##Bab 10 Tuan Muda Kelima Beraksi

3.9K 235 3
                                    

Di kejauhan terdengar suara derap langkah kuda, dua wanita berjas datang satu per satu. Orang yang berada di depan adalah Stella. Seolah-olah agar serasi dengan Candra, dia mengenakan setelan berkuda berwarna putih yang membalut sosok tingginya, membuatnya terlihat sangat menonjol.

Aku belum pernah bertemu dengan wanita satu lagi yang datang. Meskipun dia tidak secantik Stella, dia juga termasuk wanita yang cantik. Akan tetapi tatapan matanya berbeda dengan Stella, mata wanita ini penuh dengan penghinaan.

Wanita itu berkata, "Kak Stella, apa wanita ini yang menabrak kamu dan Julia?"

Terlintas kesombongan dari mata Stella, tapi dia malah berseru, "Stefi, jangan berkata seperti itu. Bagaimanapun juga, dia tetaplah mantan istri Candra."

Stefi berkata, "Cih, dia juga layak menjadi wanita kakak ipar? Tidak sadar diri, dari mana dia bisa menandingi Kakak."

Saat sedang berbicara, tiba-tiba Stefi berjalan beberapa langkah ke depan, dia mengangkat cambuk di tangannya, lalu melayangkan cambuk itu dengan keras pada kuda yang aku tunggangi.

Kuda itu tiba-tiba mendapatkan pukulan cambuk yang sangat keras, seketika kuda itu meringkik kesakitan dan mengangkat kaki depannya sambil melompat.

Aku sama sekali tidak siap, aku bahkan tidak punya waktu untuk bereaksi. Aku langsung terjatuh dari punggung kuda.

Tepat ketika aku akan terjatuh berguling ke tanah dalam posisi yang sangat memalukan, hingga babak belur dan patah tulang, tiba-tiba seseorang memegang punggungku dengan kuat lalu tubuhku terangkat oleh kekuatan ini.

Dalam sekejap mata, tepat ketika semua orang mengira aku akan terjatuh dengan menyedihkan. Tubuhku terjatuh di atas tubuh seseorang.

Orang itu adalah Tuan Muda Kelima. Sebelum aku terjatuh dari kuda, dia meraih kerah pakaianku lalu mengangkat dan meletakkan aku di atas kudanya.

Punggungku basah karena keringat dingin dan wajahku menjadi pucat pasi. Namun dalam sekejap, aku melihat seseorang yang bahkan lebih gugup dariku.

Darah di wajah Candra memudar, wajahnya yang tampan itu sepucat kertas. Matanya yang jernih menatap lurus ke arahku, dia mengerucutkan bibirnya yang tipis, ekspresinya terlihat takut dan khawatir.

Apakah aku salah melihat?

Candra, apakah dia mengkhawatirkanku?

"Ayah, kamu membuatku sakit!" Tangisan gadis kecil itu terdengar, wajah Candra memucat lalu buru-buru melepaskan tangan yang menggenggam erat dada putrinya.

"Patuhlah, tidak apa-apa."

Suara Candra terdengar sedikit panik. Namun saat dia melihat ke arahku lagi, kekhawatiran di matanya telah menghilang.

Akan tetapi, sebelum aku berpikir, suara rendah tapi mempesona itu terdengar di atas kepalaku, "Bagaimana kondisimu?"

Aku melihat ke atas dan menatap mata Tuan Muda Kelima yang terlihat khawatir. Bagaimanapun, aku adalah teman wanita yang dia ajak. Jika terjadi sesuatu, dia pasti akan merasa khawatir. Di mata Tuan Muda Kelima, aku melihat air mata tergenang di dalam mataku.

"Aku baik-baik saja, terima kasih Tuan Muda Kelima."

Aku mengigit bibirku untuk menahan air mataku. Saat itu, aku benar-benar ketakutan. Jika aku jatuh seperti itu, aku yang akan terluka dan orang lain akan merasa bangga. Aku tidak boleh membiarkan mereka melihatku terluka parah.

"Baguslah kalau tidak apa-apa."

Tuan Muda Kelima menggunakan kaki untuk menjepit perut kuda, lalu memutar kepala kuda ke arah Candra, "Tuan Candra, kamu harus memberiku penjelasan."

Aku tidak mengangkat kepalaku, jadi aku tidak bisa melihat niat membunuh di mata Tuan Muda Kelima saat ini. Lelaki ini adalah lelaki yang telah dibesarkan dalam keluarga tersohor sejak kecil. Tidak peduli identitas, status ataupun karakternya sangatlah keras, dia tidak mengizinkan orang-orang menyentuh barang-barangnya tanpa izin.

Aku adalah orang yang dia undang, jelas adalah miliknya. Stefi membuatku hampir jatuh dari kuda sama saja dengan mempermalukan Tuan Muda Kelima.

Saat ini, wajah Tuan Muda Kelima sedingin es. Di sebelahnya, Stella memelototi Stefi, ekspresi Stella terlihat menyalahkan Stefi karena telah mencambuk kudaku dan menyinggung Tuan Muda Kelima. Jelas terlihat masalah ini tidak mudah untuk ditangani.

"Dia bukan temanku, hidup atau matinya tidak ada hubungannya denganku," ucap Candra dengan dingin. Dia memeluk erat gadis kecil di dalam dekapannya, lalu memutar kudanya dan berjalan pergi.

Mata tajam Tuan Muda Kelima tertuju pada Stefi yang duduk berdampingan dengan Stella.

Aku dengan jelas melihat ketakutan di mata Stefi.

Bagaimanapun, Tuan Muda Kelima terkenal adalah orang yang sangat kejam. Stefi telah mempermalukannya. Aku tidak tahu bagaimana Tuan Muda Kelima akan memberinya pelajaran.

Stefi memandang Stella seolah meminta bantuan, "Kak Stella ...."

Aku mendengar suara rendah Stefi yang sangat panik.

Stella tidak menyangka Candra tidak membantunya. Bagaimanapun juga, Stefi adalah temannya.

Dia tidak punya pilihan selain berkata kepada Tuan Muda Kelima, "Tuan Muda Kelima, Stefi seperti itu karena marah, jadi dia mencambuk kudanya. Tuan Muda Kelima adalah orang yang bijaksana, tolong maafkan Stefi."

Namun, sebelum Stella selesai berbicara, Tuan Muda Kelima telah mengangkat cambuk dan memukuln pundak Stefi dengan keras.

Stefi berteriak dan terjatuh dari kuda.

Aku terpana melihat Tuan Muda Kelima mencambuk Stefi.

Stefi berguling-guling di tanah sambil memegang bahunya. Cambuk itu jelas sangat menyakitkan. Stella buru-buru melompat dari kuda dan memapahnya.

Tuan Muda Kelima mendengus dingin, lalu mengabaikan mereka berdua dan membawaku ke klub pacuan kuda di ujung lintasan.

Aku merasa seperti sedang bermimpi, demi diriku Tuan Muda Kelima mencambuk gadis bernama Stefi. Hal ini benar-benar adalah kehormatan besar untukku.

"Jangan berpikir aneh, aku tidak tahan seseorang menyentuh barangku."

Dia seakan merasakan keterkejutan di mataku. Tuan Muda Kelima menundukkan kepalanya, tidak terlihat perasaan apa pun di matanya yang indah. Dia berkata aku adalah barang miliknya. Dapat dilihat bahwa lelaki ini selalu bersikap arogan.

Namun, aku sama sekali tidak peduli apa maksudnya. Memangnya kenapa kalau dianggap sebagai barang, setidaknya dia telah membantuku, tidak memilih membantu mereka menindasku.

Di pintu klub, pelayan datang untuk mengambil kuda. Tuan Muda Kelima turun dari kuda dan langsung masuk ke klub tanpa melihat ke belakang.

Dengan bantuan pelayan, aku juga melompat dari kuda, lalu mengikuti Tuan Muda Kelima ke klub tanpa mengatakan sepatah kata pun.

Tuan Muda Kelima pergi ke ruang ganti untuk berganti pakaian, aku juga menahan detak jantungku yang masih berdegup kencang dan memasuki ruang ganti wanita di sebelah.

Aku baru saja berganti pakaian dan masih mengancing, di belakangku terdengar suara tangisan.

"Kak Stella, aku berbuat seperti itu untuk membantumu melampiaskan kemarahan, kamu harus membalas dendamku, huhu ...."

"Sudahlah, jangan menangis lagi. Kalau kamu tidak tiba-tiba mencambuk kudanya, apa Tuan Muda Kelima akan marah? Siapa dia? Bisakah kamu menyinggungnya? Kamu harus bisa melihat situasi, jalang itu diajak oleh Lima Tuan Muda. Tuan Muda Kelima secara alami akan melindunginya. Lain kali, kita akan masih kesempatan untuk memberinya pelajaran!"

Keduanya berbicara sambil berjalan masuk ke ruang ganti. Mereka adalah Stella dan Stefi. Stella berjalan di depan dengan wajah kesal.

Stefi berjalan sambil menutupi bahunya dengan tangannya, riasan di wajahnya sudah memudar karena tangisannya.

Kelembutan yang AsingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang