##Bab 156 Ciuman

1.1K 76 6
                                    

Aku mau tidak mau kembali duduk.

Karena sebentar lagi aku harus kembali bekerja, aku makan sedikit cepat. Sementara Tuan Muda Kelima makan dengan lambat. Sambil makan, dia sesekali melirik ke arahku. Aku tidak tahu apa yang dia lihat, aku juga tidak ingin memedulikannya. Jika aku mengatakan sesuatu, dia mungkin akan mengatakan sesuatu yang lebih cabul.

"Kenapa terburu-buru? Makan dengan perlahan, hati-hati tersedak." Tuan Muda Kelima tiba-tiba tersenyum.

Aku, "Sebentar lagi aku harus kembali bekerja. Tuan Muda, kamu memilih tempat makan yang begitu jauh. Waktuku terbuang sia-sia di jalan. Jika aku tidak segera makan, aku pasti akan terlambat bekerja."

Tuan Muda Kelima, "Kenapa kalau terlambat? Kamu tidak bisa menyiksa perutmu, 'kan?"

Aku, "Tuan, gajiku akan dipotong kalau aku terlambat. Tidak seperti kamu, dapat menghasilkan banyak uang hanya dengan mengutak atik ponsel di rumah."

Tuan Muda Kelima, "Yah. Jadi, berapa gaji kamu yang dipotong? Aku akan mengembalikannya padamu."

Tuan muda mengatakan hal itu dengan santai, tapi aku memutar bola mataku, "Tuan muda, apa yang harus aku lakukan jika aku dipecat?"

Tuan Muda Kelima mengangkat alisnya, "Aku yang akan menghidupimu."

"Cih."

Aku menunjukkan ekspresi menghina, "Tuan Muda, jika kamu bahagia, kamu mengatakan ingin menghidupiku. Jika kamu kesal, kamu akan menyuruhku menyingkir. Sebaiknya aku tidak mempermalukan diri sendiri."

Aku mengambil segelas jus di atas meja dan meneguk semuanya dalam satu tarikan napas, "Oke. Aku akan kembali bekerja. Sampai jumpa ...."

Sebelum aku bisa menyelesaikan kalimatku, aku tiba-tiba menyadari ada sesuatu yang salah. Aku melihat ke gelas jus yang aku minum, kemudian melihat Tuan Muda Kelima yang menatapku dengan tatapan kosong. Seketika, wajahku memerah. Aku bahkan meminum jus yang Tuan Muda Kelima minum hingga setengahnya.

"Itu ... ehem, apakah kamu ingin menciumku?" Mata Tuan Muda Kelima yang indah tersenyum manis dan terlihat sangat nakal.

"Cium kepalamu!" Aku sangat malu sehingga tidak berniat untuk tinggal lebih lama lagi. Aku mengambil tasku dan pergi. Ketika aku meninggalkan restoran, aku seakan masih bisa melihat senyum Tuan Muda Kelima yang menawan.

Sebelum aku tiba di perusahaan, aku menerima pesan dari Tuan Muda Kelima, "Sayang, aku sangat senang hari ini. Hari ini kamu sangat lucu, aku sangat menyukainya. Sampai jumpa besok siang."

Aku memasukkan ponselku ke dalam tas dan tersipu karena kata "sayang" Tuan Muda Kelima.

Setelah melalui sore yang sibuk, tiba waktu untuk pulang kerja. Aku keluar dari Kewell dan tidak sengaja melihat Candra. Tubuhnya yang ramping bersandar di mobil hitam dan merokok.

Ketika aku melihatnya, matanya kebetulan melihat ke atas. Dia tersenyum, hingga wajahnya menjadi lebih tampan. Dia berbalik dan membuka pintu mobil, "Masuklah."

Aku berhenti sebentar, aku berjalan ke arahnya. Namun, aku tidak duduk di kursi samping pengemudi, aku membuka pintu belakang dan masuk ke dalam. Candra tercengang, wajah sedih sesaat itu berubah menjadi senyum yang sangat tak berdaya. Dia tidak mengatakan apa-apa dan berjalan ke depan untuk mengemudi.

Dari firma hukum berkendara ke kediaman Jasmine membutuhkan waktu 20 menit. Candra mengendarai mobil dengan fokus. Aku duduk di belakang dan mengobrol dengan Cindy di telepon.

Candra berkata dengan suara lembut dan sedih, "Aku merasa sangat tidak nyaman melihat kamu menolakku seperti ini. Aku tahu sulit bagimu untuk menerimaku lagi, tapi jangan tidak memberiku kesempatan. Bahkan bukan untuk kita berdua, pikirkan tentang Denis. Denis membutuhkan orang tuanya memberikan rumah yang hangat untuknya. Dia juga membutuhkan lingkungan tumbuh yang harmonis dan hangat, hanya kita berdua yang bisa memberikan perasaan itu padanya."

Kelembutan yang AsingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang