##Bab 23 Dipermalukan

3.1K 160 2
                                    

Jika bukan karena video yang jelas dan bukti yang kuat, saat ini Stella mungkin akan marah dan berkata bahwa dia telah dijebak. Namun sekarang, dia sama sekali tidak punya kesempatan untuk membantah. Hal ini juga yang membuat wajah yang selalu sombong itu terlihat pucat pasi.

Ketika Stella membungkuk, aku bisa dengan jelas melihat dia menggigit bibirnya, terlintas kebencian yang jelas di matanya.

Mungkin dia bahkan tidak pernah bermimpi bahwa dia akan mengalami masalah seperti itu.

"Nyonya Kurniawan, di dalam video itu kamu berkata kamu meracuni diri sendiri, bolehkah kamu menjelaskan apa yang terjadi? Apakah kamu sendiri yang merencanakan insiden tertusuk jarum beberapa hari lalu, tapi kamu malah menyakiti diri sendiri?" tanya seorang reporter dengan keras. Para penonton segera bergabung, "Betul, sebenarnya apa yang terjadi? Bisakah kamu memberikan penjelasan, Nyonya Kurniawan?"

Seketika wajah Stella kembali memucat, sementara aku menyunggingkan sudut bibirku dengan dingin. Aku tidak lagi peduli bagaimana Stella akan menjawab, aku berbalik dan berjalan keluar dari tempat itu.

Tidak peduli bagaimana Stella menjawab, hari ini dia telah dipermalukan, dia sama malunya dengan dilucuti kulitnya.

Aku sedang berdiri di pojokan lobi hotel, aku tiba-tiba melihat ke langit dan tertawa terbahak-bahak. Candra, Stella, akhirnya aku berhasil membalas dendam pada kalian.

Aku akhirnya membuat kalian merasakan bagaimana rasanya dibalas dendam.

Seorang wanita melewatiku sambil mengenggam tangan putrinya. Ibu dan anak itu menatapku seperti monster, terutama anak itu yang telah diseret pergi oleh ibunya, tapi masih menoleh ke arahku. Ekspresi gadis kecil yang terkejut seakan berkata, "Apa yang ditertawakan bibi aneh ini?"

"Kamu merasa bahagia, bukan?"

Tiba-tiba, suara rendah dan acuh tak acuh seorang pria datang dari belakang, suara itu terdengar familier.

Aku langsung menoleh, air mata berlinang di mataku. Aku melihat Candra muncul di belakangku yang tidak tahu sejak kapan. Wajahnya masih terlihat tampan, dan matanya yang jernih menarik, dan dia hanya menatapku seperti itu.

"Aku tahu kamu melakukannya."

Mungkin karena melihat air mata di mataku yang membuatnya merasa sedikit tidak nyaman. Candra memasukkan tangannya ke dalam sakunya dan mengeluarkan rokoknya. Dalam pernikahanku dengannya, dia jarang merokok. Dia menderita faringitis. Merokok dapat menyebabkan tenggorokan merasa tidak nyaman. Apalagi aku tidak suka dia merokok, jadi dia tidak merokok lagi.

Namun saat ini, gerakannya merokok terlihat sangat terampil. Selain itu, wajahnya terlihat sedikit kesal.

Aku terkejut dengan kata-kata Candra, apa yang dia ketahui? Kenapa dia mengatakan itu, apakah dia menyaksikan aku merekam seluruh video hari itu? Lalu kenapa dia tidak menghentikanku atau mengambil ponselku?

"Asalkan kamu bahagia saja."

Candra menghirup asap rokok dalam-dalam, jari-jarinya yang ramping memegang rokok, dia memandang ke arahku dengan matanya yang jernih. Pada saat itu, aku tiba-tiba teringat saat-saat kami bersama.

Meskipun kami menikah dalam waktu cepat, kami benar-benar bahagia bersama. Candra memberiku kebahagiaan yang belum pernah aku miliki sejak aku kecil. Jika dia tidak berselingkuh, mungkin aku masih akan menikmati kebahagiaan itu. Aku masih menggunakan nama yang diberikan oleh suamiku, Yuwita Kusuma.

Air mataku tiba-tiba tidak bisa berhenti mengalir. Seketika air mataku sudah membasahi wajahku dan mengaburkan pandanganku. Aku tidak boleh berdiri di depannya lagi, aku berbalik dan melarikan diri. Mata jernih Candra dipenuhi dengan keterkejutan yang seolah-olah bercampur dengan sakit hati, dia berdiri kaku hingga aku berlari keluar hotel.

Kelembutan yang AsingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang