Detik berlalu

332 8 0
                                    

* * *

Meski kondisi tubuhnya kurang bersahabat, tapi Hani masih mampu melakukan pekerjaannya hingga jam kerjanya selesai.

Pukul delapan malam , para pekerja yang masuk shift siang bergegas menyelesaikan sisa pekerjaan mereka dan bersiap pulang.

Hani salah satunya.

Jika biasanya begitu melewati pintu keluar rumah sakit ia akan menuju ke parkiran, kali ini Hani terus berjalan hingga ke depan jalan .

Teringat si roda dua yang selalu menemaninya kini sudah tak lagi bersamanya, Hani tentu merasa sedih .

' Trrttttt.. ' Ponsel Hani bergetar.

Hani yang kebetulan sedang memegang ponselnya, bermaksud memesan ojek online untuk mengantarkannya pulang , seketika tersenyum sumringah melihat nama yang tertera dilayar ponselnya.

'' Ya, sayang. '' Hani menyambut panggilan dari suami tercinta.

'' Kamu uda pulang ? ''

'' Uda . Ini juga baru mau pesan g*-jek.''

'' Kamu naik ojek ? ''

" I-iya. "

" Kenapa ? "

'' Am....Soalnya..Motor ku jual. ''

'' HAh ? Dijual ? Kenapa ? '' Yang di sebrang sana terkejut.

'' O, iya. '' Hani baru sadar, tentang motor belum ia beritahu pada Danu.

'' Sebenarnya, motor itu juga barang peninggalan almarhum. '' Ucap Hani.

'' Oo.. '' Tak bisa berkata-kata dan hanya bisa manggut-manggut saja.

'' Takutnya nanti ada yang gak mau ke rumah lagi, kalau tau masih ada barang almarhum yang tersisa . '' Singgung Hani yang sebenarnya bermaksud menggoda .

''... '' Terdiam sebab merasa tak nyaman.

'' Khe khe khe. '' Hani terkekeh.

Terdengar desahan nafas Danu yang berat.

'' Ya, uda kalau gitu kamu gak usah pesan g*-jek.
Sekarang juga aku putar balik ke sana . ''

Panggilan berakhir.

Hani putuskan menunggu di halte pemberhentian kendaraan umum, yang letaknya tak jauh dari depan rumah sakit.

Sekitar dua puluh lima menit , Danu datang mengendarai sepeda motor milik Hito.

Ketimbang mobil, Danu lebih sering meminjam motor saat melakukan aktivasi bepergian.

Pun roda dua milik adiknya itu jarang di pakai sebab Hito lebih sering menggunakan mobil yang difasilitasi oleh galeri tempatnya bekerja.

Melihat Danu semakin dekat, Hani tersenyum senang.

Ini pertama kalinya Danu menjemputnya ditempat kerja secara terbuka .

Hani memang sudah tak perduli lagi jika ada orang yang mengenal dan melihatnya.

Karena cepat atau lambat, statusnya yang kini telah kembali menyandang sebagai seorang istri pasti akan diketahui juga.

Segera Hani naik ke boncengan dan merangkul erat pinggang Danu.

Sesampainya dirumah, suasana nampak sepi sebab waktu memang tengah menanjak larut.

Hardjono pasti telah tidur. Tebak keduanya.

'' Ngb? Kamu gak mandi ? '' Tanya Danu yang baru saja mandi dan mendapati Hani telah berganti pakaian tidur.

Tolong Ceraikan Aku, MasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang