* * *
Keesokan paginya.
Hani menyambut hari dengan lesu.
Sejak semalam hingga ketika saat membuka mata, ia langsung teringat kejadian semalam. Saat ia menyuruh Danu pulang kepada Mila dan pergi meninggalkannya.Entah mengapa ia merasa kesal dan menyesal.
Dan rasa itu tak mau pergi hingga membuatnya merasa tak nyaman.
Hani memejamkan matanya. Mencoba membuang rasa yang tak seharusnya ada. Ia tak boleh menyukai Danu. Apalagi berniat memilikinya. Hani berusaha mengingatkan diri.
Hani membuka mata dan menghela nafas.
Ia benar - benar tak bersemangat untuk bekerja. Tapi saat melihat harum jam telah menunjukkan pukul lima lewat empat puluh menit, Hani segera bangun sebab hari ini masuk pagi lagi.
Nania meminta tolong agar berganti shift lagi dengan alasan masalah rumah tangganya.
Seperti biasa, Hani keluar kamar tanpa menyapa siapapun yang ada di dapur dan langsung nelongso ke kamar mandi.
Lastri yang kebetulan sedang berada dan tengah membuat sarapan di dapur, langsung mengalihkannya pandanganya.
Lastri perhatikan Hani . Dari sejak Hani muncul dari balik pintu kamar, masuk ke kamar mandi, keluar usai mandi, hingga Hani kembali menampakkan diri dengan tampilan siap berangkat kerja.
Tak cukup sampai disitu, saat sarapan pun Lastri diam-diam juga memperhatikannya.
Bahkan ketika Hani akan berangkat kerja pun, Lastri masih terus memperhatikan Hani .
Lastri sebenarnya ingin bicara.
Namun urung ia lakukan setelah melihat Hani semalam pulang sendiri . Ia pikir mungkin Hani baru saja menyudahi hubungannya dengan Danu.
Ya, semoga saja. Harap Lastri bercampur cemas sebab semuanya masih belum bisa dipastikan. Karena itu, akan ia pantau Hani .
Dan jika ternyata Hani dan Danu masih berhubungan, maka ia tak akan tinggal diam. Begitu tekat Lastri .
* * *
Sementara itu di tempat lain.
Danu membuka mata dan bergeming. Tubuhnya terasa berat. Danu menundukkan pandangan, didapatinya Mila masih terlelap dalam dekapannya.
Seketika rasa kesal menghampiri.
" Sial ! " Makinya pada diri sendiri seraya memejamkan matanya kuat-kuat.
Danu sebenarnya sudah sejak tadi terjaga.
Namun ia enggan bangun saat merasa gesekan lembut pada kulitnya.
Dan alangkah terkejutnya ia saat menyadari jika dari balik bedcover yang menutupi tubuhnya, ia tak mengenakan apa-apa. Pun dengan Mila yang tidur di sampingnya , yang juga dalam keadaan sama.
Danu pun teringat jika sepulang dari hotel semalam , ia yang sedang sangat berhasrat pada Hani, justru menjadikan Mila sebagai pelampiasannya.
Dan seolah tak terpuaskan sebab menyalurkannya bukan dengan orang yang ia inginkan, Danu bahkan sampai dua kali mencumbu Mila . Hal yang belum pernah ia lakukan .
Dan kini ia menyesal. Kenapa ia bisa lepas kendali sampai seperti itu.
Danu membuka mata, ia tatap wajah jelita Mila . Danu mulai di hampiri perasaan bersalah.
Perlahan Danu bergeser , mengangkat tubuhnya dengan hati-hati lalu beranjak dari tempat tidur.
Satu jam kemudian.
Setelah menuruni tangga, Mila yang bermaksud ke ruang makan , berbelok arah ketika mendapati sosok yang dicari saat hendak melintasi ruang keluarga .
'' Pagi, Mas .. '' Sapa Mila sambil menujukan senyum termanisnya.
Danu yang tengah duduk di ruang favoritnya itu, menoleh dan membalas sapaan Mila dengan hanya '' Em, pagi '' . Tanpa tersenyum.
Mila duduk di samping Danu, merapat lalu melingkarkan ke dua tangannya di lengan Danu.
Wajah Mila terlihat berseri-seri. Sepertinya apa yang terjadi semalam telah membuat Mila salah paham. Mila mungkin berpikir , apa yang ia lakukan tadi malam adalah karena memang menginginkannya. Padahal bukan.
Danu menghela nafas. Ia semakin dirundung rasa bersalah. Tak bisa ia bayangkan, akan seperti apa perasaan Mila jika tau, bahwa semalam saat mereka melakukannya, yang ia bayangkan adalah Hani.
Danu tak sanggup membalas tatapan Mila dan memilih mengalihkannya ke depan.
'' Kamu belum sarapan ,kan ? '' Tanya Danu dengan tangan terangkat, memencet tombol remote tivi untuk mengubah-ubah chanelnya.
'' Belum, Mas. '' Jawab Mila yang kini bergelayut manja dengan menjatuhkan kepala di pundak Danu sambil mengeratkan pegangannya.
'' Kalau begitu, sarapan dulu sana. Kau pasti lapar,kan? ''
Mila mengangguk.
'' Mas sendiri uda sarapan ? ''
'' Sudah. ''
'' Emmm... "
" Kenapa? " danu menoleh dengan kening mengkerut.
" Mas mau gak temanin aku makan ? ''
Danu berpikir sejenak.
'' Ya, sudah . Ayo. '' Danu meletakkan remot dan berdiri. Ia turuti permintaan Mila , berharap bisa mengurangi sekaligus menembus rasa bersalahnya yang sungguh membuatnya tak nyaman .
Mila tersenyum girang. Seperti yang telah ia dapatkan semalam dari sang suami.
Ia senang, hari yang ia tunggu datang juga.
Karena untuk pertama kalinya, setelah sekian tahun menikah, ia merasakan kenikmatan yang tiada tara.
Sungguh, itu adalah pengalaman dan rasa yang luar biasa. Yang tak bisa ia jabarkan dengan kata-kata biasa.
Belum pernah ia melihat ekspresi Danu yang begitu bersemangat hingga membuatnya hampir tak sanggup meladeni.
Tapi semuanya terbayarkan dengan kepuas yang Danu berikan.
'' A-augh.. '' Mila meringis , memegang perut bawahnya. Entah karena ia terlalu bersemangat saat berdiri atau mungkin karena efek semalam.
'' Kenapa ? Sakit ? '' Tanya Danu cemas.
'' Iya, Mas. Agak Nyeri. '' Mila mengangguk perlahan.
Danu yang khawatir lantas merangkulnya dan membantu Mila berjalan sampai di ruang makan .
Tak sampai di situ, Danu juga membantu menarik kursi dan duduk di samping Mila.
'' Maaf . '' Ucap Danu dengan nada rendah.
Mila tersenyum lembut. Tangannya terangkat , mendarat di punggung tangan Danu dan mengelusnya.
'' Aku gak papa kok, Mas. Mungkin Aku belum terbiasa aja.
Aku justru senang. Karena semalam akhirnya kita bisa benar-benar melakukannya. '''' ... ''
Danu bergeming. Kini ia benar-benar di penuhi rasa bersalah.
Untuk beberapa saat, Danu dan Mila saling menatap . Dan tanpa mereka sadari, jika Bi Geno secara sembunyi - sembunyi memperhatikan.
Bi Geno mengukir senyum.
Tak sia-sia ia bicara bahkan sampai berdebat dengan Lastri. Karena semuanya terbalaskan setelah menyaksikan kedua majikannya yang terlihat sudah kembali seperti biasa.
Bahkan hubungan Danu dan Mila agaknya menjadi lebih mesra, tak sedingin kemarin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tolong Ceraikan Aku, Mas
RomanceSiapa yang ingin menjadi kedua? Terlebih di era sekarang. Dimana predikat pelakor begitu melekat pada wanita yang berstatus madu. Tak hanya di pandang sebelah mata dan tanpa memperduli apa alasannya, julukan tersebut seolah tak terlepaskan dan di...