Aku tidak ingat apa lagi yang aku katakan, aku hanya samar-samar mengingat Tuan Muda Kelima yang menggendongku untuk meninggalkan restoran barat itu.
Di luar restoran, sepertinya kami juga bertemu dengan Candra dan Stella.
Mata Stella memerah dan dia menunjuk ke arahku dengan marah, "Candra, dia yang melukai mataku."
Tubuh Candra sedingin cuaca di musim dingin, matanya yang jernih tampak menyala dengan api yang menyeramkan dan menatap ke arahku, "Tuan Muda Kelima, serahkan dia padaku. Dia melukai mata istriku, dia harus membayarnya."
Aku melihat bibir tipis Candra membuka dan mengatup, aku cekikikan dan merangkulkan kedua tanganku ke leher Tuan Muda Kelima, "Tuan Muda Kelima, apa kamu akan menyerahkanku padanya?"
Tuan Muda Kelima melirikku, sesuatu melintas di matanya yang indah itu, "Menurutmu?"
Aku malah mengerucutkan bibirku dan mencium wajah Tuan Muda Kelima yang bersih dan tampan, "Kamu tidak akan."
Tuan Muda Kelima tertawa, "Kalau begitu tidak akan."
Dia menggendongku sambil berkata kepada Candra dengan ekspresi yang tidak berubah, "Pak Candra, sekarang Clara adalah wanitaku. Tidak ada satu orang pun yang boleh menyentuhnya."
Setelah dia selesai berbicara, Tuan Muda Kelima memelukku lalu berjalan melewati Candra dan Stella.
Aku tidak tahu seperti apa ekspresi Candra dan Stella. Singkatnya aku telah mabuk dan sedikit kesadaran terakhirku juga telah menghilang karena pengaruh alkohol.
Malam itu, aku tidur di apartemen Tuan Muda Kelima.
Tentu saja, dia adalah seorang pria sejati. Dia tidak mengambil keuntungan dariku. Mungkin pada hari itu dia tidak tertarik untuk berhubungan, karena dia memiliki begitu banyak wanita, jika setiap hari melakukan hubungan, bahkan tubuh yang terbuat dari besi pun tidak akan bisa menanggungnya.
Kemungkinan lain adalah kata-kata Candra sudah memengaruhinya, dia mengira aku mengidap penyakit kelamin.
Ketika aku bangun, aku mengalami sakit kepala yang hebat. Aku melihat ke bawah dan pakaianku masih utuh. Aku bangun dari tempat tidur dan pergi ke kamar mandi yang ada di kamar untuk mencuci muka. Saat aku keluar, aku melihat Tuan Muda Kelima sedang memegang secangkir kopi dan menyesap pelan.
"Sudah bangun?"
Suara Tuan Muda Kelima memiliki daya tarik yang unik.
Aku berdeham pelan, "Terima kasih, aku sudah merepotkanmu."
Tuan Muda Kelima menyunggingkan sudut bibirnya, "Tidak masalah. Bagaimanapun juga, kelak kamu masih berguna."
Pada saat ini, ponselku berdering. Aku menemukan tas tanganku, lalu mengambil ponsel untuk menjawab panggilan itu dan langsung terdengar suara Cindy, "Clara, tadi malam kamu bersama siapa? Bagaimana kabarmu sekarang?"
Telingaku berdengung.
Tadi malam aku telah mabuk dan bahkan tidak terpikir untuk menelepon Cindy memberi tahu kondisiku. Dia pasti khawatir semalaman.
Aku membalikkan punggungku, lalu membelakangi Tuan Muda Kelima dan berbisik pada Cindy, "Cindy, aku baik-baik saja. Aku bersama seorang teman sekarang, tadi malam aku tidur di tempatnya."
Cindy berkata dengan cemas, "Apakah orang itu pacarmu? Sekarang, nyalakan ponselmu dan lihat berita apa yang ada di Internet?"
Aku terkejut. Aku membuka browser seluler tanpa menutup telepon. Berita yang muncul di halaman itu adalah, 'Pemuda kaya yang misterius membawa pulang seorang wanita muda, diduga mereka tinggal bersama.'
KAMU SEDANG MEMBACA
Kelembutan yang Asing
RomansaSuamiku berselingkuh, empat tahun kemudian aku baru mengetahui semua kebahagiaan ini hanyalah omong kosong belaka. Saat darurat, suamiku melindungi wanita itu dan anaknya. Sementara aku dijebloskan ke dalam penjara. Dua tahun kemudian, aku yang tida...