Berat untuk pergi

496 14 0
                                    

* * *

' Cklek ' ganggang ditekan , didorong dan pintu pun terbuka.

Danu melepas rangkulannya, membiarkan Hani berjalan terlebih dahulu sementara ia memastikan pintu tertutup rapat.

Tapi setelah itu, bukannya menyusul Hani, Danu justru masuk ke kamar mandi.

Hani memutar tubuhnya kebelakang, menatap heran pada Danu yang menghilang setelah pintu kamar mandi tertutup.

Tak lama , samar terdengar suara air menghantam permukaan lantai.

Selang belasan menit, pintu kamar mandi terbuka.

Danu keluar hanya mengenakan kamer jas. Rambutnya yang basah menandakan jika ia baru saja membersihkan seluruh tubuhnya.

Seharian berada diluar dan tak sempat pulang untuk berganti pakaian , Danu merasa tubuhnya lengket karena keringat.

Selain untuk menyegarkan diri, tujuan utamanya mandi adalah ia tak ingin Hani merasa tak nyaman saat ia dekati nanti.

Hani yang berdiri di depan jendela seketika menoleh ,menatap Danu yang berjalan ke arahnya sambil tersenyum.

Langkah Danu berhenti tepat di depan Hani. Ia lingkarankan kedua tangannya di pinggang Hani , mendekat hingga wajah mereka bertemu dan ' cup ' mengecup singkat bibir Hani.

' Tok. Tok. Tok. ' suara ketukan yang disusul seruan dari pelayan hotel yang mengatakan membawa pesanan.

Danu melepas pelukannya . Bergegas ia membuka pintu dan mempersilakan seorang pria masuk sambil mendorong troli makanan.

Usai meletakkan dan menatanya di atas meja yang memang secara khusus disediakan di ruang utama, pelayan yang telah menyelesaikan pekerjaannya itupun keluar.

Danu kembali menghampiri Hani , mengajaknya ke meja yang diatasnya telah tersaji beberapa menu makanan . Keduanya pun duduk berhadapan.

'' Sayang . ''

'' Ng ? '' Hani reflek menyahut.

Danu tersenyum lebar . Ia senang. Karena sepertinya Hani sudah bisa menerima panggilan sayangnya dan mulai terbiasa.

Diam beberapa detik.

Karena sama-sama merasa lapar, Hani dan Danu pun memulai acara makan malam mereka.

'' Lain kali, jangan terlalu ramah sama laki-laki. Apalagi sampai senyum-senyum kaya tadi .Aku gak suka ! '' Ucap Danu sambil melirik Hani sekilas.

Kedua tangan yang tadinya sibuk bergerak seketika berhenti. Hani terdiam sesaat .Memikirkan maksud ucapan Danu barusan. Apakah Danu cemburu melihatnya menyapa dan berbicara dengan Dokter Adrian tadi ?

Hani menghela nafas berat .

Bukan itu yang seharusnya ia pikiran saat ini. Tapi bagaimana setelah ini. Dokter Adrian sudah mengetahui tentangnya dan Danu. Yang tak menutup kemungkinan, Nania pun akan segera mengetahuinya juga.

Lalu apa yang akan ia katakan nanti ? Bagaimana ia menjelaskan pada sang sahabat ? Haruskah ia jujur ?

Tidak. Hani menggelegar.

Ia tak mau. Mengingat masalah yang tengah Nania hadapi saat ini, tak mungkin jika ia harus mengatakan yang sebenarnya.

Apalagi jika sampai Nania tau statusnya sebagai istri kedua. Nania pasti akan kecewa dan entah akan seperti apa hubungan mereka nanti. Hani tak bisa membayangkan dan tak mau itu terjadi.

Setelah menimbang-nimbang, Hani pun memutuskan. Jika nanti Nania bertanya, ia hanya perlu menjelaskan seadanya saja . Selebihnya akan tetap ia rahasiakan.

Tolong Ceraikan Aku, MasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang