##Bab 80 Meremehkan

1K 108 2
                                    

Setelah menidurkan Denis, aku pergi untuk menutup tirai. Ada bayangan di depan jendela yang berlawanan. Aku tahu itu adalah Candra.

Dia terus melihat ke arah ini, tidak tahu berapa lama dia melihat. Aku menutup tirai untuk menutupi bayangan pria itu.

Keesokan harinya, aku mengantar Denis ke taman kanak-kanak, lalu aku bergegas untuk pergi kerja. Ketika hampir pulang kerja, aku menemukan ada dua panggilan tidak terjawab di ponselku, keduanya adalah panggilan dari guru TK Denis di waktu pukul satu siang.

Hari ini aku sibuk dengan pekerjaanku. Aku bekerja hampir tanpa henti. Aku tidak memegang ponsel sepanjang hari. Pada saat ini, ketika aku melihat panggilan tidak terjawab, jantungku berdetak kencang. Mungkinkah terjadi sesuatu pada Denis?

Kegelisahan membuatku segera menghubungi nomor itu kembali.

Guru Denis menjawab telepon, aku bertanya dengan cemas, "Pak Carlos, ada apa dengan Denis? Apakah terjadi sesuatu padanya?"

Guru itu tersenyum dan berkata, "Tidak, hanya saja anak itu mengompol dan kami ingin memintamu membawakan beberapa celana, tapi teleponmu tidak dijawab, untungnya dia sudah mengganti celananya."

"Baiklah, terima kasih."

Aku tidak memiliki banyak pengalaman mengasuh anak-anak dan aku tidak terpikir anak-anak mungkin akan mengompol di celana. Aku tidak menyiapkan celana cadangan untuk Denis di TK, jadi aku buru-buru membeli satu celana dari toko yang terdekat. Lalu, pergi ke TK.

Namun ketika aku sampai di taman kanak-kanak, aku melihat Denis bermain bola dengan anak-anak di taman bermain, dia telah mengenakan celana katun baru.

"Denis?"

"Bibi."

Segera setelah aku berteriak, Denis berlari ke arahku.

"Denis, siapa yang memberimu celana?"

Denis mengedipkan mata hitamnya, "Paman itu."

Paman?

Aku tertegun sejenak.

Pada saat ini, bayangan hitam datang. Dia mengenakan setelan jas, ramping dan wajah tampannya itu seperti salju.

Orang itu adalah Candra.

Denis menoleh untuk melihat Candra, lalu menatapku lagi. Dia mengangkat wajahnya dan berkata dengan serius, "Paman mengganti celanaku untukku, dia sering mengajakku bermain."

Aku langsung tercengang.

Aku bertanya pada Candra, "Kapan kamu membawa Denis keluar?"

Candra mengangkat alisnya yang panjang, "Ketika kamu sedang bekerja. Sekarang anak itu tidak menolakku lagi, aku yakin tidak akan lama lagi dia akan memanggilku ayah."

Aku tertegun sejenak. Saat berikutnya, aku bergegas menuju kantor kepala sekolah. Aku membanting pintu kantor kepala sekolah dan berkata dengan marah kepada pria paruh baya itu, "Bagaimana taman kanak-kanak melindungi anak-anak? Kenapa kamu bisa membiarkan seseorang membawa anak itu pergi? Bagaimana kalau anak itu mengalami kecelakaan? Aku akan menuntutmu!"

Kepala sekolah terkejut, "Pak Candra sendiri yang membawa hasil tes DNA untuk membuktikan Denis adalah putranya, bagaimana mungkin kami tidak membiarkan dia melihat Denis? Meskipun kalian sudah bercerai, ayah dari anak itu juga berhak berkunjung. Selain itu, kami tidak dapat menghubungimu, jadi kami menghubunginya."

Aku tercengang, Candra ternyata sudah mempersiapkan semuanya.

"Aku tidak mengizinkanmu membiarkan dia melihat Denis lagi. Kalau hal seperti ini terjadi lagi, kami akan memindahkan Denis ke TK lain!"

Kelembutan yang AsingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang