##Bab 132 Rencana

608 79 6
                                    

Kata-kata Stella terus berputar di dalam benakku, Candra pasti akan menyelamatkan Julia tanpa ragu.

Kata-katanya meninggalkan trauma besar yang tidak bisa aku hilangkan. Setelah bekerja, aku duduk sendirian di sudut kedai kopi dengan linglung.

Ponsel berdering beberapa kali, aku termenung dan tidak menjawabnya.

Seseorang datang dan duduk di hadapanku. Aku mendengarnya mengeluarkan suara malas yang merdu, "Bukankah kalian sudah rujuk? Kenapa kamu minum sendirian di sini, jangan-jangan kamu ditinggalkan lagi?"

Saat ini, aku baru mengangkat kepalaku untuk melihat pria yang sedang berbicara. Dia mengenakan pakaian putih yang sangat bersih dan wajahnya sangat tampan.

"Apa urusanmu?" jawabku dengan acuh tak acuh. Aku tidak dapat melupakan bagaimana dia membantu Stella. Kemudian, aku menyesap dari gelas anggur.

Tuan Muda Kelima sedikit menyunggingkan bibirnya, "Seorang wanita sedang duduk minum sendirian di kedai kopi. Bukankah itu berarti dia sangat kesepian dan ingin seseorang menemaninya sekarang?"

Aku memutar bola mataku ke arahnya, "Itu pemikiranmu."

Aku meletakkan gelas anggur dan ingin pergi. Tuan Muda Kelima mengambil sesuatu dan meletakkannya di atas meja. Kertas Itu adalah undangan berlapis emas, "Tiga hari kemudian, aku akan bertunangan."

Aku mengangkat mata dengan takjub. Aku tidak pernah berpikir tuan muda ini akan bertunangan. Mungkin playboy ini sudah cukup bersenang-senang, jadi ingin menikahi seorang istri dan melahirkan anak.

Aku membuka undangan, lalu melihat nama Tuan Muda Kelima dan seorang wanita terkenal di atasnya. Aku mengambil undangan itu, "Aku akan pergi, semoga kamu bahagia."

Tuan Muda Kelima menyunggingkan bibirnya dengan ringan, "Terima kasih."

Ketika aku meninggalkan kedai kopi, ponselku berdering lagi. Panggilan itu adalah panggilan Candra. Begitu aku menjawab, terdengar suaranya yang sedikit cemas, "Ke mana saja kamu? Aku meneleponmu beberapa kali, tapi kamu tidak menjawab. Aku khawatir setengah mati. Apa kamu baik-baik saja?"

"Aku baik-baik saja."

Kata-kata Candra langsung menghangatkan hatiku.

Candra berkata, "Di mana kamu? Aku akan menjemputmu."

Aku, "Tidak perlu, aku naik taksi."

Candra, "Aku akan menjemputmu besok pagi untuk mendaftar pernikahan."

"Baik."

Aku tidak tahu mengapa, hatiku kacau dan bingung, tapi aku masih menyetujui permintaan Candra.

Pagi-pagi keesokan harinya, Candra menjemputku dari lantai bawah gedung apartemen Jasmine. Denis tahu kami akan mendaftar pernikahan, dia pun bersemangat ingin ikut bersama kami. Oleh karena itu, kami mengajaknya pergi ke Pengadilan Agama.

Sepanjang jalan, Denis terus berbicara, "Ibu dan Ayah akan pergi mendaftar pernikahan, bukankah itu berarti kelak kalian akan tidur bersama dan tidak akan berpisah?"

Candra menoleh sambil tersenyum, "Ya, kita tidak akan pernah berpisah lagi."

Denis terkikik, dia terlihat sangat senang, "Kalau begitu Denis akan memiliki adik."

Aku mengusap kepala putraku sambil tertawa, "Dasar bocah kecil, siapa yang memberitahumu ayah dan ibu tidur bersama akan memiliki adik?"

Denis, "Kata anak-anak di taman kanak-kanak. Denis mau punya adik."

Candra, "Oke, oke, Ibu dan Ayah akan memberi adik pada Denis, ya?"

"Oke!"

...

Kelembutan yang AsingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang