Kita mulai lagi dari awal

793 15 0
                                    

* * *

  '' Kamu bilang apa ? Melamar ? Siapa memangnya yang mau melamar Embak ? '' Tanya Hani dengan tangan terangkat lalu mendarat di sudut kiri bahu Rara dan mencengkramnya erat.

  Rara mengangguk pelan.

  '' Tadinya gitu, Mbak. Dia datang untuk melamar Embak.
Tapi kata Ibu , Embak pasti gak akan mau.
Ja-jadiiii.. Ibu suruh aku buat gantiin Embak . '' Jawab Rara tertunduk lesu.

   '' HAH ?! Mak-makksudnya ? ''

   Rara menegakkan kepala. Terlihat air matanya mengalir lagi dan lagi.
Hani terhenyak. Cengkramannya di bahu Rara perlahan mengendur dan terlepas.

   Hani menyandarkan duduk dengan ekspresi wajah yang terlihat shock. Melamarnya ? Siapa ? Dan kenapa tiba-tiba ? Pertanyaan yang saat ini memenuhi kepala Hani.

  '' Embak taukan kalau rumah ini bakal di sita bank ? ''

   Hani mengangguk . Tentu ia tau.
Cicilan yang telah setahun menunggak , menjadi hal yang wajar jika pihak bank mengambil alih dan akan melelang rumah yang telah ia tinggali sejak kecil ini.

   Bukannya Hani tak perduli. Tapi memang sudah tak ada yang bisa ia dan keluarganya lakukan lagi.

  Setelah berulang kali pihak Bank melayangkan surat peringatan, hingga akhirnya pihak bank mengirimkan amplop berisi penyitaan aset yang juga tercantum kesepakatan dan perjanjian yang telah disepakati saat melakukan transaksi peminjaman antar kedua belah pihak. Dimana sertifikat rumah adalah jaminannya.

   Hani lirik Rara yang terlihat menarik nafas panjang sambil mengusap kedua pipinya.

  Air mata Rara tak lagi keluar. Sepertinya ia sudah cukup tenang.

  '' Embak penasaran ... Siapa sih, tamu yang kamu bilang mau ngelamar Embak itu, Ra ? '' Tanya Hani dengan nada rendah.

   '' Aku juga gak tau dia itu siapa.
Yang datang tadi itu perempuan. Masih muda dan cantik. Dan pastinya dari keluarga berada.
Di- Dia bilang..Dia melamar untuk dijadikan istri ke dua suaminya .. ''

   '' HAH ?! APA ?!! '' Hani kembali terkejut dan sontak saja suaranya meninggi.

   Tiba-tiba ada yang datang melamarnya saja sudah cukup membuatnya terkejut. Apalagi ini. Melamar untuk dijadikan istri kedua ?

  Rasa penasaran Hani pun semakin memuncak. Siapa sebenarnya tamu yang bertandang tadi sore.

   '' Terus ? '' Tanya Hani dengan dada naik turun. Bukan hanya tak sabar ,tapi Hani juga mulai emosi.

   Rara tertunduk. Melihat pada jemari yang tengah meremas ujung piyama yang dikenakannya.

   '' Dia bilang kalau lamarannya diterima , dia akan menyanggupi berapapun mahar yang kita inginkan .
Karena itu, Ibu langsung nerima lamarannya. Kata Ibu, uang maharnya nanti untuk menebus sertifikat rumah di Bank. ''

   Hani mendengus tak percaya. Ini gila. Bagaimana bisa keluarganya memutuskan hal seperti ini dengan mudahnya.

   Menerima lamaran seseorang untuk dijadikan istri kedua dengan mengorbankan Rara yang masih berusia belia. Memikirkannya saja sudah membuatnya emosi .

   '' Ibumu memang sudah gila. Bisa-bisanya dia jual anak sendiri .
Kamu juga sama ! Apa kamu tau , kalau itu sama aja kamu jual diri !

   Lagian juga, rumah bukan punya kalian. Jadi ini tu bukan urusan kalian ! "

  Rara mengangguk perlahan sambil mengulum bibirnya dalam-dalam .

  Yang Hani katakan memang benar. Rumah yang ia dan ibunya tinggalin selama ini adalah rumah orang tua Hani. Tapi ia dan sang ibu bukan orang yang tak tau diri hingga tak perduli ketika mengetahui rumah akan di sita bank. Mereka merasa sedikit banyak harus bisa melakukan sesuatu untuk membantu. Tau diri atau balas budi istilahnya .

Tolong Ceraikan Aku, MasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang