang?"
"Rumah? Di mananya? Kok nggak ada?"
"Ya di rumah. Emang kenapa, sih? Ada apa? Tumben lo nelpon."
"Ya lo tiba-tiba ngilang. Bikin bingung. Lo lagi sama nenek? Kalian kemana deh?"
"Hah? Apaan, sih? Ngaco. Dibilang gua lagi di rumah. Kenapa tiba-tiba malah nanya sama nenek? Nenek mah ya dirumahnya lah."
"Lah? Lo katanya di rumah?"
"Ya iya rumah. Rumah gua yang di Surabaya."
"Hah? Bukannya lo lagi di rumah nenek? Di Jogja?"
"Apaan, sih? Kapan gua ke Jogja? Ini aja masih di Surabaya."
"Lah serius, nyet. Tadi gue abis beli makanan di bude juga. Terus doi ngasih tahu kalau nenek lagi pergi ke pasar ditemenin sama lo."
"Dih ngaco ya lo?"
"Enggak. Serius."
"Lo beli makanan di bude Darmi?"
"Ya iya. Di mana lagi."
"Som, lo nggak tahu kalau bude Darmi udah meninggal?"
"Hah? Apaan, sih. Jangan nakutin. Lo kalau mau ngerjain nggak lucu ya, Ki!"
"Siapa juga yang lagi ngelucu? Mending lo tanya deh sama nenek."
Merasa kesal dan tak percaya begitu saja, Dasom memilih membuka nasi bungkus yang sebelumnya ia beli. Ia ingin membuktikan pada Kihyun kalau perkataannya benar sedangkan Kihyun salah.Sialnya, ekspetasi tak sesuai realita.
Dasom yang baru saja membuka bungkusan nasi di depannya langsung melempar benda di tangannya tersebut ketika mendapati isi di dalam bungkusan tersebut bukannya berisi makanan dan malah hewan-hewan melata kecil seperti cacing tanah, belatung, dan sejenis yang membuat Dasom mendadak merasa mual.
KAMU SEDANG MEMBACA
unusual; k-idols ✔️
Fanfiction[BOOK TEN] A book of horror short stories compilation 👻 Start: March, 28th 2022 End: December, 18th 2022