29 • pagi pagi

557 169 3
                                    

Lee Soodam atau yang biasa dipanggil Soodam, adalah tipikal murid yang selalu datang sangat awal dari jam masuk sekolahnya.

Kalau murid lain baru akan tiba di sekolah paling cepat 15 menit sebelum bel berbunyi, berbeda dengan Soodam. Ia sering sekali tiba di sekolahnya 30 menit dari jam masuk.

Soodam selalu jadi yang pertama menginjakkan kaki di kelas. Bahkan di sekolah. Ah, tidak. Biasanya Soodam adalah orang kedua yang datang. Yang paling pertama tiba itu biasanya adalah penjaga sekolah. Laki-laki paruh baya tersebut adalah pemegang kunci dari setiap ruangan yang ada. Beliau datang pagi-pagj untuk membuka kunci semua ruangan yang digunakan. Tak jarang sesekali Soodam melihat beliau menyapu bagian depan gerbang sekolahnya.

Selebihnya?

Sekolah benar-benar kosong. Hanya ada Soodam yang datang terlalu awal.

Letak ruang kelas yang ditempati Soodam cukup masuk ke dalam. Kelasnya yang berada di lantai satu namun paling ujung membuatnya harus melewati setiap ruangan yang tentunya masih kosong karena belum ada satupun murid atau guru yang datang.

Salah satunya adalah ruang kesenian yang terletak di samping ruang OSIS. Ruangan yang dindingnya berbahan baku kaca tersebut membuat siapapun yang berada di luar bisa melihat jelas ke dalam ruangan.

Biasanya, tirai berwarna hijau tua selalu menutupi dinding kaca tersebut. Namun tidak hari ini. Dan hal itu berhasil membuat perhatian Soodam cukup tersita. Lampu di dalam ruangan yang padam tak membuat kemampuan melihat Soodam berkurang, jelas karena masih ada cahaya matahari yang berhasil masuk dan ruangan cukup besar, tempat menyimpan berbagai alat musik tersebut.

Tak ada hal aneh yang Soodam lihat. Hanya berbagai peralatan musik. Mulai dari alat tradisional seperti gamelan sampai yang modern seperti drum, gitar, dan lain-lain.

Ya.
 
 
Soodam memang matanya memang tak melihat apapun. Namun, gendang telinganya menangkap sebuah suara alunan merdu yang berasal dari dalam ruangan tersebut.

Membuat langkah Soodam sontak melambat hingga akhirnya terhenti. Suara dentingan alat musik yang dipukul, yang Soodam duga berasal dari salah satu peralatan gamelan, bisa Soodam dengar dengan jelas. Kalau tidak salah Bonang.

Bagaimana Soodam tahu?

Well, Soodam pernah melakukan praktik memainkan alat musik tradisional tersebut sebelumnya. Dan pelajaran itu baru ia lakukan minggu lalu.

"Tumben udah ada yang dateng pagi-pagi selain aku sama Pak Kim," gumam Soodam sembari mendekat ke arah dinding kaca yang ada di depannya. Lalu ia menempelkan wajahnya agar bisa melihat lebih jelas lagi siapa oknum yang memainkan alat musik yang biasa disimpan di bagian paling belakang tersebut.

"Eh tapi aku nggak lihat Pak Kim tadi di depan." Ucap Soodam lagi. Wajahnya kini sudah menempel di kaca. "Apa yang mainin Bonang tadi itu Pak Kim?" tanya Soodam pada dirinya sendiri. "Tirainya juga udah dibuka. Pasti Pak Kim, sih." Lanjut Soodam lagi, yang kemudian berjalan ke arah pintu.
 
 

Iseng-iseng berhadiah, Soodam mencoba membuka pintu di depannya. Ia mendorong perlahan daun pintu yang terbuat dari kaca cukup tebal tersebut.

Soodam ingin memeriksa apakah yang memainkan alat musik tradisional yang ia dengar itu benar Pak Kim, sesuai dugaannya. Atau bukan.

Beruntung, pintu di hadapannya ternyata sudah tidak dalam keadaan terkunci. Maka, Soodam melangkahkan kakinya.

Lampu di ruangan yang dipenuhi alat musik itu benar padam. Tak seperti bagian depan yang terlihat jelas karena cahaya matahari dari luar. Bagian di deret belakang agak sulit dilihat karena ada penghalang yang terbuat dari kayu yang membuat cahaya terhalang masuk oleh alat-alat di bagian depan.

Tak hanya dalam keadaan lampu padam, ruangan tersebut juga cukup sepi. Sunyi dan lengang. Tentu suara dentingan Bonang masih terus bisa Soodam dengar. Suaranya masih belum berhenti.

Soodam benar-benar penasaran.

Ia ingin terus masuk ke dalam ruangan tersebut. Sialnya, semakin ke dalam, keadaan ruangan semakin gelap. Nyali Soodam mendadak ciut.

Meski penasaran, tapi Soodam juga takut.

Takut kalau...
 
 
 
 
 
"Loh? Neng? Neng ngapain di dalem?"
 
 
Soodam refleks menoleh. Matanya membulat. Ia terkejut. Terkejut karena tiba-tiba ada yang memanggilnya.
 
 

"Ih! Pak Kim! Ngagetin aja!" seru Soodam kesal.

Pak Kim turut melangkah masuk ke dalam.

"Neng kok bisa masuk ke sini?"

"Lah? Kan ruangannya nggak dikunci. Terus saya denger ada yang mainin Bonang di dalem, Pak. Makanya saya masuk. Pengen lihat yang mainin siapa. Kirain saya yang mainin Pak Kim."

"Waduh. Kok bisa?"

"Bisa apanya, Pak?"

"Pintunya nggak dikunci. Padahal Bapak aja belum sempet ke sini buat buka kunci pintunya."

"Hah?"
  
 
Mendadak panik, Pak Kim langsung menyalakan lampu. Beliau kemudian masuk lebih ke dalam dan memeriksa bagian Bonang yang disebutkan Soodam tengah dimainkan. Langkahnya sedikit terburu-buru karena takut ada maling atau penyelinap yang masuk secara paksa.

 
"Loh neng? Katanya ada yang mainin Bonang? Ini nggak ada siapa-siapa di sini, neng?"

unusual; k-idols ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang