##Bab 141 Terjebak

685 71 24
                                    

Mungkin menikah lagi adalah keputusan yang salah. Sementara aku sudah salah memilih.

Kewell kembali menandatangani perjanjian pengacara dengan perusahaan baru dan aku bertanggung jawab atas urusan di sana. Sore hari, aku pergi menemui bos di sana. Hal yang mengejutkanku adalah orang itu adalah ... Tuan Muda Kelima.

Setelah tidak melihatnya selama beberapa bulan, Tuan Muda Kelima masih tampan dan memesona, tapi penampilannya terlihat semakin tidak punya aturan.

Aku tidak pernah berpikir dia adalah bos di sini. Orang ini menjalankan semua bisnis. Dia bekerja sama dengan Candra untuk mengembangkan real estat. Dia memiliki 25% dari PT. Sinar Muda. Sekarang, dia membuka perusahaan modal ventura ini.

"Ternyata kamu."

Aku terkejut.

Tuan Muda Kelima menunjukkan ekspresi main-main dan nakal, "Kenapa? Kamu tidak ingin melihatku?"

"Tidak."

Aku menggelengkan kepalaku.

Tuan Muda Kelima menopang dagunya dan berkata dengan santai, "Kewell memiliki reputasi yang baik di industri ini, jadi aku akan memilih mereka. Tapi, pekerjaan kelak tergantung pada kemampuanmu. Kalau tidak, kontrak akan dihentikan kapan saja, Ibu tiri yang kejam."

"Kamu ...."

Kalimat terakhir Tuan Muda Kelima berhasil memancing amarahku. Aku menatapnya dengan tidak percaya dan marah, "Kenapa kamu mengataiku ibu tiri yang kejam? Tapi bukan aku yang telah dijebak oleh seseorang?"

"Dari mana pun aku bisa melihat kalau kamu sudah dijebak oleh ular kecil berbisa itu, tapi orang lain tidak percaya!"

Tuan Muda Kelima bangkit dan berjalan kemari. Napas tipis yang berbau mint pun mendekatiku, "Jangankan aku, Candra juga tidak percaya, bukan?"

Saat dia berbicara, dia mengulurkan tangannya kepadaku. Aku tidak tahu apa yang akan dia lakukan hingga tubuhku secara naluriah menyusut. Namun, pria itu tersenyum dan mengambil sehelai daun kuning dari rambutku, "Datang sambil membawa daun, apakah kamu burung?"

Tuan Muda Kelima tampaknya dalam suasana hati yang baik, dia bahkan bercanda denganku.

Aku berkata dengan wajah cemberut, "Apakah ada urusan lain? Kalau tidak ada, aku akan pergi dulu. Masih banyak pekerjaan yang harus aku selesaikan."

Tuan Muda Kelima memegang daun emas dengan jari-jarinya. Dia bermain dengan daun itu sambil berkata dengan main-main, "Ngomong-ngomong, aku sudah lama tidak makan mie yang kamu buat. Meskipun rasanya tidak enak, mie itu benar-benar langka."

Saat dia berbicara, tangan yang lain terulur, melewati tubuhku dan menopang di atas meja. Dia mengunciku di depannya dengan postur yang sangat ambigu.

Napas seperti mint dan wajah tampan yang memesona itu perlahan mendekat. Mata indah yang seperti manik-manik Tuan Muda Kelima terus menatap wajahku, "Kamu tidak terlihat begitu bodoh. Tapi, kenapa kamu rela menjadi ibu tiri untuk ular kecil berbisa itu?"

Postur ambigu Tuan Muda Kelima dan aroma mint yang diembuskan membuatku semakin tidak nyaman. Aku mengangkat tangan dan menutup mulutnya yang terbuka dengan santai, "Jaga sikapmu, aku tidak ingin orang lain salah paham."

Namun, sebelum aku selesai berbicara, pintu kantor Tuan Muda Kelima didorong terbuka dan seorang pria berjalan masuk.

Ketika pria itu melihat aku dan Tuan Muda Kelima, dia tercengang.

Aku tidak menyangka Candra akan datang saat ini, sementara tanganku masih di mulut Tuan Muda Kelima. Tubuh Tuan Muda Kelima mencondong ke depan dan kedua tangannya ditopang ke meja yang terlihat seakan sedang menahanku di meja.

Kelembutan yang AsingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang