Cuti

524 17 0
                                    

* * *

    Pukul 12.30 , Hani tiba dikediaman yang telah dua bulan menjadi rumah keduanya.

     Hani sengaja memarkirkan motornya diluar karena ia berencana hanya akan masuk sebentar untuk berganti pakaian dan setelah itu akan langsung berangkat kerja.

   Diteras Hani bertemu Bi Geno. Mereka sempat saling berbalas sapa , kemudian melanjutkan urusan masing-masing.

    Hani masuk kedalam, sedangkan Bi Geno kembali pada pekerjaan menyapu bagian paling depan rumah majikannya .

   '' Lo, kok ada dia ? ''

     Langkah Hani tiba-tiba terhenti, mendapati sosok yang paling ingin ia hindari , tapi justru ada.

   Danu duduk di sofa ruang tengah dengan kaki disilangkan. Lelaki itu terlihat sibuk . Kepalanya tak berhenti bergeser ke kanan dan ke kiri, pada layar laptop dan kertas yang ada di kedua tangannya.

    Hani menyetak nafas. Ia sudah terlanjur datang dan masuk. Jadi mau tak mau , ia harus menyapa bukan ? Maka ia pun melanjutkan langkah.

   " Mas . " Sapa Hani membuat yang disebut seketika menoleh .

    Danu tersenyum sambil melepas pekerjaannya . Ia letakan kertas dan laptop di sisi duduknya lalu berdiri.

    " Kok tumben jam segini masih dirumah ? '' Tanya Hani yang memaksakan bibirnya untuk melengkung ke atas.

   '' Hari ini aku kerjaan dirumah. Lagi gak enak badan. ''

    Bohong. Entah sejak kapan Danu jadi begitu mahir berbicara tak sesuai keadaan sebenarnya.

     Karena tak sabar jika harus menunggu sampai malam untuk bisa bertemu sang pencuri hati, untuk kali pertama dalam sejarah hidupnya, Danu berpura-pura sakit.

    Hani mengangguk pelan. Ia bingung . Tak tau harus bicara apa lagi.

   '' Em - '' Hani tak jadi berucap sebab kalah cepat dari Danu .

   '' Kamu sudah makan ? ''

'' Sudah ,Mas. Tadi sebelum kesini aku makan dulu dirumah. ''

     Senyum Danu surut . Padahal ia sengaja menahan lapar agar bisa makan siang berdua dengan Hani. Tapi sepertinya takdir tidak atau minhkin belum berpihak padanya. Harapannya pun tak terkabul.

   '' Em, Ma- '' Untuk kedua kalinya Hani tak dapat meneruskan kalimatnya karena kembali kalah cepat dari Danu .

   '' Kamu hari ini masuk siang kan ? Jam berapa kamu berangkat ? ''

    '' I-iya Mas. Aku masuk siang jam 3. Biasanya jam 1 atau lewat sedikit sudah harus berangkat. ''

    Senyum Danu kembali naik.

   '' Kalau begitu kamu masih punya waktu . ''

   '' ... ? '' Hani bertanya-tanya apa maksud Danu dengan ' masih punya waktu ' . Mau apa memangnya dia ?

    '' Aku lapar . Tapi rasanya gak nyaman kalau makan sendirian. Jadi, kamu maukan nemanin aku makan ? ''

     Hani manggut. Membuat senyum Danu merekah sempurna .Hampir saja Danu berlonjak saking senangnya.

     Dengan penuh semangat, Danu membereskan apa yang tadi tengah ia kerjakan ,lalu bergegas ke ruang makan.

    Diruang makan.

    Layaknya seorang istri terhadap suaminya. Hani melayani Danu .Ini menjadi hal yang pertama kali Hani lakukan untuk Danu setelah mereka menikah.

    Hani mengambil piring dan mengisinya dengan apa yang telah tersaji diatas meja. Setelah itu ia letakan dihadapan Danu.

Tolong Ceraikan Aku, MasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang