##Bab 149 Apakah Kamu Puas?

692 65 4
                                    

"Candra," panggilku dengan ragu-ragu.

"Ada apa?" Suara Candra sedikit santai dari sebelumnya dan kembali terdengar magnetis, "Apakah ada masalah?" Mendengar aku tidak berbicara untuk waktu yang lama, Candra sedikit khawatir.

"Begini." aku memutuskan untuk mengatakan secara langsung, "Denis baru saja meneleponku, dia bilang kamu berbicara dengannya di telepon. Dia sangat senang, dia bertanya." Aku merenung sejenak, "Dia juga bertanya kepadaku, apakah kamu Putra Nenek Jasmine? Dia berharap kamu bisa pergi ke Kanada untuk menemuinya dan Nenek Jasmine."

Candra terdiam beberapa saat, "Yuwita, ini adalah pantanganku."

Aku, "Aku tahu, tapi Denis berharap kamu bisa datang. Anak ini paling menyukai Nenek Jasmine. Nenek Jasmine juga memperlakukannya dengan sangat baik. Denis tidak ingin melihat nenek kesayangannya sedih."

Candra terdiam beberapa saat.

"Yuwita, aku bersumpa. Aku tidak akan pernah melihatnya lagi dalam hidupku. Ibuku hanya Bherta. Kalau tidak ada yang lain, aku akan tidur dulu. Aku masih harus melakukan perjalanan bisnis besok pagi." Candra menutup telepon.

Sepertinya dia tidak akan pergi menemui Jasmine lagi, jadi aku berbaring dengan sedikit kecewa.

Candra berkata butuh dua hari untuk mendapatkan paspor baru, jadi aku pergi ke toko kueku. Aku akan segera pergi ke Kanada. Aku ingin membuat beberapa makanan ringan untuk Cindy. Dia menyukai makanan penutup yang aku buat.

Saat aku sedang bersiap di toko. Pintu toko didorong terbuka dan seseorang masuk bersama dengan udara sejuk akhir musim gugur. Dia berjalan dengan perlahan.

"Pak, toko sedang tutup." Aku pikir ada pelanggan yang ingin membeli makanan ringan.

Tak disangka, terdengar sebuah suara malas dan merdu, "Ckck, lukisan ini bagus dan memiliki konsepsi artistik."

Mendengar suara ini, aku tiba-tiba mengangkat kepalaku. Ada sosok tinggi yang berdiri di depan lukisan dengan punggung menghadapku, bukankah itu Tuan Muda Kelima?

"Kenapa kamu di sini?" Aku tampak tidak senang. Aku tidak bisa melupakan kejadian dia melemparkan pasporku ke sungai.

Tuan Muda Kelima berbalik sambil mengangkat alisnya ke arahku, menunjukkan ketampanannya yang menggetarkan jiwa, "Apakah tidak boleh?" Aku langsung mengusirnya, "Keluar!"

Tuan Muda Kelima mengangkat sudut bibirnya yang indah dan mata yang indah itu menjadi semakin penuh minat, "Seorang gadis memiliki temperamen yang buruk, hati-hati akan menakuti pria."

"Bukan urusanmu!" Aku tidak memberikan wajah sedikit pun pada tuan muda yang selalu sombong ini. Aku hanya ingin dia segera menghilang dari hadapanku.

Tuan Muda Kelima melihat ekspresi marahku. Dia memperlihatkan ekspresi main-main dan matanya menunjukkan sedikit provokasi, "kalau aku tidak ingin pergi?"

"Kalau begitu aku akan mengusirmu!" Aku bergegas ke kamar mandi, mengambil kain pel dan keluar. Saat dia melihat tindakanku, Tuan Muda Kelima mencibir dan tampak sedikit tertekan. Dia mengambil sesuatu dari sakunya dan menggoyangkannya, "Mau ini tidak?" Aku tertegun sejenak ketika melihat benda itu, ternyata itu adalah paspor.

Tuan Muda Kelima membuka sampul paspornya dan mengguncang halaman dalam ke arahku. Aku dengan jelas melihat nama "Clara".

Tuan Muda Kelima, "Ini paspor baru yang aku ambil untukmu." Dia menggelengkan kepalanya dengan ekspresi sangat tidak percaya, "Candra benar-benar bertele-tele. Bahkan aku harus membantunya mengambil paspor yang diurus dalam waktu lama."

Aku mengulurkan tangan dan mengambilnya, "Untuk apa kamu mengambil pasporku? Berikan padaku!"

Tuan Muda Kelima mengelak, hingga tidak mendapatkan pasporku. Tuan Muda Kelima mengangkat paspornya sambil mengangkat alisnya ke arahku dan berkata, "Datang dan ambil sendiri!"

Kelembutan yang AsingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang