30 • bukan di sana tapi di sini

583 159 2
                                    

Semilir angin malam yang masuk melaui celah-celah ventilasi jendela kamarnya membuat udara di dalam ruangan yang ditempati oleh Oh Seung Min, atau O.de menjadi sedikit lebih dingin.

Entah mau hujan atau bukan, tapi hawa dinginnya sukses membuat O.de menarik selimutnya sampai sebatas dada.

Meski begitu, mata O.de tetap tak bisa terpejam. Sebagai orang yang sulit untuk tidur, biasanya butuh waktu lebih dari setengah jam untuknya benar-benar pergi ke alam mimpi.

Selama setengah jam itu, O.de harus fokus membuat dirinya mengantuk. Tidak boleh memegang gawai apapun. Tidak boleh ada suara dari benda elektronik apapun. Hanya diam di atas tempat tidur, menyelimuti dirinya, sambil memandang ke arah langit-langit kamar.

Dan berusaha konsisten menutup mata sampai benar-benar tertidur.

Sayangnya, sudah lebih dari setengah jam dan O.de masih terjaga. Bahkan ia tak kunjung menguap sama sekali. Padahal kegiatan hari ini menyita banyak sekali tenaga dan waktunya. Harusnya dia merasa lelah. Harusnya ia bisa tertidur dengan mudah karenanya.

Sebenarnya ada satu hal lagi yang akan membuat O.de tidak akan bisa tidur. Yaitu kalau ada orang lain di kamarnya. Dan seharusnya itu juga tidak menjadi masalah karena sekarang tidak ada siapapun selain dirinya di ruangan berukuran 25 meter persegi tersebut.

Merasa jengah, O.de menghela napas panjang. Lalu ia hembuskan kasar sembari meletakkan kedua tangannya di belakang menjadikan bantalan untuk kepalanya sendiri.

O.de menolehkan pandangannya ke arah jendela. Angin yang berhembus dan masuk melalui celah-celah ventilasi tersebut berhasil menggerakkan tirai putih yang menutupi jendela kamar.

Tak ada yang menarik. Begitu pikir O.de. Ia kemudian mengedarkan pandangannya ke arah lain lagi. Kali ini ke arah pintu kamarnya. O.de melirik ujung daun pintu yang tampak sedikit terbuka. Ada cahaya dari luar yang masuk ke kamarnya melalui celah kecil tersebut.

Tak seperti sebelumnya, entah mengapa O.de sulit mengalihkan pandangan dari ujung pintu yang diamatinya.

O.de sangat sensitif akan keberadaan seseorang. Setidaknya ketika ia ingin tidur. Dan entah mengapa, perasaannya mengatakan ada sebuah kehadiran di sana. Yang mungkin adalah penyebab dirinya sulit untuk memejamkan mata dan pergi ke alam mimpi.

Dengan mata memicing dan kening mengernyit, O.de terus memperhatikan pembatas antara kamar dan ruang keluarga, hingga tiba-tiba sebuah tiupan bisa ia rasakan menyapu kulit lehernya.
 
 
 
'Bukan, bukan di sana. Aku di sini. Di sampingmu.'
 
 
 
 
 
Ada sebuah suara yang baru saja berbisik di telinganya.
  
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
   
 

👻👻👻
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

a/n;

aku pernah denger kalau sebenarnya manusia itu cukup sensitif dan peka sama keadaan sekitarnya.

kayak... kalau misal kita ngerasa ada yang ngelihatin... ya emang ada yang ngelihatin meski kita nggak lihat.

atau kalau misal kita ngerasa nggak sendirian ya... emang kita lagi nggak sendirian.

ah by the way untuk yang kirim cerita baik yang lewat dm wattpad ataupun dm twitter, mohon bersabar yaaa, aku bakalan bikin ceritanya sesuai urutan DM yang masuk

okay, see ya on the next chapter 👻

unusual; k-idols ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang