##Bab 81 Dibawa Pergi

1K 100 2
                                    

Aku berbicara sambil membolak-balik buku latihan di tanganku. Aku mengerutkan kening dan memikirkan kasus ini. Pada saat ini, Hendra memperhatikanku dengan ekspresi datar, tapi aku sama sekali tidak memedulikannya.

"Apa pekerjaan orang tuamu?" tanya Hendra tiba-tiba.

Aku, "Aku tidak tahu, aku yatim piatu."

Mata Hendra berkilat kaget dan dia menatap lurus ke arahku, "Kalau begitu, apakah kamu tahu berita mereka?"

"Tidak tahu."

Aku tidak tertarik dengan pertanyaan Hendra, kepedulianku terhadap kedua orang tuaku lebih sedikit dibandingkan dengan buku latihan di tanganku. Bagiku, orang tua hanyalah sebuah gelar, aku belum pernah bertemu orang tuaku, apalagi dicintai oleh mereka. Aku tidak memiliki pikiran tentang mereka di hatiku.

Aku tumbuh di panti asuhan dan melihat banyak anak terlantar. Mereka kurang lebih cacat. Mungkin bisa dimaafkan bagi orang tua untuk meninggalkan anak cacat, tapi aku adalah anak yang sehat dan sempurna serta tidak ada kelainan mental. Orang tuaku masih menelantarkanku, aku benci mereka.

Mataku masih tertuju pada buku latihan dan pikiranku tidak meninggalkan kasus di atas, Hendra menghela napas, "Sepertinya bukan waktu yang tepat bagiku untuk menemuimu sekarang."

Pada saat ini, ponselku berdering, aku terus memperhatikan latihan dan membuka ritsleting tas tanganku lalu mengeluarkan ponselku. Panggilan itu dari Tuan Muda Kelima.

"Malam ini titip Denis ke temanmu sebentar, aku ada resepsi dan aku ingin kamu menjadi pasanganku."

"Oh," jawabku. Secara kebetulan, Hendra juga mengangkat telepon. Dia menjawab telepon dan suaranya yang agak rendah berkata, "Aku."

Tuan Muda Kelima segera bertanya, "Apakah kamu dan Hendra bersama?"

Pikiranku masih ada di soal latihan dan aku tidak terpikir Tuan Muda Kelima akan marah karena aku bersama Hendra, jadi aku hanya berdeham.

Tuan Muda Kelima segera menutup telepon.

Ketika aku mendengar suara sibuk dari ponselku, aku baru menyadari Tuan Muda Kelima tidak menyukai Hendra.

Aku tertegun untuk sementara waktu, tapi sudah terlambat untuk menjelaskannya.

Hendra menutup telepon dan bertanya, "Apakah telepon dari adik kelima?"

Aku, "Emm."

Hendra berkata, "Kamu hanya perlu memberitahunya aku tidak sengaja bertemu denganmu, dia tidak akan mempersulitmu lagi."

Handra bahkan memedulikanku, aku hanya menjawab, "Oh."

"Kamu selesaikan pekerjaanmu dulu, aku akan membuat janji denganmu di lain hari."

Hendra juga tampaknya memiliki sesuatu untuk dilakukan. Setelah aku pergi, dia juga pergi dengan tergesa-gesa.

Setelah bekerja, aku pergi ke taman kanak-kanak untuk menjemput Denis. Kami kembali ke apartemen Tuan Muda Kelima. Tuan Muda Kelima tidak kembali. Aku sudah selesai makan malam dengan Denis. Aku bermain dengannya di ruang tamu dan pintu keamanan dibuka, kemudian terdengar tawa pria dan wanita, "Tuan Muda Kelima, kamu sangat nakal."

Telingaku berkedut, aku melihat Tuan Muda Kelima dan seorang wanita muda yang cantik. Keduanya berjalan saling berpelukan. Tuan Muda Kelima sepertinya telah minum. Aku mencium bau alkohol dari tubuhnya dan aura gelap di wajahnya bahkan lebih kuat. Setelah beberapa menit, dia melirikku, lalu memeluk wanita itu dan berkata, "Masuk ke rumah bersamaku, aku mau ...."

Bibir Tuan Muda Kelima menempel di telinga wanita itu dan mengatakan sesuatu, wanita itu segera mengangkat kepalan kecilnya dan memukul dada Tuan Muda Kelima, "Oh, kamu nakal sekali, masih ada orang di sini. Apakah kamu ingin melakukan di hadapan mereka?"

Kelembutan yang AsingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang