125 • takut

374 118 0
                                    

Rei adalah seorang mahasiswi yang lebih memilih untuk tinggal di asrama yang sudah disediakan pihak kampus ketimbang mencari kos atau kontrakan sebagai tempat tinggal sementaranya selama berkuliah di tanah perantauan.

Bukan apa-apa, selain tak mau repot, biaya sewa asrama lebih murah. Belum lagi banyak orang-orang yang memang juga satu kampus dengannya.

Di Asrama khusus Putri yang Rei tempati, terdapat 3 lantai di mana lantai 2 sampai 3 diisi oleh kamar. Dan untuk bagian dapur, ruang laundry, tempat berwudhu serta parkiran terdapat di lantai dasar. Di setiap kamar juga terdapat balkok yang biasanya digunakan oleh para penghuni asrama khusus putri tersebut untuk menjemur pakaian. Untuk kamar mandi sendiri, di setiap kamar terdapat satu kamar mandi di dalam. Ada pula toilet di lantai bawah yang peruntukannya untuk umum.

Tak hanya sendiri, setiap satu kamar bisa diisi 3 sampai 4 orang. Dan Rei menempati ruangan yang diisi oleh tiga orang. Dirinya sendiri, Liz mahasiswi dari Fakultas Ekowisata, serta Wonyoung dari Fakultas Hukum.
 
 
Seperti biasa, Rei dan teman-temannya sudah pergi tidur ketika jam menunjukkan pukul sebelas malam. Sudah menjadi aturan tersendiri di asrama tersebut untuk langsung pergi tidur, paling lambat jam sepuluh.

Sialnya, tepat pukul setengah dua pagi di mana sedang asyiknya Rei terlelap di dunia mimpi, tidurnya harus terganggu karena urusan alamnya. Keinginan untuk buang air kecil membuat tidurnya terganggu. Dengan terpaksa Rei bangun dari tidurnya.

Dikarenakan kran air yang sedang rusak di kamar mandi dalam, terpaksa Rei harus turun ke lantai satu untuk menggunakan toilet umum asrama.

Sebenarnya Rei tidak terlalu berani, ia bahkan berniat membangunkan salah satu di antara kedua teman sekamarnya untuk menemani. Namun, melihat bagaimana lelapnya dua temannya tertidur, Rei mengurungkan niatan tersebut.

Rei nekat untuk turun ke lantai satu seorang diri. Mencoba tak terlalu menimbulkan banyak suara, Rei berjalan menuruni anak tangga dengan langkah kaki yang hampir tak terdengar. Ritme langkahnya ia percepat karena tak mau berada lama-lama di luar kamar.

Begitu sampai di lantai satu, Rei langsung berlari masuk ke dalam salah satu bilik yang terdapat di dalam toilet tersebut.

Seperti niatan awalnya, Rei hanya buang air kecil.

Tak butuh waktu lama baginya untuk menyelesaikan hal tersebut.

Tepat ketika ia hendak mencuci tangannya di westafel yang ada, Rei melihat Liz yang masuk ke dalam toilet. Lalu berjalan ke arah bilik yang terletak paling ujung.

Liz masuk tanpa menoleh ke arah Rei sedikitpun. Menyapa pun tidak.

"Belum ngumpul nyawanya tuh anak." Gumam Rei ketika melihat Liz yang kemudian masuk ke dalam bilik yang dimaksud.

Tak langsung kembali ke kamarnya setelah selesai mengeringkan tangannya dengan tisu, Rei memilih mendatangi bilik yang Liz masuki. Lalu berdiri di depannya sembari menempelkan telinga di depan pintu.

Terdengar suara kran air yang menyala.
 
 

"Mau gue tungguin nggak biar baliknya bareng?" tanya Rei kemudian.
 
 

Namun, tak ada sahutan.
 
 
 

Mungkin, karena suara bising kran air yang menyala membuat suaranya kurang terdengar, begitu pikir Rei.

Mau berteriak, tapi Rei tidak mau menganggu kenyamanan penghuni asrama lain yang bisa saja mendengar suaranya.

Makanya, Rei memilih menunggu Liz meski Liz tak menjawab tawarannya.

Hingga lima menit kemudian, mata Rei terasa semakin berat. Liz tak juga keluar dari dalam bilik yang ada di hadapannya. Merasa tak sanggup menunggu lebih lama, Rei kembali bersuara, "Liz, gue duluan ya? Udah ngantuk banget ini. Nggak kuat."
 
 

"Iya....."
 
 

Mendapat lampu hijau dari Liz, Rei memutuskan untuk kembali ke kamarnya yang berada di lantai tiga.

Sesampainya di kamar, Rei langsung masuk ke kamar tanpa menutup rapat pintu kamarnya karena ia tahu masih ada Liz di bawah sana.

Dengan keadaan kamar yang gelap, Rei berjalan ke arah tempat tidurnya, hendak kembali merebahkan tubuhnya di atas sana.

Sial, langkah Rei terhenti tepat di depan ranjang tempat tidurnya ketika melihat Liz tengah tertidur pulas di atas tempat tidur Liz sendiri.

Entah mengapa, kesadaran Rei langsung berkumpul penuh. Ia yang tadinya mengantuk langsung segar seketika. Dan hal itu disebabkan karena keterkejutan ditambah ketakutan yang tiba-tiba datang karena menyadari bahwa Liz yang dilihatnya di bawah tadi bukanlah Liz yang sebenarnya.

Setelah sempat membeku beberapa saat, Rei langsung naik ke tempat tidurnya yang berada di atas tempat tidur Liz.

Rei langsung menutupi tubuhnya dengan selimut yang ada sampai sebatas kepala.

Ketika ia teringat bahwa ia belum menutup pintu secara rapat, Rei langsung menurunkan selimutnya dan melirik ke arah pintu.

Niatannya yang ingin turun untuk menutup rapat pintu kamarnya urung Rei lakukan ketika melihat sosok Liz yang ia lihat di toilet tadi berdiri dan mengintip dari balik pintu kamar yang belum tertutup rapat.

Membuat Rei seketika kembali menaikan selimutnya sampai sebatas kepala. Lagi.

Dalam hati Rei berdoa, semoga sosok Liz lain yang ia lihat itu tidak masuk dan membiarkannya tidur malam ini.

Karena sungguh.... Rei benar-benar sedang ketakutan sekarang.

unusual; k-idols ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang