##Bab 158 Pindah

652 78 6
                                    

"Cih." Aku melemparkan dua boneka babi yang "tidak tahu malu" ke wajah Tuan Muda Kelima yang sangat tampan, lalu berbalik dan pergi.

Tuan Muda Kelima mengulurkan tangan untuk menangkap kedua boneka itu, melemparkannya ke dalam mobil dan mengikutiku dengan mengendarai mobilnya.

"Hei, gadis, beri aku senyuman."

Tuan Muda Kelima mengendarai mobil di belakangku sambil menggodaku.

Aku mengabaikannya dan terus berjalan ke depan. Tuan Muda Kelima berkata, "Mau aku memberimu senyuman?"

Aku balas menatapnya, "Membosankan!"

Tuan Muda Kelima, "..."

Ada mobil yang melaju di depan, itu adalah Candra. Mobilnya berhenti di seberang mobil Tuan Muda Kelima, pintu terbuka, lalu Candra berjalan turun. Dia melirik Tuan Muda Kelima dengan matanya yang jernih sambil merentangkan tangannya di bahuku, "Masuklah ke dalam mobil, hujan akan segera turun."

Aku mengerutkan kening dan menghindar dengan canggung. Candra maju selangkah dan meraih tanganku, "Jangan seperti ini, oke? Ayo kita jemput Denis, Denis masih di TK."

Aku memelototi Candra dengan tegas, dia tidak pergi untuk menjemput Denis terlebih dahulu, melainkan datang ke sini untuk mengancamku dan memintaku untuk menjemput Denis bersamanya. Aku melepaskan tangannya dengan marah, melangkah pergi, menghentikan taksi dan pergi.

Ketika aku tiba di TK, Candra sudah menjemput Denis. Denis memanggilku ibu. Aku berjalan ke arah Denis dan memegang tangannya. Saat aku ingin membawanya ke taksi, Candra memanggil kami, "Tunggu sebentar!"

Dia datang dan memeluk Denis, "Masuklah ke mobilku, kita benar-benar tidak perlu memperhitungkannya dengan sangat jelas. Teman biasa juga boleh mengantar kalian, 'kan?"

"Kamu antar Denis saja."

Aku masuk ke taksi tanpa menoleh. Terdengar suara helaan napas Candra di belakangku, aku mengabaikannya dan meminta sopir untuk mengemudi.

Ketika aku kembali ke apartemen Jasmine, Candra dan Denis sudah berada di ruang tamu. Candra sedang menggunakan handuk basah untuk menyeka noda di wajah Denis yang tertinggal ketika bermain di TK.

"Ayah, biarkan aku menyekanya sendiri! Aku harus melakukan urusanku sendiri." Denis mengulurkan tangannya, mengambil handuk di tangan Candra dan menyekanya sendiri.

Candra menatap anak kecil di depannya dengan serius, tetapi dia masih mengangkat tangannya, lalu menggosok kepala Denis dan berkata dengan penuh emosi, "Ayah sangat senang Denis sangat pengertian."

Candra berdiri dan menatapku dengan sangat rumit, "Terima kasih telah mendidik Denis dengan sangat baik."

Saat dia berbalik, ada rasa malu di wajahnya. Mungkin karena dia teringat dengan Julia, anak itu benar-benar kegagalan dalam hidupnya.

Saat aku naik ke atas, Candra berkata kepadaku, "Aku akan kembali besok pagi. Julia akan tinggal di sini, dia (Jasmine) akan merawat dan mendidiknya. Kalau Julia tidak berubah dan terus bermain trik, kamu bisa mendisiplinkannya. Aku tidak akan pernah mengatakan apa-apa."

"Candra." Aku berbalik, "Aku pikir kamu salah tangkap. Aku bukan ibu dari putrimu. Aku tidak punya kewajiban untuk mendidiknya dan aku juga tidak bisa mendidiknya dengan baik. Anak pasti akan mengikuti sifat ibunya, putrimu licik, suka menipu dan bermain trik. Itu adalah sifat aslinya. Kamu meninggalkannya di sini, aku tidak punya hak untuk ikut campur, tetapi apa yang dia lakukan tidak ada hubungannya denganku. Tolong jangan memintaku untuk mendisiplinkannya."

Aku sangat kesal. Mengapa Candra memintaku untuk mendisiplinkannya? Apa arti aku baginya? Apakah aku seorang pesuruh?

"Bolehkah aku berkomentar?" Jasmine datang. Dia menatap Candra, lalu ke arahku. Akhirnya, dia menatap wajahku.

Kelembutan yang AsingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang