93 • art

391 132 0
                                    

Zoa tak mengerti. Ia tak mengerti kenapa salah satu asisten rumah tangga di rumah Yeseo; temannya yang sedang ia datangi rumahnya saat ini, memancarkan aura yang berbeda.

Di rumah Yeseo terdapat beberapa pekerja yang bekerja di rumahnya. Ada supir, tukang kebun, dan beberapa asisten rumah tangga yang mempunyai tugas masing-masing. Tidak seperti yang lain, satu asisten rumah tangga yang sering Zoa lihat satu itu agak berbeda.

Tak ada senyum ramah tamah seperti yang diberikan oleh pekerja Yeseo lainnya kepada Zoa. Tak ada sapaan; yang mana ini masih bisa Zoa maklumi karena mungkin ini kali pertama Zoa mengunjungi rumah Yeseo. Tak ada pula basa-basi seperti yang lain, membuat Zoa merasa canggung dan bingung harus bagaimana menghadapinya.

Bahkan Zoa merasa asisten rumah tangga Yeseo satu itu tidak begitu menyukai dirinya sehingga memperlakukan ia seperti itu.

Mempunyai prinsip I treat you how you treated me, membuat Zoa melakukan hal yang sama. Di awal Zoa sempat melemparkan senyum, namun senyum itu langsung hilang ketika ia tak mendapat balasan. Setelahnya, Zoa bersikap sama seperti bagaimana asisten rumah tangga Yeseo yang satu itu bersikap. Tidak ada senyum, tidak ada sapa, tidak ada basa-basi.

Hingga ketika Zoa harus turun ke dapur untuk mengambil piring yang akan digunakan sebagai alas makanan yang mereka pesan secara online. Di sana; dapur, Zoa berpapasan dengan asisten rumah tangga Yeseo tersebut. Sempat sedikit terkejut, Zoa langsung mengambil piring tanpa menghiraukan sama sekali orang yang berada di ruangan yang sama dengannya tersebut.

Zoa langsung kembali ke kamar Yeseo dengan satu piring besar di tangannya.
 
 

"Nih, piringnya, Seo."

"Mana, mana?"
 
 

Zoa memberikan piring di tangannya pada Yeseo. Kemudian ikut duduk di depan temannya satu itu. Yeseo langsung meletakan kotak makanan yang mereka pesan di atasnya.
 
 

"Seo?"

"Hn?"

"ART lo yang muda itu kenapa, sih? Kok lempeng banget mukanya. Nggak ada ramah-ramahnya, bikin gue agak canggung."

Yeseo mengernyitkan kening.

"Masa, sih?"

"Iya, tahu. Gue jadi awkward banget kalau di deket dia. Tadi aja pas mau ambil piring ketemu di dapur eh pas papasan, dia diem-"

"Tunggu, tunggu." Sela Yeseo. "Ketemu di dapur?"

"Iya." Sahut Zoa. "Dia diem aja dan cuma-"

"ART gue yang mana deh?" Sela Yeseo lagi.

"Yang muda, 'kan, gue bilang. Mbak-mbak yang-"

"Lah? ART gue, 'kan, lagi pada ke pasar sama sopir, Zo." Lagi, Yeseo memotong perkataan Zoa. "Dan nggak ada ART yang muda. Dua-duanya udah lumayan tua. Yang agak muda cuma tukang kebun sama sopir gue. Tapi, itu juga cowok. Bukan mbak-mbak."

"Yang satu lagi, loh, Seo. ART lo, 'kan, ada tiga. Nah-"

"Mana ada? ART gue cuma dua. Dan dua-duanya lagi ke pasar, tadi pas gue turun ambil orderan kita, mereka baru berangkat."
 
 

Zoa diam. Ia menelan salivanya.
 
 

"Eh ada tiga deng sebenarnya."

"Ish sialan lo! Udah bikin gue takut aja!!"

"Tapi yang ketiga itu ikut nyokap ke Bandung, Zo. Nemenin belanja. Jadi dia nggak ada di rumah."

"Hah? Yang bener, Seo?"

"Serius. Itu juga udah tua. Nggak muda."

unusual; k-idols ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang