Suara cemas Candra yang semakin jauh terdengar di telingaku, "Julia jangan menangis, Ayah akan membawamu pergi berobat. Patuhlah ...."
Hatiku tiba-tiba seperti ditusuk dengan jarum. Candra sangat peduli dengan luka bocah itu, dia sangat mencintai bocah itu, sedangkan putraku ....
Tiba-tiba aku merasa sedih untuk putraku yang malang, mataku terasa panas. Aku buru-buru membersihkan lantai, mengabaikan cedera di lututku dan masuk ke lift lagi.
Saat aku buru-buru membeli sarapan baru dan kembali ke rumah sakit, Dean sudah bangun. Di luar bangsal aku mendengar Cindy berkata, "Pergi dan lihat kenapa Clara belum kembali, apakah telah terjadi sesuatu padaku?"
Dean berkata dengan tidak setuju, "Masalah apa yang akan terjadi? Mungkin dia makan terlebih dahulu baru membeli untukmu."
Aku mendorong pintu dan masuk, Cindy langsung tersenyum, "Clara, kamu sudah kembali."
"Yah." Aku meletakkan satu per satu sarapan di meja makan kecil di depan Cindy.
Cindy melihat luka di lenganku sekilas, dia langsung bertanya dengan heran, "Clara, ada apa dengan lenganmu? Aduh, kenapa kakimu luka? Apa kamu terjatuh?"
Aku berpura-pura tersenyum pelan, "Aku terjatuh saat aku pergi, tapi tidak apa-apa. Lukanya akan sembuh dalam beberapa hari."
Cindy masih sangat gugup, "Clara, kamu harus pergi mencari dokter untuk mengobati lukamu, kalau tidak lukamu akan infeksi."
"Baiklah, aku akan pergi nanti."
Agar Cindy tidak khawatir, aku akhirnya menyetujui usulnya.
Pada saat yang sama, bayangan seseorang melayang di benakku. Setllah, wanita itu juga tinggal di lantai ini.
Selama Cindy tidak keluar dari rumah sakit, aku mungkin masih akan bertemu dengan Stella dan Candra.
Tatapan kejam Candra muncul di depanku. Pada saat itu, aku tiba-tiba terpana.
Anak itu pasti adalah orang yang paling dia cintai.
Bagaimana dengan anakku?
Aku teringat kembali dengan anak malang yang aku berikan pada orang lain saat lahir. Aku bahkan tidak tahu siapa nama pasangan yang mengadopsinya.
"Clara?"
Melihat aku tiba-tiba termenung, wajah Cindy terlihat semakin khawatir.
Aku tersadar dari lamunanku dan tersenyum pada Cindy, "Aku baik-baik saja."
"Clara!" Tiba-tiba terdengar suara kejam di luar, kemudian pintu bangsal dibanting hingga terbuka, Bherta masuk dengan ekspresi marah, "Kamu yang melukai Julia, 'kan? Dasar wanita jalang, kenapa Candra tidak mengirimmu ke penjara? Kalau tahu dari awal, seharusnya membiarkanmu mati di penjara!"
Bherta memarahi dengan kesal sambil mendekat dan mengangkat tangannya yang dirawat, tapi masih tidak terlihat seperti tangan seorang wanita kaya untuk menampar wajahku, tetapi aku sudah menahan lengannya, "Dengarkan baik-baik, kalau kamu berani menampar wajahku. Aku pasti akan membuatmu menanggung konsekuensinya!"
Mungkin mataku yang memancarkan aura seram atau mungkin kata-kataku membuat hati Bherta gemetar, matanya berkedip. Lengan yang dipegang olehku sudah kehilangan kekuatan yang baru saja sangat kuat. Dia seperti tidak memiliki keberanian lagi.
"Lepaskan dia."
Suara itu adalah suara Candra. Tidak tahu kapan dia berdiri di pintu bangsal, wajahnya terlihat serius dan dingin.
Aku menyunggingkan sudut bibirku sambil mendengus dingin, lalu aku melepaskan tangan Bherta, tetapi aku berkata kepada Candra dengan suara dingin, "Jaga ibumu, kalau dia datang untuk memprovokasi lagi. Jangan salahkan aku bersikap kasar!"
Pada saat itu, aku melihat mata dingin Candra. Bherta menangis dan kembali sisi ke putranya, "Candra, lihat dia. Kenapa kamu bisa membiarkan orang seperti itu keluar dari penjara, dia harus mati di dalam penjara ...."
Dulu, saat aku masih menjadi istri Candra. Ibu mertuaku, Bherta sangat dingin padaku. Tidak peduli aku perhatian seperti apa pun padanya, aku tetap tidak bisa membuatnya luluh.
Terkadang dia juga berkata dengan sinis jika ayam saja bisa bertelur, sementara menantunya ini bahkan tidak bisa melahirkan anak. Saat mendengarnya, aku merasa kesal, tapi karena Candra memperlakukanku dengan baik. Selain itu, agar aku tidak menderita karena perlakuan ibunya, dia bahkan membeli sebuah rumah, kami berdua pindah dan hidup di sana.
Hanya saja aku tidak pernah membayangkan tidak lama setelah pernikahan kami, Candra akan melahirkan seorang putri dengan Stella. Begitulah dia, sambil menikmati kegembiraan menjadi seorang ayah, sambil berbisik di telingaku, "Kamu adalah putriku. Sudah cukup memilikimu dalam hidup ini."
Memikirkan hal ini, hatiku terasa seakan seseorang tiba-tiba menikam beberapa lubang di dalamnya. Perasaan hati yang terluka dan bercucuran darah yang sangat menyakitkan benar-benar sulit untuk dilukiskan.
Betapa bodohnya aku. Suamiku telah lama berdamai dengan mantannya. Saat anak mereka sudah berusia tiga tahun, aku baru mengetahui rahasia ini. Selain itu, hal itu sama sekali bukan sebuah rahasia.
"Cukup!" Cindy sudah tidak tahan lagi, "Wanita ini, kamu masih mau harga dirimu tidak? Putramu berselingkuh dengan wanita lain, mengkhianati pernikahannya dan memiliki anak dengan mantannya. Apa alasanmu memarahi Clara di sini? Apakah kalian sekeluarga benar-benar tidak tahu malu? Selain itu, namanya bukan Yuwita lagi. Kalau kamu memanggil nama menjijikkan itu lagi, aku akan menutup mulutmu dengan selotip!"
Cindy benar-benar marah. Dia adalah orang yang berbicara dengan lembut. Jika bukan karena terlalu kesal, dia tidak akan mudah untuk marah. Hanya dua kali dia kehilangan kesabaran, semua itu karena aku.
"Cindy, jangan berbicara lagi."
Cindy baru saja menjalankan operasi. Aku takut dia akan menarik lukanya, tetapi Cindy mendorongku dengan marah, "Kamu tidak perlu urus, keluarga ini sangat menyebalkan. Kalau tidak memarahi mereka, benar-benar tidak bisa dimaafkan!"
"Apa yang kamu katakan?"
Suara acuh tak acuh Candra datang, tatapan matanya terlihat sedikit tajam.
"Candra."
Aku berjalan ke pria di pintu dan menatap matanya. Ini adalah pria yang aku pernah cintai sampai di lubuk hati terdalamku, tapi sekarang dia bersiap untuk mempermalukan aku dan sahabatku dengan sikap dinginnya.
"Hal yang paling aku sesali dalam hidupku adalah pernah mencintaimu. Aku lebih baik mati saat berumur sembilan belas tahun daripada percaya bahwa aku menikahi pria munafik sepertimu selama lima tahun."
Kata-kataku benar-benar kejam. Makuku memancarkan aura dingin, kebencian dan kesedihan.
Mata Candra dipenuhi dengan kebencian dan penyesalan. Dia tidak mengatakan apa pun, hanya terus menatapku. Kami saling menatap satu sama lain.
Tentu saja, aku membencinya. Sementara dia, aku tidak tahu apa yang dia pikirkan saat ini. Apakah dia ada merasa bersalah pada mantan istrinya walau sedikit? Dia menatapku lama sebelum perlahan membuka mulutnya, "Lebih baik kamu berhenti sampai di sini."
Dia merentangkan tangannya di bahu Bherta dan membawa ibunya pergi.
Aku melihat mereka pergi ke bangsal yang tidak jauh, itu adalah bangsal Stella.
Aku menutup mataku dengan erat. Pada saat itu, hatiku benar-benar merasa sedih.
Dean mendapatkan panggilan dari klien. Aku tinggal untuk merawat CIndy. Ketika aku keluar untuk membantu Cindy mendapatkan air panas, aku melihat dua pria berpakaian hitam berdiri di depan bangsal Stella.
Keduanya memiliki tubuh yang sama tinggi dan kekar, seakan tertulis kata "garang" di wajah mereka. Mereka tampak seperti pengawal para bos mafia di film-film.
Ketika aku menatap mereka sambil berpikir, mereka juga melihatku. Sorot matanya terlihat sangat garang, seakan jika aku melihat lagi, mereka akan menikamku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kelembutan yang Asing
RomanceSuamiku berselingkuh, empat tahun kemudian aku baru mengetahui semua kebahagiaan ini hanyalah omong kosong belaka. Saat darurat, suamiku melindungi wanita itu dan anaknya. Sementara aku dijebloskan ke dalam penjara. Dua tahun kemudian, aku yang tida...